Peneliti Harus Mampu Menginspirasi Pengembangan Iptek di Tengah Pandemi Covid-19

Peneliti Harus Mampu Menginspirasi Pengembangan Iptek di Tengah Pandemi Covid-19

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penerbit dan Publikasi (BPP) UGM menggelar International Conference on Smart and Innovative Agriculture (ICoSIA) 2020, Rabu (4/11/2020) hingga Kamis (5/11/2020). Konferensi yang menjadi bagian dari seri konferensi Universitas Gadjah Mada Annual Scientific Conferences (UASC) 2020 ini diselenggarakan secara daring di tengah pandemi Covid-19. Hal ini sesuai kebijakan pemerintah bagi perguruan tinggi dalam mentaati protokol kesehatan (prokes) Covid-19.

“Semoga ICoSIA yang pertama ini dapat secara signifikan menginspirasi akademisi atau peneliti lain, untuk mencapai dampak yang lebih besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tengah pandemi,” papar Rektor UGM, Panut Mulyono, Rabu (4/11/2020).

Menurut Panut, ICoSIA menjadi platform akademis yang ideal bagi para peneliti untuk mempresentasikan temuan riset dan memaparkan perkembangan terbaru di bidang pertanian. Konferensi ini dan menyambut para peserta serta pembicara yang berasal dari berbagai negara.

 

Peserta konferensi ini berasal dari delapan negara, yaitu Indonesia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Meksiko, Rusia, dan Amerika, dengan total 72 judul artikel terdaftar untuk mengikuti ICoSIA 2020.

Namun hanya 65 judul yang dinyatakan lolos review untuk dipresentasikan pada enam simposium berbeda. Yakni Agricultural Economics and Marketing symposium, Big Data Analysis symposium, Environmental Management symposium, Precision Nutrition Technology symposium, Smart and Precision Farming symposium, serta Sustainable Food Production symposium.

 

ICoSIA 2020 menghadirkan narasumber dari tiga negara, yaitu Prof. Byoung-Kwan Cho dari Chungnam National University (Korea Selatan), Prof. Yu-Pin Lin dari National Taiwan University (Taiwan), Assistant Prof. Lu Na dari Chiba University (Jepang), dan Prof. Shau-Chun Wang dari National Chung Cheng University (Taiwan) untuk menyampaikan gagasan dan hasil penelitiannya di sesi pleno.

Lin menyampaikan tentang tantangan dan evolusi dari e-Agriculture. E-Agriculture, berkenaan dengan perancangan, pengembangan, dan penerapan cara-cara inovatif untuk menggunakan teknologi komunikasi dan informasi dengan fokus utama pada pertanian.

Strategi ini dapat meningkatkan potensi untuk inovasi dalam layanan dan penggunaan sumber daya secara rasional, dan dengan demikian meningkatkan kesempatan usaha, mengurangi risiko, dan memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan.

“Banyak teknologi telah digunakan untuk e-agriculture. Perkembangannya sejalan dengan perkembangan teknologi,” ucapnya.

Apalagi pertanian digital bergantung pada kualitas data untuk mengumpulkan informasi, memperbaiki pengambilan keputusan, memungkinkan layanan yang inovatif, serta meningkatkan komunikasi di antara para pemangku kepentingan.

Dari tahun ke tahun, peran teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang dari penggunaan telepon, televisi, radio, komputer, dan internet untuk komunikasi pengguna akhir menuju penggunaan sensor dan analisa data.

“Kualitas, rincian, dan variasi informasi dapat membantu menjadikan sektor pertanian semakin efisien,” imbuhnya.(*)