Prambanan Jazz Festival Berawal dari Insiden Tak Terduga
Tiba-tiba hotel membatalkan kontrak. Padahal Kenny G sudah teken kontrak.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu festival musik paling bergengsi di Indonesia, Prambanan Jazz Festival, sejatinya lahir dari sebuah insiden tak terduga. Di balik kemegahan dan sorotan panggungnya saat ini, Prambanan Jazz berawal dari sebuah keputusan cepat yang dilakukan dalam kondisi darurat.
Direktur dan Founder Prambanan Jazz, Anas Syahrul Alimi, mengungkapkan festival ini pertama kali digelar pada 2015, setelah sebuah rencana konser Kenny G di sebuah hotel tiba-tiba dibatalkan. Padahal kontrak dengan musisi dunia tersebut sudah diteken dan bahkan diumumkan secara resmi.
“Tiba-tiba hotel membatalkan kontrak. Padahal Kenny G sudah teken kontrak dan umumkan di websitenya. Acaranya bulan Oktober, dibatalkan Agustus. Saya hanya punya waktu dua bulan untuk menyelamatkan semuanya,” kenang Anas saat konferensi pers, Kamis (3/7/2025) di ARTOTEL Suites Bianti.
Dalam kondisi genting itu, Anas dan tim Rajawali Indonesia mengambil langkah berani memindahkan panggung ke kompleks Candi Prambanan. Tanpa disangka, keputusan tersebut menjadi titik balik lahirnya Prambanan Jazz Festival yang kini menginjak tahun ke-11.
Membawa berkah
“Itu kecelakaan yang membawa berkah. Dari situ kita sadar bahwa jazz dan warisan budaya bisa berpadu luar biasa,” katanya.
Sejak saat itu, Prambanan Jazz tidak hanya menjadi ajang hiburan musik, tetapi juga sarana promosi kebudayaan dan diplomasi global. Candi Prambanan sebagai situs warisan dunia UNESCO menjadi panggung istimewa yang menampilkan musisi dunia dari berbagai generasi dan genre.
“Begitu artis dunia tampil di sini, mereka pasti posting dengan latar Candi Prambanan. Itu otomatis tersebar ke jutaan pengikut mereka di seluruh dunia. Kita tidak perlu bayar mahal untuk promosi,” jelas Anas.
Tahun 2025 menandai rekor tertinggi pengunjung festival, dengan jumlah penonton mencapai 60 ribu orang selama tiga hari penyelenggaraan. Bagi Anas, festival ini adalah bentuk nyata dari ikhtiar memperkenalkan Indonesia ke dunia melalui harmoni musik dan budaya.
Satu dekade
“Prambanan Jazz bukan cuma konser. Ini ruang temu lintas budaya, ekonomi kreatif dan rasa bangga pada warisan leluhur,” kata dia.
CEO Rajawali Indonesia, Tovic Raharja, menyebutkan perjalanan Prambanan Jazz selama satu dekade lebih bukan hanya tentang musik, tetapi tentang bagaimana sebuah ekosistem bisa tumbuh.
“Setelah satu dekade, kini kami menjadikan tahun ke-11 sebagai simbol perubahan. Festival ini harus terus memberi dampak, dari regenerasi musisi, pelibatan UMKM, hingga penguatan ekonomi kreatif lokal,” kata Tovic.
Bagi Anas, festival ini adalah bentuk nyata dari ikhtiar memperkenalkan Indonesia ke dunia melalui harmoni musik dan budaya. “Prambanan Jazz bukan cuma konser. Ini ruang temu lintas budaya, ekonomi kreatif, dan rasa bangga pada warisan leluhur,” katanya. (*)