Mengenang Pelukis Tino Sidin Saksi Mata Jatuhnya Pesawat VT-CLA

Mengenang Pelukis Tino Sidin Saksi Mata Jatuhnya Pesawat VT-CLA

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Tino Sidin, pelukis yang sangat dikenal masyarakat terutama anak-anak pada era 1980-an dikenal sebagai guru gambar yang mumpuni dalam acara Gemar Menggambar di TVRI setiap Minggu sore. Sang guru gambar mengajak anak-anak mengembangkan imajinasinya. Hasil karyanya tak terhitung jumlahnya.

Ternyata, tokoh yang tinggal di Yogyakarta ini menjadi saksi sejarah. Dalam catatan perjalanan hidupnya, tokoh yang lahir di Tebing Tinggi Sumatera Utara 25 November 1925 ini menjadi salah satu saksi mata peristiwa ditembakjatuhnya pesawat VT-CLA.

Dikisahkan, pada 1946 Tino Sidin menginjakkan kaki di Jawa dan menuju Yogyakarta. Di Ibu Kota Republik Indonesia ini, Tino Sidin tinggal di rumah Ki Darmosoegito. Jiwa militer yang terbentuk sejak di Medan dilanjutkan dengan bergabung ke Tentara Pelajar Brigade 17, selain sekolah dan mengurus kepanduan di Perguruan Taman Siswa.

Sore hari tanggal 29 Juli 1947, tiga pesawat Kitty Hawk Belanda membabi buta menembak pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan dari Palang Merah Internasional untuk Palang Merah Indonesia.

Pesawat Dakota yang terbang dari Bandar Udara Kalang Singapura menuju Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta itu jatuh terbakar di Desa Ngoto.

Dalam kejadian tersebut, pendahulu TNI Angkatan Udara seperti Komodor Muda Udara A. Adisutjpto, Komodor Muda Udara Prof Dr Abdurrachman Saleh serta Opsir Muda Udara Adisoemarmo, gugur.

Begitu juga Pilot Alexander Noel Constantine, Co-Pilot Roy Hazelhurst, Bhida Rham, Ny Noel Constantine dan Zainul Arifin, konsul dagang RI di Malaka. Hanya satu penumpang yang selamat, Abdul Gani Handonotjokro.

"Saat kejadian, Tino Sidin sedang melatih kepanduan di Taman Siswa. Tino Sidin melihat dengan jelas Dakota terbakar di udara, melayang jatuh. Bersama anggota kepanduan, Tino Sidin menuju lokasi jatuhnya pesawat milik meskapai penerbangan India itu," ungkap Yuto Nugroho, Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Senin (21/2/2022).

Melihat sebagian korban berkulit putih, masyarakat Desa Ngoto mengira pesawat yang jatuh terbakar milik Belanda. Amuk massa hampir saja terjadi melihat Abdul Gani Handonotjokro.

Beruntung Tino Sidin berhasil menenangkan massa. Daud Jusuf, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada suatu kesempatan mengatakan, Tino Sidin termasuk orang pertama yang ikut menolong korban pesawat VT-CLA.

Kini di lokasi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA berdiri Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara. Di sanalah Komodor Muda Udara A Adisutjpto dan Komodor Muda Udara Prof Dr Abdurrachman Saleh dimakamkan bersama istri masing-masing.

Nama-nama yang menjadi korban jatuhnya pesawat VT-CLA diabadikan pada salah satu sisi tugu di Monumen Perjuangan TNI AU itu.

Di ujung selatan areal parkir Monumen Perjuangan TNI AU, replika bagian ekor pesawat Dakota VT-CLA dipasang. Untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa ditembakjatuhnya pesawat VT-CLA, setiap tanggal 29 Juli diperingati oleh warga TNI Angkatan Udara sebagai Hari Bakti TNI Angkatan Udara.

"Masyarakat mengenang Tino Sidin tak hanya sebagai sang guru gambar saja, melainkan juga seorang pejuang,” jelasnya. (*)