Ekonomi DIY Tumbuh Tertinggi Kedua di Jawa, Kenapa Hotel Sepi Wisatawan?

Kepala OJK DIY, Eko Yunianto, menilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu diiringi dengan pemulihan menyeluruh di sektor-sektor kunci, terutama pariwisata.

Ekonomi DIY Tumbuh Tertinggi Kedua di Jawa, Kenapa Hotel Sepi Wisatawan?
Kepala OJK DIY memberikan keterangan pers terkait pertumbuhan ekonomi. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen pada triwulan I tahun 2025 (year-on-year), menjadikannya provinsi dengan pertumbuhan tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Jawa Timur.

Angka ini melampaui rata-rata nasional yang juga berada di 5,11 persen. Meski demikian, sektor pariwisata DIY masih menghadapi tekanan. Kenapa hotel masih sepi wisatawan? Ini tercermin dari rendahnya tingkat hunian kamar hotel di tengah peningkatan jumlah wisatawan.

Namun, meski sektor penyediaan akomodasi mencatat pertumbuhan yang tinggi, data justru menunjukkan anomali pada tingkat hunian hotel. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di DIY pada triwulan I 2025 hanya sebesar 23,15 persen, jauh di bawah rerata nasional.

Bahkan, hotel nonbintang hanya mencatatkan hunian sebesar 9,57 persen. Ini menjadi ironi di tengah kenaikan jumlah wisatawan yang tercatat mencapai 1,5 juta orang, naik 3,49 persen dibanding tahun lalu.

Pergeseran pola

Kondisi ini mengindikasikan adanya pergeseran pola berwisata. Masyarakat cenderung melakukan perjalanan harian tanpa menginap atau memilih alternatif akomodasi di luar hotel, seperti homestay, guest house atau apartemen sewa.

Fenomena ini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala OJK DIY, Eko Yunianto, menilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu diiringi dengan pemulihan menyeluruh di sektor-sektor kunci, terutama pariwisata.

“Angka pertumbuhan yang tinggi ini adalah fondasi yang baik. Tapi kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa sektor pariwisata belum pulih sepenuhnya. Perlu intervensi agar pelaku usaha hotel dan pariwisata bisa bangkit, termasuk dari sisi pembiayaan dan insentif,” kata Eko, Selasa (27/5/2025).

Dia menambahkan peran sektor jasa keuangan sangat krusial dalam mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi DIY. “Kami mendorong perbankan dan lembaga keuangan untuk lebih proaktif menyasar sektor-sektor terdampak, seperti akomodasi dan UMKM pariwisata, dengan pembiayaan yang adaptif dan inklusif,” ujarnya.

Perdagangan besar

Dari sisi struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), lanjutnya, DIY masih didominasi oleh sektor pendidikan yang menyumbang 22,99 persen, diikuti industri pengolahan 15,78 persen, dan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 12,87 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi komponen terbesar dengan kontribusi 63,65 persen.

Eko menilai penguatan investasi dan ekspor akan menjadi penopang pertumbuhan jangka menengah.
“Sektor industri pengolahan DIY sudah mulai pulih dan menunjukkan potensi ekspor, terutama ke Amerika Serikat. Ini bisa dimaksimalkan untuk mendorong kinerja neraca perdagangan daerah,” jelasnya.

Meski masih menghadapi tantangan di sektor pariwisata dan hotel, tren pertumbuhan ekonomi DIY menunjukkan optimisme. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan diharapkan dapat mengoptimalkan momentum ini untuk mempercepat pemulihan yang lebih merata di seluruh sektor. (*)