Embung Tirta Mulya Tak Pernah Kering, Selamatkan Warga Desa Tegalmulyo dari Krisis Air Akibat Kemarau Panjang

Jarak desa ini dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar empat kilometer.

Embung Tirta Mulya Tak Pernah Kering, Selamatkan Warga Desa Tegalmulyo dari Krisis Air Akibat Kemarau Panjang
Warga memanfaatkan air Embung Tirta Mulya di Kemalang Klaten. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Kemarau panjang yang terjadi saat ini menyebabkan daerah-daerah di Indonesia mengalami kekeringan termasuk Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Keberadaan Embung Tirta Mulya di sana sangat membantu  masyarakatnya dari kekurangan air, sehingga bisa tetap bertanam sayur mayur dan menjadi sumber air minum untuk ternak-ternak mereka.

Terlihat, beberapa warga, baik pria maupun wanita, sedang mengantre di Embung Tirta Mulya, untuk mengisi jerigen-jerigen mereka dan membawanya dengan sepeda motor. Warga bahkan harus beberapa kali pulang-pergi untuk mengambil air di embung tersebut.

“Kami sangat terbantu dengan adanya embung ini karena bisa kami gunakan untuk menyiram tanaman dan kasih minum ternak. Apalagi air di desa kami sangat sulit dan terjadi musim kemarau yang sangat panjang,” kata seorang warga bernama Eko, Selasa (10/10/2023).

ARTIKEL LAINNYA: Dampak El Nino, Bupati Klaten Instruksikan Pemdes Aktifkan Lumbung Pangan

Terpisah, Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, menyampaikan hal serupa. “Air dari embung itu sangat membantu masyarakat di desa kami. Masyarakat biasanya menggunakan air dari embung untuk kebutuhan air ternak atau bahasa kami (Jawa) itu ngombor. Selain itu juga digunakan untuk menyirami tanaman sayur mayur itu. Apalagi saat musim kemarau panjang saat ini, air dari embung itu sangat membantu masyarakat di Desa Tegalmulyo ini,” ujarnya.

Setiap hari terutama saat kemarau panjang seperti saat ini, masyarakat Desa Tegalmulyo selalu memenuhi Embung Tirta Mulya untuk mengambil air dengan menggunakan sepeda motor.

Seperti diketahui, setiap musim kemarau desa-desa di kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi selalu mengalami krisis air termasuk Desa Tegalmulyo.

Jarak desa ini dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar empat kilometer, menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten. Mayoritas lapisan tanah atasnya yang berupa pasir, menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya.

ARTIKEL LAINNYA: Doa Bersama di Persawahan, Warga Krecek Delanggu Mensyukuri Hasil Panen

Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk musim kemarau sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air.

Maka, kata Sutarno, sejak dibangun PT Tirta Investama - Pabrik Klaten (AQUA Klaten) dengan menggandeng Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diresmikan pada tahun 2017 bertepatan dengan Hari Air Sedunia 22 Maret, Embung Tirta Mulya ini bermanfaat untuk menampung air hujan agar bisa digunakan sebagai sumber air baku masyarakat, terutama saat musim kemarau.

“Embung ini menahan limpasan air dari lereng Merapi saat musim penghujan dan lapisan embungnya menahan air sebagai persediaan air selama masa kemarau seperti saat ini. Dengan kedalaman lima meter mampu menampung sekitar 12 ribu meter kubik air,” kata Sutarno.

Menurut dia, selama ini air yang ada di Embung Tirta Mulya tidak pernah kering dan sangat membantu warga Desa Tegalmulyo.  “Karena musim kemarau yang sangat panjang saat ini, air di embung semakin lama semakin menipis. Apalagi kemarin kan sempat bocor di atas satu meter dari permukaan. Karenanya, kita nanti akan merenovasinya dan mengurasnya lagi,” lanjutnya.

ARTIKEL LAINNYA: Cegah Mulai dari Hulu, Jangan Sampai Stunting Menggoda Anak Cucu

Memang, kata Sutarno, air Embung Tirta Mulya ini tidak bisa digunakan untuk kebutuhan air minum warga. Untuk kebutuhan air minum, warga Desa Tegalmulyo rata-rata harus mengeluarkan dana sebesar Rp 300 ribu untuk 5.000 liter air bersih. “Itu digunakan untuk kebutuhan air minum selama setengah bulan hanya untuk satu keluarga saja,” ucapnya.

Jadi, katanya, keberadaan Embung Tirta Mulya ini sangat membantu mengurangi beban masyarakat untuk membeli air. “Bagi kami, keberadaan embung ini sangat membantu masyarakat Tegalmulyo secara keseluruhan walaupun tidak bisa digunakan untuk air bersih. Tapi, setidaknya untuk kebutuhan lain di desa kami sudah terpenuhi berkat embung ini,” kata Sutarno.

Embung Tirta Mulya dibangun bersama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, akademisi UGM dan AQUA Klaten.

Berawal dari kebutuhan masyarakat, bersama para relawan Merapi didukung tim riset  Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan juga bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) milik PT Tirta Investama dan atas izin dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi Magelang dibangunlah embung.

ARTIKEL LAINNYA: Kupas Kelapa Lebih Mudah, Berka Alat Ciptaan Pelajar SMK Muhammadiyah Bambanglipuro Bantul

Bangunan air yang hampir menyerupai lonjongan itu didesain dengan pagar besi dan paving sebagai jalan setapak mengelilingi embung dengan tanaman hias di sekelilingnya.

Bagi yang gemar selfie ketika beruntung langit bercuaca cerah, pengunjung bisa berfoto diri dengan latar belakang puncak Merapi yang merekah.

Menurut dosen UGM Heru Hendrayana, cekungan Embung Tirta Mulya seluas 0,6 hektar ini menggunakan teknologi geomembran yang ditanam dan mampu bertahan hingga 50-60 tahun ke depan.  Dengan kedalaman lima meter.

Embung Tirta Mulya mampu menampung air hujan sampai 12 ribu meter kubik sehingga tidak saja mencukupi kebutuhan air baku dan untuk irigasi. Lokasinya secara geografis juga memiliki panorama yang indah sehingga bisa juga menjadi destinasi wisata, melengkapi obyek wisata dataran tinggi di Lereng Merapi. (*)