Tampil di Artjog 2025, Reza Rahadian Mengejutkan Publik

Setiap seniman dalam proyek ini saya ajak bukan sekadar untuk mengisi peran, tapi mewakili esensi aktor dalam kesenian.

Tampil di Artjog 2025, Reza Rahadian Mengejutkan Publik
Salah satu sudut ruang yang menampilkan potongan karya Reza Rahadian. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Aktor kenamaan Reza Rahadian kembali mengejutkan publik. Kali ini bukan lewat film layar lebar, melainkan penampilan performatif dan instalasi seni kontemporer dalam ajang ARTJOG 2025 di Jogja National Museum Yogyakarta.

Mengusung tajuk eudaimonia, karya ini merupakan ekspresi reflektif Reza atas perjalanan kreatifnya selama dua dekade, sekaligus perwujudan dari gagasan filsafat Yunani kuno: eudaimonia.

“Bagi saya, eudaimonia bukan soal kesenangan, tapi tentang keseimbangan antara tubuh, akal dan perasaan. Bagaimana aktor berproses tanpa kata usai -- semua tentang tubuh yang bergerak dan merasa,” ujar Reza Rahadian saat memperkenalkan karyanya, yang dipresentasikan sebagai bagian dari program Spotlight ARTJOG, Selasa (1/7/2025).

Karya eudaimonia menggambarkan ruang gelap yang membuat penonton bergerak perlahan, menyudut, hingga akhirnya “ditampar” oleh visual yang mengejutkan.

Artsitek ternama

Instalasi ini didesain oleh arsitek ternama Andra Matin, serta dikolaborasikan dengan seniman lintas disiplin seperti Davy Linggar (videografi), Garin Nugroho (narasi), Kasimyn/Aditya Surya Taruna (musik) dan koreografer Siko Setyanto.

“Setiap seniman dalam proyek ini saya ajak bukan sekadar untuk mengisi peran, tapi mewakili esensi aktor dalam kesenian, dari sinematografi, literasi naskah, artistik ruang, hingga tubuh dan musik. Ini tubuh kolektif yang bekerja bersama,” jelas Reza.

Menurut dia, proses penciptaan berlangsung intens dalam waktu singkat, hanya sekitar sembilan hari. Berkat chemistry dan kepercayaan antarseniman, semuanya mengalir tanpa paksaan. “Sebenarnya, tantangan terbesarnya justru adalah jujur pada diri sendiri," ujarnya.

“Saya tidak sedang berakting. Semua gerakan saya adalah emosi yang jujur. Saya ingin penonton merasakan, menafsirkan, dan mungkin... ikut bergerak," tambahnya.

Figur kreatif

Direktur ARTJOG, Heri Pemad, mengapresiasi penampilan Reza dan menyebut bahwa ruang Spotlight memang disiapkan bagi seniman atau figur kreatif yang ingin tampil dengan pendekatan personal dan mandiri.

“Mas Reza mengetuk pintu kami dan kami bukakan. Dia datang dengan kesadaran penuh sebagai seniman, bukan sekadar selebritas," ujar Heri.

Dia menyebutkan keterlibatan seniman seperti Reza bukan hal yang instan, melainkan bagian dari proses panjang yang turut membentuk ekosistem ARTJOG.

"Ini yang ingin kami dorong dari program Spotlight, memberi ruang pada siapa pun yang punya gagasan kuat dan ingin menyampaikan amalan seninya secara jujur dan otentik,” lanjutnya.

Narasi tubuh

Reza bukan hanya tampil sebagai aktor, tapi juga sebagai seniman yang mengkurasi, menari dan menata narasi tubuh. Dia tidak sedang memerankan siapa-siapa, melainkan menjadi dirinya sendiri.

ARTJOG 2025 kembali dengan semangat kolaborasi dan pembacaan ulang atas batas-batas medium seni. Dan kali ini, tubuh seorang aktor menjadi pusat percakapan. (*)