Warga dan Wisatawan Baca Puisi di Tengah Hiruk-Pikuk Malioboro

Mereka dengan sigap mengajak wisatawan, pelajar hingga tukang becak untuk turut serta.

Warga dan Wisatawan Baca Puisi di Tengah Hiruk-Pikuk Malioboro
Pembawa acara mendampingi peserta FSY di Malioboro, Rabu (6/11/2024). (anung marganto/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Berkonten Sastra, program yang menjadi bagian dari Festival Sastra Yogyakarta (FSY), sukses mengubah Malioboro menjadi arena sastra yang meriah dan inspiratif.

Pengunjung yang melintas diajak turut serta membacakan karya-karya sastra Indonesia dan Jawa, sehingga memberikan sentuhan unik pada suasana hiruk-pikuk Malioboro yang kaya sejarah dan budaya. Kegiatan FSY tersebut diselenggarakan di Malioboro, Rabu (6/11/2024) sore.

Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, berharap program FSY bisa lebih mendekatkan sastra ke masyarakat.

“Kami ingin Yogyakarta tetap dikenal sebagai kota yang mencintai dan merawat sastra, baik di panggung maupun dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Seniman lokal

Di depan Pasar Beringharjo, Titik Nol dan area sekitar Bank Indonesia, bendera panji FSY berkibar menemani tim yang terdiri atas Sukma, seorang seniman lokal yang memandu pembacaan, bersama Alarik dan Dwi Lestari.

Mereka dengan sigap mengajak wisatawan, pelajar, hingga tukang becak untuk turut serta. Para peserta dengan penuh semangat mendeklamasikan puisi karya penyair besar Indonesia seperti Aan Mansyur, Sapardi Djoko Damono, hingga Joko Pinurbo, serta geguritan (puisi Jawa) karya penyair lokal seperti Fani Ayuningtyas dan Kunthi Khusnun Insani.

Tepat di depan pintu masuk Pasar Beringharjo, di antara hiruk-pikuk pengunjung dan deretan toko, sejumlah warga, mulai dari muda hingga tua, tampak sibuk dengan lembaran puisi di tangan.

“Awalnya, kebanyakan warga ragu, mungkin karena belum terbiasa membacakan puisi di ruang publik. Namun, dengan sedikit dorongan, mereka berhasil menyampaikan puisi dengan ekspresi yang menyentuh,” ungkap Sukma.

Ruang publik

Program itu bukan sekadar menghidupkan sastra di ruang publik, tetapi juga menjadi jembatan antara sastra dan generasi muda Yogyakarta. Salah seorang peserta, Leo, mengaku awalnya malu, namun senang bisa berpartisipasi dan mendapatkan hadiah buku dari FSY.

“Rasanya keren banget bisa baca puisi Sapardi di tempat bersejarah seperti Malioboro. Jadi makin cinta sama puisi,” ujarnya dengan antusias.

Sukma menyatakan Berkonten Sastra menjadi pengalaman yang mengesankan. “Melihat bagaimana sastra bisa menghubungkan orang-orang dari berbagai latar, entah itu pelajar atau tukang becak, menjadi bukti bahwa sastra bisa hidup di hati masyarakat. Malioboro benar-benar menjadi saksi bahwa Jogja masih memiliki semangat berkarya dan berpuisi,” katanya.

Kegiatan ini juga menarik perhatian rombongan wisatawan pelajar dari SMK As-Shofa Tasikmalaya yang turut serta membaca puisi, sore itu.

Setiap peserta yang tampil menerima hadiah buku dan uang sebagai apresiasi. Kegiatan ini tak hanya berlangsung di Malioboro, namun dokumentasinya ditayangkan di sosial media FSY, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, serta akun peserta terpilih, sehingga harapannya dapat menjangkau publik yang lebih luas.  (*)