Embung Sidomulyo Saat Kemarau Gersang, Musim Hujan Bermunculan Air Mancur
Di desa ini memang banyak terdapat mata air.
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Desa Sidomulyo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah memiliki embung berukuran 33 meter x 33 meter persegi. Embung ini dibangun untuk menampung air.
Saat musim hujan akan bermunculan air mancur keluar dari dasar embung, dari bawah tanah. Sebaliknya saat kemarau seperti sekarang embung tersebut kering tidak berair. Tanaman di sekitarnya meranggas. Terlihat gersang.
Kepala Desa Sidomulyo, Setiyono Hadi, mengatakan embung dibangun dengan anggaran Dana Desa tahun 2019. Untuk sementara mata air tidak dialirkan ke embung namun digunakan untuk memenuhi air bersih warga.
Pembangunan embung menyerap biaya Rp 175 juta dan akan dilanjutkan pada tahun 2024 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
"Saat musim hujan di dasar embung akan muncul sumber mata air (seperti air mancur) yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan warga," jelas Hadi kepada koranbernas.id, Kamis (5/10/2023).
Kamar mandi umum di Desa Sidomulyo Purworejo. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)
Di desa ini memang banyak terdapat mata air. Saat kemarau pun kebutuhan air bersih warga tercukupi. Jika air berlimpah maka dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian di sekitar embung yang ditanami palawija.
"Air embung hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga warga saja. Untuk pertanian warga mengandalkan aliran irigasi," tambahnya.
Pada musim kemarau ini, sumber mata air Desa Sidomulyo mencukupi sehingga warga tidak membutuhkan dropping air bersih.
"Ada 50 KK (Kepala Keluarga) yang belum terlayani kebutuhan air bersih, kami akan segera membuat sumur bor. Kami sedang mencari titik mata airnya," lanjut dia.
Sependapat, Kepala Dusun (Kadus) Kalitambak atau Ketua RW 9, Supariyo (54), mengatakan meskipun kemarau dan embung kering, kebutuhan air bersih warga masih tercukupi.
ARTIKEL LAINNYA: Air Sejumlah 203 Tangki Tersalurkan ke Gunungkidul
"Di samping embung telah dibuat sumur bor dengan kedalaman 25 meter, dengan mesin pompa air dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah warga, untuk 160 KK warga RW 7 dan RW 1," jelasnya di lokasi embung Sidomulyo, Selasa (3/10/2023).
Menurut dia, petugas secara rutin menghidupkan air dari pukul 16:00 sampai 23:00. Biasanya warga sudah menyiapkan penampungan pribadi.
Air bersih tersebut dikelola BUMDES. Warga cukup membayar iuran listrik bulanan. Ada rencana pada 2024 Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSSO) merehab embung tersebut.
Istri dari Kadus Kalitambak, Muryati (49), menambahkan awal pembangunan embung disambut warga penuh antusiasme. Ibu-ibu PKK menaman sayuran dan apotek hidup.
Selama air di embung tersedia tanaman tumbuh subur, namun lama kelamaan kesuburanannya berkurang apalagi sekarang kemarau embung tidak ada airnya dan tanaman mati.
ARTIKEL LAINNYA: Kemarau Panjang: Ancaman Tersembunyi Bagi Kesehatan Mata di Lingkungan Kerja
Dia berharap air embung bisa terus menerus ada. Pihaknya berencana menggiatkan pertanian palawija untuk mengatasi mahalnya harga sayuran. Warga sekitar embung bisa turut memanen sayuran yang dibutuhkan.
Tidak jauh di di bawah lokasi embung terdapat dua mata air besar berupa pancuran. Air itulah yang ditampung dan disalurkan ke rumah-rumah warga.
Sukasono (45) warga RW 9 Desa Sidomulyo menambahkan dirinya memanfaatkan fasilitas air bersih di utara embung. Pemdes setempat membuat fasilitas dua kamar mandi dilengkapi beberapa titik keran air.
"Kami sebenarnya tidak kekurangan air, hanya airnya berada di sini (embung). Kalau kami mau gerak pasti bisa mendapatkan air. Kami biasa mendatangi kamar mandi umum pagi dan sore, selain mandi juga mencuci pakaian serta mengambil air untuk memasak dan cuci piring di rumah," ujarnya.
Sunarti (33), warga lainnya menyampaikan dirinya tidak memiliki kamar mandi sehingga setiap hari rela berjalan beberapa ratus meter ke kamar mandi umum.