Stigma “Sains Eksklusif” ingin Dihapus Lewat Lukisan Ilmuwan pada Pameran SciArt 8.0
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) meluncurkan pameran SciArt 8.0 sebagai strategi baru untuk mendekatkan sains kepada masyarakat. Melalui pendekatan seni visual, khususnya lukisan ilmuwan, pemerintah ingin menghapus stigma bahwa sains bersifat eksklusif dan hanya untuk kalangan akademik.
“Perbincangan sains harus bisa jadi bagian dari obrolan santai sehari-hari. Saat ngopi atau ngobrol bersama keluarga, kita ingin sains hadir di situ,” ujar Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek, Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, S.Si., M.Si., saat pembukaan pameran di Museum Benteng Vredeburg, Selasa (24/6/2025).
Pameran ini menampilkan 29 dari total 80 lukisan ilmuwan yang akan dibuat untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh yang diangkat berasal dari berbagai era—dari ilmuwan asing yang berjasa bagi Nusantara, hingga cendekiawan dan saintis Indonesia modern seperti B.J. Habibie, Selo Soemardjan, dan Miriam Budiardjo.
Menurut Prof. Yudi, program ini merupakan bagian dari strategi “soft power” untuk menggeser perbincangan publik dari gosip hiburan menjadi diskusi ilmiah yang relevan.
“Saintek selama ini dianggap rumit dan membingungkan. Padahal, ia bisa menjadi bagian dari narasi budaya kita. Kita ingin sains, kebijakan, dan kehidupan masyarakat berjalan beriringan, saling terhubung dan saling memperkuat,” pungkasnya.
Seniman Paul Hendro, yang menggarap lukisan-lukisan tersebut, menggunakan teknik realis dengan efek kamera obscura dan metode pinhole untuk menciptakan kontras dramatis antara terang dan gelap—melambangkan pencerahan setelah kegelapan.
“Awalnya kami ingin melukis 100 ilmuwan, tapi akhirnya disepakati 80, disesuaikan dengan waktu pengerjaan dan momen 80 tahun kemerdekaan,” jelas Paul.
Tokoh-tokoh yang dilukis antara lain Georg Everhard Rumphius, Alfred Russel Wallace, Eugène Dubois, serta tokoh nasional seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Tan Malaka, dan Kartini. Kurasi tokoh dilakukan dengan mempertimbangkan kontribusi nyata terhadap masyarakat.
Proyek ini berakar dari simposium Rumphius di Benteng Amsterdam, Hila, pada 2017 dan semakin menguat setelah peringatan pemancungan ilmuwan Ahmad Mukhtar di Ereveld Ancol pada 3 Juli 2023.
Ke depan, SciArt 8.0 akan menjadi bagian dari program jangka panjang yang mengarah pada pengembangan Festival Artchipelagos—sebuah platform integratif antara seni, sains, dan budaya populer.
Yogyakarta dipilih sebagai lokasi peluncuran perdana, karena dinilai sebagai simpul strategis gerakan demokratisasi sains, bersinergi dengan gelaran ARTJOG 2025 dan Konferensi Sejarah Kedokteran Asia Tenggara ke-10.
Dalam rangkaian SciArt 8.0 ini pula Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelar talkshow bertajuk “Rapsodi: Menyatukan Seni, Sejarah, dan Saintek”.
Acara ini menjadi bagian dari upaya diseminasi informasi dan publikasi program strategis Kemdiktisaintek tahun 2025 kepada publik, khususnya melalui media massa.
Talkshow ini menghadirkan sejumlah narasumber penting lintas sektor. Melalui diskusi ini, Kemdiktisaintek ingin menyoroti pentingnya sinergi antara seni, sejarah, dan ilmu pengetahuan dalam membentuk narasi kebudayaan yang inklusif dan kontekstual.
Selain itu, talkshow ini juga menjadi bagian dari rangkaian agenda kolaboratif antara institusi riset, pelaku seni dan pengelola museum. (*)