Sempat Grogi, Jovanta Rebut Juara 1 YPTI Mastercamp Competition
KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Mengaku sempat grogi, Jovanta Nur Hidayat siswa SMKN 2 Jogja akhirnya merebut juara 1 dalam gelaran YPTI mastercamp Competition, yang digelar oleh PT Yogyakarta Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) di Kalasan.
Menyusul Jovanta, di peringkat kedua dan ketiga masing-masing diraih oleh Maylandri Bayu Dewaji dari SMKN 2 Wonosari dan Ryan Catur Pambudi, siswa SMKN 2 Pengasih Kulonprogo.
Usai menerima hadiah, Jovanta mengaku sempat gugup dan kesulitan dengan materi yang dilombakan. Namun, Jovanta kemudian bisa cepat menyesuaikan diri dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.
Kepada awak media, Jovanta mengaku kompetisi semacam ini banyak memberikan manfaat kepada peserta. Selain membangun jaringan antar siswa, peserta juga mendapat kesempatan sangat penting dan berharga untuk mencoba mesin-mesin yang biasa digunakan di industri.
“Memang materi yang dikompetisikan lumayan sulit. Apalagi di sekolah kami masih terbiasa dengan membuat gambar secara manual tanpa komputer. Sedangkan di sini, semua sudah memakai komputer,” katanya.
Namun, latihan yang sempat ia jalani dengan tekun di sekolah sebelum ikut kompetisi, ternyata banyak membantu. Jovanta dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan piranti, karena sudah memiliki dasar dalam Teknik menggambar.
Menurutnya, kompetisi tersebut dinilai penting untuk terus digelar. Selain menambah pengetahuan, kompetisi serupa juga akan membuat para siswa SMK mengetahui kebutuhan kalangan industri. “Selain itu, mentalnya juga bisa terbangun melalui kompetisi semacam ini,” katanya.
Direktur Utama PT YPTI Petrus Tedja Hapsoro mengaku senang kompetisi yang pertama kali digelar ini berlangsung lancar dan sukses. Ia berharap, kompetisi ini akan membawa dampak positif bagi upaya mendorong kualitas lulusan SMK yang kompeten di bidangnya.
Petrus mengatakan, membangun link and match antara sekolah vokasi dengan kalangan industri perlu terus diperkuat. Kompetisi yang ia gelar, menjadi salah satu cara untuk membangun semangat itu.
“YPTI sangat beterimakasih. Kami bisa terus berkembang karena dukungan sekolah-sekolah vokasi dan lulusan-lulusannya. Sudah menjadi kewajiban kita bersama, untuk memastikan sekolah vokasi semakin berkembang baik, dan lulusannya juga semakin berkualitas. Perusahaan atau industri seperti kami bisa maju, berkembang dan kompetitif, kalau didukung oleh alumni sekolah vokasi yang kompeten,” katanya.
Kegiatan YPTI Mastercam Competition 2024 digelar sejak Kamis (15/8/2024) hingga Jumat (16/8/2024). Kompetisi tersebut diikuti oleh 12 SMK di DIY, dengan materi lomba yang dirancang tidak sebatas pada pembuatan desain, tapi juga bisa diaplikasikan pada teknik permesinan.
“Secara umum sudah bagus. Kalaupun perlu perbaikan, lebih pada kesiapan mental para peserta. Perlu ada playground bagi siswa untuk berinteraksi secara fisik. Kalau secara pengetahuan bagus, tapi masih grogi. Jadi di sekolah perlu ada pelatihan supaya secara mental anak kuat,” kata Petrus.
Petrus mengakui, apa yang dirintis oleh YPTI baru sebagian kecil dari lingkup bidang sekolah vokasi, sebab masih sebatas pada bidang permesinan. Sedangkan sekolah vokasi sangat luas. Untuk itu, ia berharap langkah serupa juga bisa dilakukan oleh pengusaha ataupun kalangan industri lainnya, bekerjasama dengan sekolah-sekolah vokasi dengan jurusan yang sesuai.
“Saya sendiri akan terus mencoba mendorong semangat ini melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Harapannya tentu makin semarak dan meluas, sehingga bisa bersama-sama mengembangkan sekolah vokasi untuk kepentingan yang lebih luas,” lanjutnya.
Salah seorang juri YPTI Mastercam Competition 2024 yang juga Dosen Sekolah Vokasi UGM, Aris Indarianto menyebut, kompetisi yang digelar YPTI ini menjadi contoh yang baik untuk memperkuat link and match antara lembaga pendidikan dengan industri.
Kalangan industri juga akan diuntungkan dengan ajang serupa. Mereka tidak akan susah-susah melakukan rekrutmen karena bisa melihat langsung talent-talent yang dibutuhkan.
“Jadi di ajang ini, SMK seolah dibuka wawasannya bahwa tuntutan industri sudah berkembang sedemikian rupa. Harapannya kompetisi ini bisa meningkatkan proses pembelajaran di sekolah sesuai kebutuhan industri,” katanya.
Menurut Ignatius Aris Indarianto, pendidikan vokasi di DIY sudah baik. Hanya saja sekolah-sekolah vokasi masih perlu terus beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan industri. Untuk menjembatani kebutuhan sekolah vokasi dengan kebutuhan industri, katanya, maka sekolah perlu memaksimalkan program magang.
“Program ini, sekaligus dapat mengatasi kesenjangan yang terjadi, terutama keterbasan sarana pembelajaran di sekolah terkait teknologi yang sudah berkembang di industri. Karena harus diakui, untuk mengadakan sarana pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi di industri itu mahal. Belum tentu sekolah mampu,” tandasnya. (*)