Muhammadiyah Membangun SD Sapen Bertaraf Internasional di Yogyakarta
Antrean murid baru SD Muhammadiyah Sapen sampai 7 tahun
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Ketika sebuah sekolah dasar memiliki daftar tunggu pendaftaran hingga tujuh tahun ke depan, layaknya antrean haji, di situlah tergambar betapa tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang ditawarkan. Fenomena inilah yang terjadi pada SD Muhammadiyah Sapen, yang kini tengah bersiap mengembangkan sayapnya menjadi Muhammadiyah Sapen Universal School bertaraf internasional.
Dalam prosesi peletakan batu pertama (groundbreaking) yang digelar Minggu (25/5/2025) di kawasan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Muhammadiyah kembali menegaskan komitmennya membangun peradaban bangsa melalui pendidikan yang unggul, inklusif, dan berkemajuan.
"Fakta bahwa pendaftaran SD Muhammadiyah Sapen sudah penuh hingga tahun 2032 adalah cerminan bahwa sekolah ini telah menjadi simbol mutu, integritas, dan keberhasilan dalam mendidik generasi penerus bangsa," tegas Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Haedar menyebut pendirian Muhammadiyah Sapen Universal School bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan bagian dari misi besar Muhammadiyah dalam menciptakan akses pendidikan bermutu bagi semua kalangan tanpa memandang latar belakang agama, suku, maupun afiliasi politik.
Visi Global dengan Akar Lokal
Haedar menjelaskan, Muhammadiyah Sapen Universal School dirancang sebagai institusi bertaraf internasional yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern, teknologi digital, pendidikan karakter, serta spiritualitas Islam yang mencerahkan.
"Kita ingin SD Muhammadiyah Sapen ini berkembang menjadi Muhammadiyah Sapen Universal School. Kata 'universal' dimaksudkan agar sekolah ini makin meningkat daya jangkau dan kualitasnya di level global," ujar Haedar.
Sekolah ini diharapkan tidak hanya mendidik anak-anak menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter luhur, berakhlak mulia, dan berjiwa rahmatan lil-'alamin. Konsep ini sejalan dengan gerakan global Islamic education movement Muhammadiyah yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Ekspansi Bertahap Menuju Sistem Terpadu
Tak berhenti pada jenjang sekolah dasar, Muhammadiyah berencana mengembangkan jenjang pendidikan berikutnya di kawasan yang sama, termasuk SMP dan SMA Muhammadiyah Sapen. Langkah strategis ini didukung semangat untuk menyiapkan generasi unggul sejak dini hingga jenjang lebih tinggi.
Dalam waktu dekat, Pimpinan Pusat 'Aisyiyah bekerja sama dengan Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta juga akan mendirikan TK ABA Semesta sebagai model PAUD unggulan. Program ini menjadi bagian dari transformasi pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh oleh keluarga besar Muhammadiyah-'Aisyiyah.
Haedar menyebut pembangunan sekolah ini sebagai bentuk tanggung jawab Muhammadiyah dalam mempercepat transformasi pendidikan nasional di tengah persaingan global yang kian ketat. Menurutnya, pendidikan yang unggul dan menyeluruh adalah syarat mutlak untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
"Kalau proses akselerasi dan transformasi pendidikan tidak segera kita lakukan, kita hanya akan mengambang. Kita akan kekurangan sumber daya manusia yang berkarakter kuat dan menguasai sains-teknologi. Padahal bangsa-bangsa lain terus berpacu di bidang ini," tegas Haedar.
Dia menegaskan bahwa Indonesia modern memerlukan insan holistik, bukan hanya yang cerdas secara akademik tapi nir-etika dan nir-keadaban. "Muhammadiyah hadir untuk melahirkan generasi yang kuat iman, taat beribadah, luhur akhlaknya, cakap dalam ilmu dan teknologi, serta berjiwa sosial tinggi," imbuhnya.
