Lima Ribu Porsi Gudeg Dibagikan Gratis untuk Mendapat Rekor MURI

Lima Ribu Porsi Gudeg Dibagikan Gratis untuk Mendapat Rekor MURI
Penyerahan Rekor MURI pembagian 5.000 gudeg di Yogyakarta. (Istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Ribuan warga dan wisatawan memadati Alun-alun Selatan Yogyakarta dalam dua hari perayaan Festival Kuliner Gula Kelapa “Gudeg Sejuta Rasa” pada Jumat (4/7/2025). Diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata, festival ini tak hanya menampilkan ragam olahan kuliner berbahan dasar gula kelapa seperti gudeg, brongkos, dan aneka jajanan pasar.

Acara ini menegaskan peran gula kelapa sebagai bahan pangan yang sehat, lokal, dan berkelanjutan. Puncaknya adalah pemecahan rekor MURI untuk Sajian Gudeg Terbanyak, yang mencatatkan 5.000 porsi gudeg dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat.

Lebih dari 70 tenant kuliner yang langsung diserbu pengunjung. Di tengah riuh suasana, panggung edukasi kuliner digelar lewat talkshow menghadirkan Moersa Soedarsono, pemilik Gudeg Yu Djum yang melegenda, dan Beni Sasongko, konten kreator kuliner yang dikenal menyuarakan kecintaan terhadap masakan-masakan lokal Yogyakarta.

Hari kedua festival dibuka dengan Fun Walk mengelilingi kawasan benteng Baluwerti hingga Sentra Gudeg Wijilan. Sekitar 2.000 peserta menyusuri jejak sejarah sambil merayakan keberagaman kuliner berbasis gula kelapa.

Band Star Syndrome membuka hari itu dengan musik energik, disusul tarian Kawung oleh Cendhik Art Dance sebagai simbol tradisi yang tetap hidup dalam modernitas.

Di panggung utama, momen bersejarah tercipta. Perwakilan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI), Awan Rahargo, menyerahkan langsung sertifikat dan medali pemecahan rekor kepada Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo.

Hasto mengungkapkan pentingnya menjadikan gudeg lebih adaptif dan variatif. Penting sekali Yogyakarta menghadirkan gudeg dengan varian-varian yang baru.

"Supaya gudeg menjadi makanan yang digemari oleh banyak orang, tidak hanya orang Jogjakarta,” ujarnya.

Festival tahun ini memang tidak hanya mengandalkan nostalgia. Inovasi dan edukasi menjadi tulang punggung. Salah satu yang mencuri perhatian adalah kehadiran Gudeg Coroner, karya mahasiswa FKKMK UGM angkatan 2023, Twistanisa Atha Brilliant Ilmi. Ia memperkenalkan olahan gudeg berbasis jantung pisang, porang, ikan tengiri dan sari kedelai.

"Ini adalah gudeg yang sehat, tidak mengandung kolesterol yang tinggi, tidak membuat gula darah tinggi, dan berasal dari jantung pisang. Maka saya beri nama 'gudeg coroner'. Pembuluh darah di jantung itu namanya koroner. Nah, ini dengan makan jantung pisang, InshaaAllah koronernya sehat,” tuturnya.

Festival ini juga membuka ruang kompetisi lewat Lomba Inovasi dan Kreasi Gudeg yang diikuti perguruan tinggi, hotel, dan restoran di DIY. Harapannya, akan muncul kreasi gudeg baru yang tak hanya lezat, tapi juga relevan untuk generasi muda yang lebih sadar akan gizi dan keberlanjutan.

Dukungan konkret terhadap program food bank Pemerintah Kota Yogyakarta juga diumumkan secara simbolis dalam festival ini. Asosiasi Pengusaha Gudeg DIY menyatakan kesiapannya untuk berkontribusi dalam penyediaan makanan bagi masyarakat kurang mampu.

Sementara itu, Bank Mandiri menyerahkan e-money bertema gudeg kepada Walikota Yogyakarta dan GKR Bendara, menandakan sinergi antarsektor dalam mengangkat kuliner sebagai kekuatan ekonomi.

Sinaran Entertainment, Efandra, Sophie, dan Ngatmo Mbilung bergantian tampil membawakan lagu-lagu yang akrab dan mengundang nostalgia. Ratusan orang menyanyi bersama, berdansa ringan di bawah lampu panggung, dan mengabadikan momen lewat kamera ponsel.

Dengan antusiasme masyarakat, dukungan pemerintah, dan semangat inovasi dari generasi muda, Festival Gudeg Sejuta Rasa membuktikan bahwa gula kelapa bukan hanya bumbu—ia adalah narasi tentang identitas, keberlanjutan, dan masa depan Yogyakarta sebagai kota rasa yang tak pernah kehilangan jiwanya. (*)