Cegah Mulai dari Hulu, Jangan Sampai Stunting Menggoda Anak Cucu

Jika ada ibu hamil tidak mau makan, cepat diperiksakan ke Puskesmas.

Cegah Mulai dari Hulu, Jangan Sampai Stunting Menggoda Anak Cucu
Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto saat menjadi narasumber Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana, Selasa (10/10/2023), di Joglo Ndalijan, Trihanggo Gamping Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Langkah panjang menuju Indonesia Emas 2045 bertepatan 100 tahun Indonesia merdeka sudah dimulai dari sekarang melalui pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Demi terwujudnya visi itu, masa depan anak cucu tidak boleh terganggu oleh stunting. Inilah yang menjadi fokus perhatian saat berlangsung Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota DPR RI Komisi IX, Selasa (10/10/2023), di Joglo Ndalijan Kalurahan Trihanggo Gamping Sleman.

Kegiatan bertema Merdekakan Anak Indonesia dari Stunting kali ini dihadiri narasumber Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, Inspektur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani serta Kepala DP3AP2KB Kabupaten Sleman, Wildan Sholichin.

Stunting bukanlah penyakit melainkan gangguan tumbuh kembang bayi akibat kekurangan gizi kronis atau infeksi terus menerus. “Tidak berbahaya tetapi merepotkan. Mana mungkin cita-cita Indonesia Emas bisa tercapai kalau masih ada stunting,” kata Sukamto.

Di hadapan ratusan peserta kegiatan itu, anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menegaskan sebagaimana termaktub di dalam UUD 1945, anak-anak stunting juga menjadi tanggung jawab pemerintah.

Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, bersama anggota DPRD Sleman Rahayu Widi Nuryani dan Rahayu Widi Cahyani. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Politisi senior yang pada 2024 berniat maju sebagai calon bupati Sleman ini sepakat pencegahan stunting perlu dimulai sejak dini.

Karena itu, kata dia, usia menikah jangan terlalu muda atau sebaliknya jangan terlalu tua. “Kalau ada gadis usia 35 tahun saya carikan suami supaya cepat kawin,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, ibu hamil juga wajib periksa ke dokter. “Jika ada ibu hamil tidak mau makan, cepat diperiksakan ke Puskesmas. Risikonya tinggi. Banyak di daerah-daerah dan kampung-kampung ibu hamil tidak mau makan nasi. Maunya godhong kates thok. Bahkan ada yang makan pecahan bata atau ampo,” ungkapnya.

Supaya generasi masa depan mampu bersaing, menurut pensiunan anggota polisi ini, mereka harus dijaga agar tidak terkena stunting.

“Sekarang, anak kalau tidak pinter jangan berharap jadi Kapolres, Kapolsek, Dandim atau Inspektur BKKN. Mendidik anak harus pintar dan cerdas. Jangan hanya membanggakan kekayaan. Anak jangan dimanja,” ungkapnya.

Inspektur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Ari Dwikora Tono juga tidak ingin generasi masa depan Indonesia tidak tumbuh optimal akibat stunting.

“Jika stunting masih merebak maka mengganggu mutu dan kualitas tenaga kerja. Harus dicegah dari hulu saat masih remaja,” ujarnya.

Supaya terhindar dari stunting, lanjut dia, hindari Empat T (empat terlalu) yaitu jangan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kehamilan dan terlalu banyak.

Masa kehamilan sampai 1.000 hari kehidupan merupakan fase penting yang harus betul-betul dijaga.

Disebutkan, semboyan BKKBN dua anak cukup sudah tercapai. Begitu jumlah penduduk Indonesia terkendali sekarang saatnya untuk mengedepankan kualitas keluarga.

Mengutip ahli, lebih lanjut Ari menjelaskan sesorang yang menikah terlalu dini berisiko karena lubang lahir diameternya belum mencapai 10 sentimeter sedangkan lingkar diameter tengkorak bayi 9,8. Hal itu berisiko mengakibatkan kematian ibu saat melahirkan atau berisiko stunting.

ARTIKEL LAINNYA: Tersipu Malu Peroleh Tawaran Menikah, Padahal akan Dibiayai Anggota DPR RI

Setelah bayi lahir, narasumber lainnya Andi Ritamariani menjelaskan pentingnya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif diberikan selama enam bulan penuh. ASI selain memberikan imunitas juga mencegah bayi menjadi stunting.

“Satu-satunya makanan yang paling cocok dengan alat pencernaan bayi usia nol sampai enam bulan adalah ASI,” ujarnya.

Menurut dia, stunting berdampak pada terganggunya kecerdasan. Stunting bisa kembali normal tetapi sulit dan butuh biaya besar.

Angka stunting di DIY saat ini 16,4 persen. targetnya  pada 2024 turun menjadi 14 persen. “Kita upayakan. Yakin, tidak ada keluarga yang ingin anaknya stunting,” jelasnya.

Wildan Solichin menambahkan, stunting tidak identik dengan kemiskinan karena faktanya di Kabupaten Sleman 95 persen anak stunting justru berasal dari keluarga mampu. Ini terjadi karena pola asuh dan pola makan yang tidak benar.

Apalagi anak-anak zaman sekarang tidak suka makan sayuran dan buah-buahan. “Anak-anak SD jajannya cilok. Jangankan yang kecil, yang tua pun suka cilok, gizinya tidak ada,” ungkapnya. (*)