Indonesia di Ambang Sejarah, Mampukah King Argentine Raih Triple Crown Kuda Pacu?
Gelar ini bukan sekadar tiga kemenangan berturut-turut, melainkan simbol keunggulan mutlak yang hanya bisa dikenakan oleh kuda-kuda terbaik, ditunggangi joki dengan intuisi luar biasa
KORANBERNAS.ID, JAKARTA--Dalam dunia pacuan kuda, hanya ada satu gelar yang mampu membuat arena sunyi karena takjub, mengguncang lintasan dengan sorak-sorai, dan meninggalkan nama yang tak akan pernah hilang dari buku sejarah: Triple Crown.
Gelar ini bukan sekadar tiga kemenangan berturut-turut, melainkan simbol keunggulan mutlak yang hanya bisa dikenakan oleh kuda-kuda terbaik, ditunggangi joki dengan intuisi luar biasa, dan dipoles tim pelatih dengan nyali besar serta presisi strategi tingkat tinggi.
Triple Crown adalah istilah untuk menyebut tiga balapan besar dalam satu musim yang harus dimenangkan oleh seekor kuda pacu berusia tiga tahun. Ini berarti, seekor kuda hanya punya satu peluang seumur hidup untuk mengejarnya. Kesempatan itu datang hanya sekali dan pergi secepat garis finis.
Mengapa Triple Crown Begitu Sulit Diraih? Menurut Ketua Komisi Pacu PP PORDASI, Ir. H. Munawir, meraih Triple Crown adalah tantangan monumental karena beberapa faktor kunci:
* Jarak Berbeda: Setiap balapan memiliki jarak tempuh yang berbeda, menuntut kuda memiliki kecepatan sekaligus daya tahan.
* Waktu Pemulihan Singkat: Balapan biasanya digelar dalam rentang waktu yang relatif dekat, menjadikan pemulihan fisik tantangan besar.
* Persaingan Ketat: Semua kuda terbaik usia 3 tahun ikut serta, tidak ada lawan mudah.
* Faktor Eksternal: Cuaca, kondisi trek, start buruk, hingga tekanan media bisa memengaruhi performa.
“Tidak mengherankan jika dalam sejarah panjang pacuan kuda di seluruh dunia, hanya segelintir yang berhasil mengunci tiga kemenangan dan menyematkan gelar Triple Crown Champion di Namanya,” kata Munawir, melalui siaran persnya, Kamis (3/7/2025).
Kendati di banyak negara tantangannya berbeda dan memiliki keunikan sendiri-sendiri, namun sejatinya Triple Crown secara konsep sama. Demikian juga di Indonesia, dimana semangat Triple Crown juga membara. Meskipun berbeda rute, konsepnya sama: tiga seri balapan berjenjang yang masing-masing menuntut keunggulan berbeda. Seri I pada April (1.200 meter), Seri II pada Mei (1.600 meter), dan puncaknya: Indonesia Derby pada Juli sejauh 2.000 meter.
“Sepanjang sejarah PORDASI, baru dua kuda yang berhasil meraih gelar Triple Crown: kuda Manik Trisula pada tahun 2002 dan kuda Djohar Manik pada tahun 2014. Sejak itu, lebih dari satu dekade, mahkota tersebut hanya menjadi kenangan indah yang sulit diulang,” lanjut Munawir.
Sejarah mencatat setidaknya tujuh kuda yang nyaris menyentuh Triple Crown namun gagal, seperti King Master (2006) dan Nara Asmara (2016) yang gagal di leg terakhir, atau Pesona Nagari (2008) yang memenangkan dua laga terakhir namun gagal di leg pertama.
“Dari situ kita lihat, begitu sulit meraih Triple Crown Indonesia,” lanjutnya.
Munawir menjelaskan bahwa Triple Crown Indonesia dirancang menyesuaikan karakter dan daya tahan kuda lokal. Derby tidak dibuat 2.400 meter seperti luar negeri agar tidak membebani atau mencederai kuda.
“Realistis saja. Karena kuda-kuda di sini belum kuat jaraknya sepanjang itu,” ucap Munawir.
Kriteria peserta sama dengan negara lain, yakni kuda umur 3 tahun, yang berarti seekor kuda hanya memiliki satu kali peluang seumur hidup untuk menjadi juara Triple Crown.
King Argentine: Selangkah Menuju Sejarah Baru
Kini, olahraga pacuan kuda di Indonesia ada di ambang pintu terciptanya sejarah baru Triple Crown. Setelah Indonesia’s Horse Racing (IHR)–Triple Crown Serie 1 pada April dan IHR–Triple Crown Serie 2 pada Mei lalu, rangkaian perebutan gelar Triple Crown 2025 di Indonesia tinggal menyisakan satu kejuaraan lagi, yaitu IHR–Kejurnas Serie 1 Indonesia Derby atau IHR–Indonesia Derby pada 27 Juli mendatang.
Kuda King Argentine, yang telah memenangkan Kelas 3 Tahun Derby di Seri 1 dan Seri 2, kini menghidupkan peluang menjadi kuda ketiga peraih gelar Triple Crown di Indonesia jika berhasil memenangkan Kelas 3 Tahun Derby di IHR-Indonesia Derby. (*)