Seni, Sesungguhnya Alat Diplomasi Penting untuk Mendunia
ISI Yogyakarta membuat desain mobil listrik dari bahan daur ulang
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sebagai kampus seni pertama di Indonesia, kini mulai masuk ke bidang desain teknologi. Langkah itu ditandai dengan peluncuran mobil listrik bertenaga surya, Selasa (8/7/2025), di kampus setempat.
Secara simbolis, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof Stella Christie menekan tombol didampingi Rektor ISI Yogyakarta Dr Irwandi MSn beserta jajarannya maupun mitra perusahaan. Selanjutnya, mobil itu melaju menuju beberapa lokasi yang sudah ditentukan di seputaran kawasan kampus ISI Yogyakarta.
Dikemudikan oleh Pembantu Dekan III Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Lutse Lambert Daniel Morin S.Sn M.Sn sekaligus tim perancang desain mobil tersebut, Wamen Stella bersama Irwandi berkesempatan menjajal kemampuan mobil berpenggerak roda belakang yang mengandalkan tenaga sinar matahari itu.
Wamen Stella mengapresiasi hasil kreasi dan rancang bangun mobil roda tiga dengan cat dominan biru itu. Kemendiktisaintek sangat memberikan dukungan mengingat keberadaan seni sangat penting untuk memacu sains.
“Jangan lupa dan jangan salah paham, seni sangat penting untuk memacu sains dan teknologi unggulan kita,” ujarnya.
Dia kemudian mencontohkan kenapa teknologi digital merek Aple sangat mendunia. Ini karena desainnya. “Teknologi Aple sebenarnya sama dengan Microsoft dan lainnya. Hanya karena desainnya sehingga menjadi mendunia dan luar biasa,” ujar lulusan Harvard University itu.
Dia juga mencontohkan kampus-kampus terkenal di dunia selalu menonjolkan seni sebagai yang utama. Terbukti bangunan yang paling megah berdiri di kawasan kampus-kampus di luar negeri bukanlah laboratorium melainkan museum atau gedung pertunjukan seni.
Itulah kenapa Kemendiktisaintek sangat menginginkan ISI Yogyakarta berkiprah di kancah internasional. Kampus yang berada di wilayah Sewon Bantul itu didorong merancang diplomasi seni secara terstruktur dan terorganisasi serta melakukan banyak riset perihal diplomasi seni.
Dorongan itu disertai dukungan dana supaya mampu menguatkan kebijakan dan kualitas riset yang dihasilkan oleh ISI Yogyakarta, termasuk lewat jurnal-jurnal ilmiah terkait diplomasi seni. “Seni itu sesungguhnya alat diplomasi kita sehingga dikenal dan semakin mendunia,” ungkap Wamen Stella.
Merespons tantangan tersebut, Irwandi sepakat di tengah arus deras industrialisasi sudah semestinya ada kampus yang konsisten dan berkomitmen menjaga jiwa (soul) seni sebagai identitas bangsa Indonesia. “Seni memiliki potensi diplomasi, memang sedikit yang bisa. Potensi ini akan kita buat untuk memberikan support kepada negara,” kata rektor.
Kembali ke mobil listrik, Lutse Lambert Daniel Morin kepada wartawan mengungkapkan, desain body mobil yang terbilang unik dan artistik tersebut sepenuhnya dirancang menggunakan bahan daur ulang serta memanfaatkan potensi alam yang ada di Indonesia. Bahan dasar body mobil itu antara lain plastik tutup botol yang dirajang dan diolah sedemikian rupa.
Wamen Stella menjajal kemampuan mobil listrik hasil kreasi ISI Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Dia menjelaskan, mobil tersebut merupakan program kerja sama ISI Yogyakarta dan Kemendiktisainteks untuk membangun diktisainteks yang berdampak, salah satunya dalam rangka mengenalkan energi tenaga matahari. Selain itu, juga memperoleh dukungan dari beberapa perusahaan yaitu Senli yang memasok mesin, PT Energi Terbaharukan untuk panel perangkat tenaga surya serta Chitose berupa dukungan interior.
Menariknya, mobil yang diberi nama Saraswati SEV (Saraswati Solar Electronic Vehicle) berpelat nomor I5I itu hanya dikerjakan dalam waktu delapan hari saja. Kali ini, kata Luste, memang baru satu unit. Selanjutnya akan dianggarkan lagi modifikasi enam unit.
“Mobil ini awalnya dari perusahaan Senli mengirimkan apa adanya. Kemudian, sivisitas akademika ISI Yogyakarta terdiri dari mahasiswa dan dosen Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Media Rekam merancang desainnya,” kata dia.
Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan lampu kereta kuda atau andong yang terpasang pada bagian belakang serta ornamen Putri Mirong dan beberapa aksesoris sebagai representasi ciri khas Yogyakarta. “Tak lupa, ada tepong becak yang kita gunakan sebagai ciri khas becak Yogyakarta,” jelasnya.
Lutse Lambert mengakui mobil hybrid itu sementara waktu mobilitasnya hanya di lingkungan kampus. “Transportasi ini diefektifikan sementara untuk tamu yang berkunjung ke ISI Yogyakarta. Ke depan akan dikembangkan untuk mobilitas sivitas akademika,” ungkapnya.
Satu rangkaian dengan peluncuran mobil tenaga surya, juga digelar Seminar Nasional Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta Art & Diplomacy bertema Memperkuat Jejaring Seni, Mewujudkan World Class University.
Seminar yang berlangsung di Concert Hall Insitut Seni Indonesia Yogyakarta tersebut dihadiri Wamendiktisaintek Stellla Christie dan Wamenlu RI Arif Havas O sebagai pembicara kunci. Pembicara lainnya adalah Kolektor Seni Asia Pasifik Philipe Augier, Peneliti Seni Helly Minarti Ph D, Peneliti dan Staf Pengajar ISI Yogyakarta Kurniawan Adi S Ph D maupun Staf Pengajar ISI Yogyakarta Dr Mikke Susanto MA.
Rektor ISI Yogyakarta Dr Irwandi MSn menyatakan, seminar kali ini sangat penting dan spesial sebagai rangkaian Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta sebagai kampus seni terbesar di Indonesia dengan jumlah mahasiswa terbanyak.
Sedangkan Wamenlu Arif Havas O lewat sambutannya melalui rekaman video menyatakan seni merupakan kekuatan bangsa Indonesia yang luar biasa. Dia pun memberikan tantangan bagi ISI Yogyakarta agar memanfaatkan aset yang luar biasa itu untuk mendesain misi diplomasi seni ke luar negeri. (*)