Memotret Indahnya Keberagaman Ramadhan Lewat Lemari Nasi

Memotret Indahnya Keberagaman Ramadhan Lewat Lemari Nasi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dua antrian yang cukup panjang menjadi pemandangan lumrah setiap sore di samping Gereja Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Sesekali ada warga yang mengantri nyeletuk, “Antri Pak dan jaga jarak, jangan terlalu dekat.”

Deretan orang-orang yang menganti tersebut adalah warga miskin Yogyakarta yang hendak mendapatkan nasi bungkus dari program bertajuk “Lemari Nasi” yang digagas Komunitas Kotabaru (Kobar). Menariknya, komunitas ini digalang lintas suku, ras dan agama.

Meskipun berawal dari jemaat gereja Santo Antonius Kotabaru, kelompok Kobar semakin meluas. Romo Maharsono, selaku Pastor Kepala Gereja St Antonius Kotabaru, menuturkan kegiatan amal Lemari Nasi telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Seingat Maharsono, telah hampir tujuh tahun kegiatan itu berlangsung.

“Dulu namanya Kobar Berbagi. Kami membagikan nasi bungkus, berkeliling ke masyarakat yang membutuhkan. Sekarang kami buka di depan itu. Biasanya hanya 200 bungkus, tapi karena Corona ini bisa lebih dari 200 bungkus per hari,” tuturnya.

Saat ditanya tentang pendanaan Lemari Nasi, Romo Maharsono menyebutkan bantuan datang dari berbagai kalangan, dan tidak melulu jemaat gereja. Bantuan yang terkumpul kemudian dibuat makanan dan minuman yang dipersiapkan oleh sekelompok ibu rumah tangga yang merupakan anggota komunitas Kobar.

“Orang melihat ini berguna untuk orang lain, dan kemudian mereka tergerak untuk menyumbang. Kemarin tiba-tiba ada orang datang dari Sukorejo sana, bawa beras, ya kita terima. Ada yang bawa telor, ya kita terima. Seluruh bantuan dikumpulkan dulu di sini (gereja),” jelasnya.

Program Lemari Nasi ini ternyata banyak dinanti warga miskin perkotaan. Kurang dari dua jam, terkadang malah hanya satu jam, paket nasi bungkus yang disediakan ludes.

“Banyak yang datang, mulai dari tukang becak, ojek online, tukang sampah dan masyarakat yang membutuhkan,” ungkap Romo Maharsono.

Yulia, koordinator Kobar, saat diwawancarai koranbernas.id, Senin (27/04/2020) sore, mengungkapkan awalnya mereka melakukan aksi sosial di pagi hari. Namun, di bulan suci Ramadhan kali ini, Lemari Nasi disiapkan sejak pukul 14:00 WIB sampai paket nasi bungkus dan minuman habis.

“Kami meminta warga yang mengantri, cuci tangan terlebih dahulu,” kata wanita paruh baya itu.

Membantu sesama

Menariknya, Yulia juga mengakui jika bantuan berasal dari beragam kalangan. Bahkan umat Islam pun ada yang turut menyumbang untuk aksi sosial tersebut.

“Kami menerima bantuan dari manapun. Boleh (makanan) sudah jadi, boleh dalam bentuk uang,” ujar Yulia.

Aksi sosial kemanusiaan yang dilakukan Komunitas Kotabaru atau Kobar ini sangat terasa bagi warga yang membutuhkan. Di tengah lesunya perekonomian yang dihantam pandemi Corona, kepedulian sebagian masyarakat yang mampu untuk membantu saudaranya yang membutuhkan, layaknya oase di tengah gurun yang gersang.

“Kalau bagi saya, ini sangat membantu, Mas. Kalau di rumah, kadang istri nggak masak,” tutur Danang Ismu, pengemudi ojek online yang merasakan sekali imbas wabah Corona.

Danang sempat mematuhi anjuran pemerintah agar tetap berada di rumah untuk memutus mata rantai Corona Virus Disease (Covid-19). Namun, tuntutan ekonomi membuat dirinya akhirnya kembali bekerja di jalan.

“Saya sempat Mas, libur dua pekan, diminta istri. Tapi sekarang, mau tidak mau saya harus narik. Kita semua sudah punya anak dan istri,” ujarnya.

Ia mengakui meski berisiko, kehidupan yang keras tetap harus ia jalani. Terlebih lagi dengan sepinya order saat ini, Danang sedikit bersyukur dengan adanya kegiatan Lemari Nasi.

"Mau gimana lagi Mas, sekarang sepi sekali. Dulu kita bisa dapat Rp 200.000 sampai Rp 300.000 per hari, tapi sekarang Rp 50.000 saja susah. Dengan adanya nasi bungkus gratis ini, terkadang saya bawa ke rumah juga untuk makan anak dan istri,” katanya.

Kepedulian yang ditunjukkan sesama warga Kota Yogyakarta untuk saling membantu, termasuk di bulan suci Ramadhan ini menunjukkan indahnya keberagaman jika dapat saling hidup rukun dan mengisi satu sama lain, khususnya di tengah wabah yang belum dipastikan kapan akan berakhir. (eru)