Gema Takbir Njeron Beteng 1446 H: Tradisi, Syiar Islam dan Kampanye Kebersihan

Mengelilingi rute yang telah ditentukan di sekitar kawasan Keraton Yogyakarta, melewati titik-titik bersejarah.

Gema Takbir Njeron Beteng 1446 H: Tradisi, Syiar Islam dan Kampanye Kebersihan
Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo membuka Gema Takbir Njeron Beteng 1446 H. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Malam takbiran Idul Fitri 1446 H di Yogyakarta semarak dengan digelarnya Gema Takbir Njeron Beteng, sebuah tradisi tahunan yang menggabungkan syiar Islam, budaya, dan semangat persatuan. Tahun ini ada pesan kuat yang disampaikan yaitu menjaga kebersihan kota.

Dengan diikuti 15 kafilah dari berbagai masjid dan komunitas Islam, pawai takbiran ini bukan hanya tentang menggemakan kalimat takbir, tetapi juga menunjukkan bagaimana tradisi keagamaan dapat berjalan berdampingan dengan kepedulian sosial.

Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kraton Kota Yogyakarta sebagai penyelenggara menegaskan acara ini bukan sekadar perayaan, melainkan juga wadah untuk mempererat ukhuwah Islamiyah.

"Gema Takbir Njeron Beteng merupakan tradisi yang selalu kami jaga setiap tahun. Selain sebagai bentuk syiar Islam, kegiatan ini juga menjadi ajang kebersamaan dan kolaborasi antar kafilah," ujar Hatta Laksana Jati,  Ketua Panitia, Minggu (30/3/2025) malam.

Penampilan kafilah Gema Takbir Njeron Beteng 1446 H. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

Beberapa kafilah yang turut serta antara lain Muda Mudi Islam Ranting Gamelan, Abisatya Patehan, Masjid Wiwarajati Suryoputran serta Masjid Kadipaten.

Tidak ketinggalan Masjid Al Amin Rotowijayan, Muda Mudi Islam Masjid Soko Tunggal serta Ikatan Remaja Masjid Fathul Bayan dari Gondomanan juga ambil bagian dalam kemeriahan ini.

Para peserta tidak hanya membawa alat musik tradisional untuk mengiringi takbir, tetapi juga mempersiapkan dekorasi kendaraan hias dan kostum khusus untuk memperindah pawai mereka.

Antusiasme ini tampak dari kesiapan beberapa peserta, seperti Remusha (Remaja Musholla Ar-Rouf) dan Masjid Baitun Nai’m, yang bahkan telah melakukan latihan bersama untuk menyuguhkan tampilan terbaik mereka.

Titik bersejarah

Gema takbir mengelilingi rute yang telah ditentukan di sekitar kawasan Keraton Yogyakarta, melewati titik-titik bersejarah yang menambah nilai budaya pada acara ini. Panitia pun memastikan kelancaran dan keamanan acara dengan koordinasi bersama pihak berwenang.

"Kami ingin masyarakat menikmati malam takbiran dengan penuh kebahagiaan, namun tetap aman dan kondusif," tambah Hatta.

Dalam kesempatan yang sama, Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyelipkan pesan penting menjaga kebersihan kota. Dia menegaskan perayaan ini harus tetap memperhatikan kebersihan lingkungan.

"Saya mohon kepada Ibu Bapak sekalian untuk menjaga kebersihan. Insya Allah, kota Yogyakarta kita ciptakan menjadi kota yang bersih," tegasnya di hadapan peserta takbiran dan pengunjung yang memadati Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta.

Kampanye kebersihan

Kampanye kebersihan ditekankan lebih lanjut menjelang Salat Idul Fitri. "Di mana saja Bapak Ibu salat Idul Fitri jangan tinggalkan selembar pun sampah," pesan walikota.

Pemerintah Kota Yogyakarta telah mengambil langkah membersihkan depo-depo sampah besar menjelang perayaan Idul Fitri. Walikota menegaskan tanggung jawab kebersihan adalah tugas semua warga.  "Kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan tentu, kalau kita ingin berkemajuan, harus diawali dengan kedisiplinan yang tinggi," tambahnya.

Bukan hanya sekadar pawai takbiran, Gema Takbir Njeron Beteng juga memiliki dimensi budaya dan wisata religi.

Mantri Kemantren Keraton, Sumargandi, menegaskan acara ini adalah bagian dari warisan budaya yang harus terus dijaga.  "Acara ini menampilkan budaya Nusantara dengan harapan bisa menjadi daya tarik wisata religi," ujarnya. (*)