Salam Pancasila Bukan untuk Mengubah Salam Keagamaan

Salam Pancasila Bukan untuk Mengubah Salam Keagamaan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Salam Pancasila yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bukanlah untuk mengubah salam keagamaan. Salam ini adalah salam titik temu yang tidak melibatkan implikasi teologis.

"Bagi masyarakat yang memahami tujuannya, salam pancasila bukanlah menggantikan salam ibadah mahdhah saat kita salat itu," kata Yudian Wahyudi, Ketua BPIP di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Jumat (21/1/2022).

Yudian hadir dalam acara bedah buku berjudul ‘Salam Pancasila; Sebagai Salam Kebangsaan, Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI’ yang ditulis dosen UIN Suka Khoirul Anam.

"Saya tidak pernah bermaksud mengubah salam keagamaan yaitu assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dengan salam pancasila, saya hanya ingin menjembatani, perlu ada salam kebangsaan yang bisa diucapkan oleh siapapun latar belakangnya. Usulannya berawal dari Ibu Mega (Megawati Soekarno Putri) yang ingin meniru Salam Merdekanya Bung Karno,” kata Yudian.

Pengucapannya di ranah public service, menurut Yudian bertujuan agar bangsa Indonesia tetap bersatu, tidak pecah, dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Ditegaskan, Salam Pancasila adalah perbuatan adat yang jika diniati ibadah akan mendapatkan pahala.

Sementara penulis buku Salam Pancasila; Sebagai Salam Kebangsaan, Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI, Khoirul Anam mengatakan bahwa buku ini adalah jawaban dan klarifikasi Yudian Wahyudi di tengah pertarungan wacana Islam Fundamentalis dengan ideologi Pancasila sebagai ideologi paling luhur.

“Saya tidak masuk ke ranah politik, sebab yang kontra di sisi oposisi. Buku ini tidak bisa menghadirkan analisa mendalam tentang itu,” tutupnya.(*)