Kesadaran Warga Rendah, Sudah Saatnya DIY Memilih PSBB

Kesadaran Warga Rendah, Sudah Saatnya DIY Memilih PSBB

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang  sudah diberlakukan di banyak wilayah, merupakan pilihan terbaik untuk mengatasi wabah virus Corona atau Covid-19. Termasuk juga di DIY, semestinya saat ini pemerintah daerah mulai memikirkan, mempersiapkan dan memberlakukan PSBB.

Ada beberapa hal yang menjadi  pertimbangan. Diantaranya masyarakat yang seakan mulai  lupa jika saat ini masih situasi gawat darurat Covid-19 sehingga aktifitas terlihat normal. Jalanan sudah sangat ramai. Berbeda dengan dua pekan pertama diumumkannya virus ini masuk Indonesia, dimana suasana sepi dan banyak yang memilih tinggal di rumah.

Juga adanya pola penyebaran virus yang berbeda, bukan lagi orang sebagai pembawa namun sudah sebagai penyerta atau dalam fase kedua. Jika tidak segera dilakukan PSBB dan memasuki fase ketiga dan keempat, tentu dampaknya sangat mengkhawatirkan.

Hal itu dikatakan oleh juru bicara Aliansi Masyarakat Desa Bantul Peduli Covid-19, Muhammad Imam Santoso, di sela kegiatan pembagian takjil di perempatan Masjid Agung Bantul, Senin (27/4/2020) sore.

“PSBB adalah pilihan terbaik daripada karantina wilayah.  Nantinya desa melalui satgas dan komunitas kolektif mempersiapkan bagaimana masyarakat bisa berperan aktif dalam penanganan Covid-19. Jadi tidak sebatas penyemprotan disinfentan saja,” kata Imam.

Misalnya, bagaimana masyarakat diedukasi cara memperlakukan orang dari luar atau pendatang. Jangan sampai pendatang dimarah-marahi atau justru diasingkan, yang bisa menimbulkan rasa frustasi dan kemarahan bagi pendatang itu sendiri.

“Yang harus dimusuhi adalah penyakit atau virusnya, bukan orangnya. Jadi edukasi seperti ini harus dilakukan,” katanya.

Selain tentunya semua desa harus menyediakan tempat isolasi bagi pendatang jika memang keluarga yang dituju ada yang rentan atau tidak mampu melakukan isolasi mandiri karena berbagai keterbatasan.

Tentunya support dari desa dan masyarakat sangat diperlukan. “Seperti yang dilakukan oleh beberapa desa di Bantul, itu sudah bagus. Lihat saja di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro. Di sana sudah ada tempat khusus dan pihak desa memberikan dukungan untuk tempat isolasi tersebut,” katanya.

Selain itu, Imam meminta kepada pemerintah daerah di DIY untuk jangan terlalu percaya diri jika suasana kondusif mengingat perilaku masyarakat yang seolah lupa tadi. “Sekarang sebaiknya dilakukan PSBB. Jika tidak, saya khawatir dampaknya 2 hingga 3 bulan ke depan angka penderita atau yang terpapar akan melonjak,” katanya.

Sementara itu, pembagian takjil sendiri disambut atusias warga yang melintas. Dalam pembagian tersebut yang menjadi sasaran adalah tukang becak, ojek online, pencari rumput, sopir truk maupun sopir mobil boks dan juga pengguna sepada onthel.

“Ini bentuk kepedulian dari aliansi kepada mereka yang menjalankan ibadah puasa,” tambahnya.

Ada 200 boks takjil yang sore kemarin dibagikan. (eru)