Lokakarya Kolonisasi dan Simulasi Planet Mars Berlangsung

Lokakarya Kolonisasi dan Simulasi Planet Mars Berlangsung

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Selama empat hari, Korea Foundation bersama Arcolabs dan Vmars mengadakan Kuliah Umum dan Lokakarya daring mengenai eksplorasi habitat hidup masa depan di Planet Mars.

Kuliah umum bertajuk Art & Universe (seni & Semesta) dilaksanakan Sabtu (3/12/2022) dan digagas oleh Arcolabs, sebuah inisiatif kurator yang berbasis di Jakarta yang berfokus pada seni media kontemporer dan seni media baru.

Ayoung Kim dari Korea mempresentasikan idenya tentang dunia alternatif yang ia bayangkan, berdasarkan lingkungan sekitarnya. Sementara itu, Venzha Christ (Indonesia) berbagi mengenai penelitian jangka panjangnya tentang Mars - planet hunian potensial bagi manusia setelah bumi yang hingga kini masih menyimpan banyak potensi dan misteri.

Program ini merupakan bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea yang didukung oleh Korea Foundation Jakarta.

“Usaha mencari ruang alternatif untuk hidup bukan lagi cerita yang kita tonton di film fiksi ilmiah. Realita krisis iklim dan dunia pasca-pandemi yang kita hadapi telah mempercepat proses eksplorasi yang dilakukan umat manusia untuk bertahan hidup," ujar Jeong Ok Jeon, Direktur Arcolabs dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/12/2022).

Sebagai cara untuk memajukan eksplorasi ini, lanjut Jeong, dirinya senang dapat menyambut Ayoung Kim dan Venzha Christ untuk berbagi praktik artistik mereka yang bersinggungan dengan gagasan ruang hidup alternatif – baik di bumi maupun luar angkasa – dengan mahasiswa, praktisi, komunitas dan pencinta seni di Indonesia.

Venzha Christ menggabungkan seni dan sains antariksa dalam karya-karyanya. Dalam kuliahnya, ia membahas peran seni dan seniman jika seluruh populasi manusia pindah ke Mars. Dalam proyeknya barunya, Vmars (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), Venzha telah berkolaborasi dengan lebih dari 40 institusi di dalam dan di luar Indonesia untuk mengembangkan praktik seni berdasarkan ilmu dan eksplorasi luar angkasa.

Pada 2018, ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti simulasi  hidup di Mars oleh Mars Society. Simulasi tersebut merupakan program kolaborasi antara beberapa organisasi, termasuk NASA dan SpaceX, dan berlangsung selama dua bulan di (MDRS) Mars Desert Research Station, Utah, AS.

Venzha juga mengikuti pelatihan kedua Bersama Field Assistant di Jepang tahun 2019 bernama Shirase (Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering). Venzha saat ini tinggal dan berkarya di Yogyakarta, Indonesia, tempatnya menginisiasi Indonesia Space Science Society (ISSS).

Terisolasi

Setelah Kuliah Umum, bagi mereka yang ingin mengembangkan praktik artistik terkait sains antariksa, Arcolabs dan Vmars (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) memfasilitasi sebuah lokakarya daring pada 3-6 Desember 2022 berjudul Are You Ready For the Mars Mission? (Apakah Kamu Siap untuk Misi ke Planet Mars?).

Praktik artistik ini dibimbing oleh Venzha, pendiri Vmars, lokakarya ini berlangsung selama dua hari (2 x 24 jam) di sebuah ruangan terisolasi, di mana para peserta didorong untuk menggunakan benda-benda di sekitar mereka untuk membuat perlengkapan bertahan hidup di Mars.

"Lokakarya terbuka untuk peserta dalam kelompok yang terdiri dari dua hingga tiga orang, melalui panggilan terbuka. Dari berbagai grup yang mengikuti lokakarya ini, tidak ada satu pun ide yang sama untuk dipresentasikan pada hari terakhir. Masing-masing peserta sangat kreatif dalam mengolah ide-idenya," kata Venzha.

Ada yang mendisain Pakaian Luar Angkasa atau Space Suit untuk kegiatan EVA (Extra Vehicular Activity), Rover atau wahana angkut di Planet Mars, Green Lab atau tempat untuk bercocok tanam, Space Farming atau modul untuk proses dan kegiatan menanam tumbuhan di Planet Mars, Space Architecture atau metode alternatif untuk membangun konstruksi bangunan fisik, merancang Robot sebagai hewan piaraan, dan masih banyak lagi.

Karya-karya tersebut diolah dengan memadukan antara pemikiran-pemikiran sains dan ide-ide artistik dalam sebuah kolaborasi kelompok. Selama 2 x 24 jam masing-masing peserta bekerja secara serius dan padat karya untuk menemukan solusi-solusi baru dalam pengembangan teknologi yang nantinya dibutuhkan untuk misi ke Planet Mars.

Venzha melanjutkan, ada beberapa ide yang sangat penting sebagai dasar untuk manusia bisa bertahan hidup di Planet Mars yaitu bagaimana mengubah banyaknya kandungan CO2 yang ada di sana menjadi O2 yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Kemudian, bagaimana menjadikan Planet Mars sedikit demi sedikit menjadi hijau atau memiliki proses fotosintesis yaitu dengan proses Terraforming.

Hari pertama, peserta mendapatkan sesi orientasi untuk membantu mereka membangun sistem modul untuk kehidupan baru di Mars. Dua hari selanjutnya, peserta mewujudkan modul yang mereka rencanakan, yang bertujuan untuk mencari solusi kehidupan di Mars dalam berbagai perspektif sains antariksa.

"Prosesnya akan dilakukan dalam kondisi isolasi, sebagai bagian dari misi Mars. Modul final akan dipresentasikan pada akhir lokakarya, dan kemudian dipamerkan di Indonesia UFO Festival 2023 di Yogyakarta," ujarnya.

Total dari 36 peserta terpilih, terdiri dari 13 grup, dalam pelaksanaan terdapat 3 grup yang gugur. Kemudian ada 10 grup dan 11 karya yang sukses merampungkan program dan kegiatan lokakarya ini sampai akhir. Kemudian mereka akan menyerahkan karya mereka satu bulan setelah lokakarya ini berakhir, yaitu pada 6 Januari 2013.

Arcolabs dan Vmars kemudian akan membawa semua karya terpilih untuk mengikuti serangkaian seleksi dan revisi menuju Indonesia UFO Festival, Juli 2023 di Yogyakarta.

Venzha Christ sebagai narasumber utama pada kegiatan ini mengharapkan akan terjadi berbagai proses kolaborasi yang akan memunculkan karya-karya terbaik yang layak untuk direalisasikan masa depan.

“Mars telah lama menjadi objek penelitian untuk habitat manusia setelah bumi. Namun, ada banyak kendala yang menghalangi kolonisasi manusia   di Mars, termasuk tingkat oksigen yang rendah. Tapi saya berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik dan sains," paparnya.

Program eksploratif seperti rangkaian kuliah dan lokakarya ini dapat membuka dialog tentang misi menuju Planet Mars. “Saya berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta," kata seniman yang memiliki rambut khas dreadlock ini.

Sementara Choi Hyun Soo, Direktur Korea Foundation Jakarta, menambahkan pihaknya selalu berusaha terlibat dalam kolaborasi seni dan budaya yang bermakna.

"Kantor kami di Jakarta, yang didirikan sejak 2019, berharap dapat mengembangkan program-program yang membangkitkan pemikiran dan relevan yang dapat membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan. Saya menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini," tandasnya. (*)