Kolaborasi dengan Pemerintah
Pembangunan sekolah ini juga menjadi wujud sinergi antara Muhammadiyah, pemerintah, dan berbagai elemen masyarakat. Muhammadiyah menyambut baik kolaborasi dengan program Sekolah Rakyat yang diinisiasi pemerintah.
"Muhammadiyah juga mengayomi mereka yang kurang mampu, termasuk di kawasan 3T. Program Sekolah Rakyat harus difokuskan dengan baik agar berhasil, dan Muhammadiyah siap berkolaborasi," ujar Haedar.
Sebagai organisasi keagamaan, Muhammadiyah tidak pernah membatasi pelayanannya hanya kepada warga Muhammadiyah atau umat Islam semata. Dalam pandangan Muhammadiyah, pendidikan adalah rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, sekolah-sekolah Muhammadiyah terbuka untuk semua kalangan tanpa memandang latar belakang agama, suku, maupun afiliasi politik.
Haedar yang menjadi saksi perjalanan SD Muhammadiyah Sapen dari kondisi sederhana hingga kini menjadi lembaga unggulan menegaskan, bagi Muhammadiyah, ini adalah bagian dari gerakan Islam berkemajuan yang dijalankan tanpa pamrih, sebagai ibadah dan pengabdian bagi bangsa.
"Sekolah ini diharapkan tidak hanya mendidik anak-anak menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter luhur, berakhlak mulia, dan berjiwa rahmatan lil-'alamin," pungkas Haedar.
Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah akan terus membawa obor pencerahan bagi bangsa melalui pendidikan yang inklusif, berkarakter, dan menjawab kebutuhan zaman.
Mercusuar Peradaban
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq menyinggung filosofi di balik nama "Sapen". Menurutnya, sapen adalah nama pohon yang akarnya menghujam dalam ke bumi dan batangnya menjulang tinggi - sebuah metafora yang relevan dengan semangat pendidikan Muhammadiyah.
"Kalau kita cari di Google, ketika mengetik 'Sapen dan pendidikan', yang muncul adalah SD Muhammadiyah Sapen. Ini menunjukkan kesinambungan semangat akademik dan praktik pendidikan," jelas Fajar, merujuk pada era 2000-an ketika istilah "Madhhab Sapen" sempat merujuk pada pemikiran Islam progresif dan kontekstual.
Fajar menyatakan bahwa fenomena antrean panjang pendaftaran - hingga 6-7 tahun ke depan - menunjukkan kepercayaan tinggi masyarakat terhadap kualitas pendidikan Muhammadiyah.
"Antriannya seperti haji, ini bukti kuatnya kepercayaan publik," katanya.
Fajar mengapresiasi semangat Muhammadiyah yang terus menanam kebaikan melalui pendirian sekolah-sekolah baru di berbagai daerah. Ia menyebut bahwa nyaris setiap hari, Muhammadiyah menggelar peresmian maupun peletakan batu pertama lembaga pendidikan.
"Pak Haedar mungkin sudah capek menerima undangan groundbreaking saking banyaknya," candanya.
Mengutip surat Ibrahim ayat 24 dalam Al-Qur'an, Fajar mengibaratkan pembangunan sekolah ini seperti menanam pohon dengan akar yang kuat dan cabang yang menjulang ke langit.
"Apa yang kita tanam hari ini, mungkin baru akan kita panen 30 atau 40 tahun ke depan. Tapi itu akan menjadi mercusuar peradaban," ujarnya.
Fajar mengusulkan agar sistem dan manajemen Sapen dilembagakan menjadi semacam standar atau kurikulum ISOB (Islamic School Operational Benchmark) yang bisa diadopsi secara sukarela oleh sekolah-sekolah lain di Indonesia.
"Sudah banyak guru-guru dari luar daerah magang di Sapen. Kini saatnya kita pikirkan bagaimana keberhasilan ini bisa dilembagakan untuk memperkuat pendidikan Muhammadiyah di seluruh pelosok negeri," tutupnya. (*)