Bisnis Kuliner Jogja Menggeliat Ditengah Pandemi
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Seiring wacana pemberlakuan New Normal atau tatanan baru, bisnis kuliner di DIY menggeliat ke arah positif. Meski masih di masa pandemi COVID-19, berbagai pilihan kuliner pun mulai ditawarkan.
"Kami ingin ikut berperan dalam mendorong kembalinya perekonomian Jogja meski ditengah pandemi," ujar owner The Grill Steak House, Aan Saka di resto setempat, Jalan Kaliurang 30 Yogyakarta, Sabtu (27/6/2020) sore.
Salah satu optimisme Ann akan kembalinya perekonomian DIY dengan membuka resto baru The Grill Steak House miliknya pada Jumat (26/6/2020) kemarin. Berkonsep semi fast food baru, resto ini menyanyikan berbagai jenis steak sebagai menu andalannya.
Meski semi fast food, bahan baku daging sapinya tak sembarangan. Aan mendatangkannya dari luar negeri demi memuaskan lidah pecinta menu grill.
Menyasar pasar menengah, harga yang ditawarkan di resto berkapasitas 120 orang itu pun masih ramah bagi kantong siapapun. Menu masakan ditawarkan mulai harga Rp 22.000 hingga Rp 99.000 per porsi.
Sejumlah menu daging sapi impor dijual dari Rp 65.000 hingga Rp 95.000 per porsi. Sebut saja Aussy Striploin 160 gram, Aussy Rib Eye 200 gram dan Tenderloin 600 gram.
Tak hanya sapi, menu kambing, salmon dan ayam juga ditawarkan mulai harga Rp 38.000 per porsi. Untuk melengkapi menu, beragam salad dan menu bruschetta juga disajikan mulai harga Rp 27 .000 per porsi.
"Steak seringkali menjadi menu mahal, namun kami coba menekan cost diluar menu sehingga masih bisa dinikmati dengan harga yang terjangkau," jelasnya.
Di resto yang akan dibuka secara franchise ini, Aan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, baik bagi karyawan maupun pengunjung. Selain cek suhu, para pengunjung diminta untuk segera mencuci tangan setelah tiba di resto. The Grill juga menyediakan handsanitizer di sejumlah titik.
"Kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan juga kami sosialisasikan pada pengunjung," jelasnya.
Selain membuka resto baru, Aan yang memiliki sejumlah resto juga tidak merumahkan, bahkan mem-PHK karyawannya. Dengan demikian sebagai pengusaha dirinya tidak menambah daftar para pengangguran di DIY.
"Sempat sepi saat awal-awal pandemi, kami tetap bertahan untuk tidak merumahkan karyawan. Meski mengurangi jam buka, mereka tetap bekerja dan ternyata hingga saat ini kami bisa mencukupi kebutuhan gaji karyawan," imbuhnya.(yve)