Ada Ayam Lodoh Londo di Joglo Londo Pajangan

Ada Ayam Lodoh Londo di Joglo Londo Pajangan
Beragam menu makanan di Joglo Londo. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Bagi pecinta kuliner tradisional, kini ada satu lagi referensi kuliner di kawasan selatan Yogyakarta. Mengusung konsep restoran keluarga yang nyaman, bersih dan modern tanpa meninggalkan nuansa tradisional, Joglo Londo hadir memanjakan lidah para pecinta kuliner.

Terletak di kawasan perbukitan yang asri, tepatnya di Jalan Triwidadi Utara nomor 99, Pajangan, Bantul, restoran ini menyajikan menu tradisional yang nikmat. Menu otentik yang menjadi andalan restoran dengan interior bergaya Belanda-Jawa ini adalah Ayam Lodoh Londo, Sego Berkat, Sego Gerabah, hingga Ayam Panggang Bantul.

“Kami menyajikan hidangan otentik tradisional yang dikemas secara kekinian. Restoran kami ini tetap menjunjung cita rasa kaya rempah yang nikmat, higienis, dan prasmanan dengan beragam menu pilihan,” ujar pengelola Joglo Londo, Ida Ayu Alieta Juliana Kusuma Dewi di sela-sela acara slup-slupan dan soft opening Joglo Londo, Selasa (18/2/2025).

Ayam Lodoh Londo misalnya, merupakan ayam yang khas dari restoran ini. Ayam ini dimasak dengan cara diasap dan bumbu rempahnya cukup terasa nikmat. Cara masaknya yang unik ini menjadikan menu ayam kampung ini menjadi sajian yang patut dicoba.

Nana, panggilan akrab anak pemilik restoran tersebut juga bercerita awalnya Joglo Londo ini berdiri dari pemikiran dan obrolan ringan ibunya, Murti Astini.

Restoran yang berdiri di lahan seluas 3.000 meter persegi ini, awalnya hanya rumah singgah yang dimiliki Murti dan anak-anaknya jika berkunjung ke Yogyakarta. Akhirnya, muncul ide agar rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat singgah keluarga, teman, handai taulan, namun juga menjadi tempat usaha yang nyaman dan kekinian di Yogya selatan.

“Nama Joglo Londo sendiri berasal dari sejarah rumah ini, yang awalnya dibangun oleh seorang ekspatriat Belanda dan memiliki bangunan Joglo di dalamnya sebelum akhirnya dibeli oleh ibu saya,” jelasnya.

Nantinya, selain mempertahankan konsep masakan rumahan dan tradisional, Joglo Londo juga tetap mempertahankan gaya arsitektur Belanda -Jawa di bangunannya. Beberapa ornamen di restoran ini juga dibangun dari batu-batuan yang berasal dari erupsi Merapi.

Adapun, yang berbeda dari konsep restoran tersebut adalah nantinya akan menampilkan konsep Open Kitchen. Di mana, pengunjung bisa berinteraksi dan melihat langsung pengolahan makanan yang cukup khas. 

“Konsepnya seperti kita pulang ke rumah dan bisa berinteraksi dengan orang di dapur. Kami memberdayakan juga ibu-ibu rumah tangga yang berasal dari warga sekitar restoran untuk bekerja di sini,” kata Nana yang didampingi oleh Gandy Priapratama.

Chef Hendro selaku kepala koki di Joglo Londo tersebut menambahkan, selain konsep rumahan dan tradisional, restoran ini juga mempertahankan kearifan lokal. Seperti penggunaan gerabah, tungku, dan juga dedaunan untuk pembungkus makanan.

“Kami punya menu yang otentik dan menggunakan rempah pilihan. Selain itu, kami gunakan gerabah untuk menyajikan karena identik dengan Kasongan, lalu daun jati di nasi berkat karena daerah sini banyak sekali pohon jati serta pisang,” ujarnya.

Sementara itu, Joglo Londo akan mulai beroperasional pada Ramadan tahun ini. Sedangkan slup-slupan dan soft opening merupakan tradisi selamatan. Dalam budaya Jawa dilakukan sebelum menempati hunian baru, baik untuk tempat tinggal dan usaha.

Prosesi ini juga diawali dengan pemasangan simbol bendera, padi, dan pemasangan tebu di bangunan utama. Selain itu ada proses penyapuan sekeliling bangunan dengan sapu lidi yang melambangkan kebersihan, air melambangkan kesejukan, dan teplok atau lampu minyak yang melambangkan penerangan agar usaha terang dan terbuka bagi semua orang. 

“Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur atas apa yang dicapai dan bertujuan agar rumah usaha lebih nyaman dan tenteram. Serta memohon keberkahan, kelancaran rezeki, serta ketenteraman bagi penghuni dan pelanggan,” ujar Murti Astini, pemilik Joglo Londo. (*)