Wayang Gagrak Bagelen Punya Gaya Tersendiri
Diusulkan mendapat sertifikat Warisan Budaya Tak benda (WBTb) dari Kementerian Kebudayaan RI.
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo mendokumentasikan pergelaran Wayang Gagrak Bagelen untuk mendapatkan sertifikat Warisan Budaya Tak benda (WBTb) dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Dalam khazanah seni pertunjukan wayang kulit, Wayang Gagrak Bagelen memiliki gaya tersendiri. Wayang ini dibuat oleh Ki Warsoguno dari Kecamatan Kaligesing, seorang perajin wayang di Kerajaan Mataram pada masa sebelum perjanjian Giyanti.
Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755, Kerajaan Mataram terbelah dua menjadi Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Pasca-perjanjian Giyanti, Ki Warsoguno pulang ke Kaligesing dan meneruskan pembuatan Wayang Gagrak Bagelen.
Wayang Gagrak Bagelen juga dikenal sebagai wayang kulit Kaligesingan. Wayang kulit khas Purworejo ini memiliki sejarah panjang dan telah berusia ratusan tahun.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo, Yudhie Agung Prihatno. (istimewa)
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Yudhie Agung Prihatno, menjelaskan pihaknya mendokumentasikan pergelaran Wayang Gagrak Bagelen untuk diusulkan mendapat sertifikat Warisan Budaya Tak benda (WBTb) dari Kementerian Kebudayaan RI.
"Pada prosesi jamasan malam 1 Sura, ada pergelaran Wayang Gagrak Bagelen. Pergelaran tersebut diambil dokumentasi guna proses pengusulan WBTb," ujar Yudhie, Selasa (2/7/2025), di kantornya.
Wayang Gagrag Bagelen dimiliki oleh kolektor asal negara Jerman dan Amerika. Wayang tersebut memiliki keunikan tersendiri dari bentuk fisik dan warna. Iringan gamelan (musik) pun berbeda.
Kabid Kebudayaan Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih menambahkan pihaknya menggelar Wayang Gagrak Bagelen bertepatan dengan jamasan tosan aji. Pementasan itu bekerja sama dengan Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia).
Kabid Kebudayaan Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih dan Pamong Kebudayaan Fakhul Wahid. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)
"Jamasan menjadi event tahunan, kami berharap menjadi edukasi ke masyarakat terutama anak-anak muda bahwa apa yang sudah ada ini perlu dilestarikan dan dikembangkan serta diinfokan ke masyarakat, sehingga akan menjadi tontonan sekaligus tuntunan untuk generasi muda," kata dia.
Selain Wayang Gagrak Bagelen, Pemkab Purworejo tahun ini juga mengusulkan makanan khas Purworejo, Clorot.
Lebih lanjut Dyah Woro Setyaningsih menjelaskan Pepadi memang punya kegiatan pementasan wayang dalam rangka edukasi. "Kemudian kita rekrut, sehingga Wayang Gagrak Bagelen dibiayai oleh Pepadi dan tidak untuk kegiatan jamasan," jelasnya.
Menurut Woro sebetulnya saat ini Wayang Gagrak Bagelen justru dicari. Diperoleh informasi ada pula Wayang Gagrag Kedu dan Banyumas. "Itu juga sedikit banyak mengambil gaya dari Wayang Gagrak Bagelen," tambahnya.
Mengumpulkan data
"Saat ini kita belum bisa memastikan ketika hasil kajian ini belum selesai dan kita sedang berproses dengan tim ahli, dan kita sedang mengumpulkan data-data," katanya didampingi Pamong Kebudayaan Dindikbud Purworejo, Fakhul Wahid.
Melalui FGD (Focus Group Discussion), lanjut dia, dari situ dilakukan perumusan selanjutnya diserahkan ke provinsi terlebih dahulu untuk dikaji dan mendapatkan rekomendasi.
Woro menambahkan Kabupaten Purworejo sudah memiliki WBTb yaitu Tari Dolalak, kesenian tradisional Jolenan Somongari serta Kesenian tradisional Cimpoling. Tahun lalu pihaknya mengirimkan kuliner dawet ireng dan sega penek ke Provinsi Jawa Tengah, mendapat rekomendasi ditangguhkan karena kurang kuat.
Selain itu, juga mengirimkan grebeg ingkung sewu, rekomendasinya lemah. Dari hasil kajian ada catatan yang harus dipenuhi. (*)