Ribuan Orang di Yogyakarta Melangkah dalam Sunyi, Mencari Damai di Tahun Dal
Tradisi ini disebut Lampah Ratri, langkah malam hari, yang telah menjadi bagian dari warisan budaya Jawa.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Ribuan pasang langkah kaki terdengar lirih di tengah malam. Tanpa suara riuh, tanpa teriakan. Di luar tembok benteng Keraton Yogyakarta, ribuan orang berjalan dalam keheningan.
Mereka mengikuti Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng, sebuah tradisi spiritual menyambut Tahun Baru Jawa Dal 1959 atau 1 Sura yang tahun ini jatuh pada malam Jumat Kliwon, Kamis (26/6/2025).
Tak ada aba-aba, tak ada lampu sorot. Hanya semburat cahaya lampu jalanan dan doa-doa yang menggema dalam hati masing-masing peserta. Tradisi ini disebut Lampah Ratri -- langkah malam hari -- yang telah menjadi bagian dari warisan budaya Jawa.
“Ini bukan sekadar jalan kaki. Ini laku prihatin, bentuk pembentengan diri,” ujar KRT Kusumonegoro, Ketua Paguyuban Abdi Dalem DIY saat ditemui sebelum prosesi Lampah Ratri berlangsung.
Lima kilometer
Peserta berjalan mengelilingi benteng sejauh lima kilometer. Mereka diminta berjalan dalam keadaan "bisu" -- tidak berbicara kecuali untuk hal penting. Dalam budaya Jawa, bisu dalam prosesi ini bermakna menahan diri, memperbanyak doa dan memperkuat batin.
Tahun Dal hanya terjadi delapan tahun sekali dan diyakini sebagai tahun agung. Berbagai ritual adat digelar lebih besar dibanding tahun biasa. “Konon Nabi Muhammad SAW lahir di Tahun Dal, dan selalu dimulai pada Jumat Kliwon,” ujar Kusumo.
Bagi banyak peserta, pengalaman ini bukan sekadar tradisi tapi pencarian makna. “Saya ikut karena ingin menata batin. Tahun lalu saya gagal ikut, tapi kali ini saya niatkan betul,” ujar Rina (32), warga Bantul, yang datang bersama suaminya.
“Awalnya penasaran, tapi setelah berjalan dalam diam, saya merasa tenang. Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan,” ucapnya.
Doa bersama
Prosesi ini dimulai sejak pukul 23:30 dengan pembacaan macapat, dilanjutkan berjalan kaki tepat pukul 00:00. Rangkaian acara ditutup dengan doa bersama di Kamandungan Lor Keraton Yogyakarta.
Di tengah dunia yang kian bising, Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng 1 Muharram 1447 H ini hadir sebagai ruang sunyi untuk kembali ke dalam diri. Melangkah dalam gelap, namun menuju terang batin yang diharapkan menyinari tahun baru yang lebih baik. (*)