Petani di Klaten Pasrah, Meski Padi Mereka Terancam

Petani di Klaten Pasrah, Meski Padi Mereka Terancam

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Klaten, mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk subsidi beberapa bulan terakhir. Selain suplai pupuk, mereka juga mempertanyakan susahnya mengurus kartu tani sebagai syarat untuk membeli pupuk subsidi.

Seperti yang terjadi di Desa Karanglo Kecamatan Polanharjo dan Desa Dukuh Kecamatan Delanggu misalnya. Di desa tersebut para petani mengaku sudah pasrah atas permasalahan yang terjadi. Pasalnya laporan yang telah disampaikan kepada petugas penyuluh lapangan, juga tidak ada solusi dan tindak lanjutnya.

“Tidak henti-hentinya kami laporan. Tapi tidak ada tindaklanjut. Penyuluh tidak pernah turun lapangan dan numpuk semua di kantor kecamatan,” kata petani kepada koranbernas.id, Rabu (14/10).

Herman, salah seorang petani yang memiliki sawah di sebelah timur Kantor Desa Karanglo mengatakan, pada saat-saat seperti ini, dirinya yang memiliki sawah sekitar 2.000 meter persegi setidaknya butuh pupuk urea sebanyak 2,5 kuintal. Pupuk ini sangat diperlukan untuk padi yang masih berumur sekitar sebulan.

Namun karena saat ini terjadi kelangkaan, maka dirinya hanya bisa pasrah dengan nasib tanaman padi miliknya. Jika harga pupuk urea subsidi Rp 110 ribu per sak, maka pupuk non subsidi sudah Rp 280 ribu per sak.

“Kalau pakai pupuk non subsidi mahal sekali,” katanya.

Senada, dikemukakan Suwanto dan Zaini, petani penggarap lainnya. Karena masalah kelangkaan pupuk subsidi ini sudah berlangsung lama dan terjadi dimana-mana, maka dirinya berharap agar segera diatasi dan suplai pupuk kembali normal.

“Harapannya pupuk segera normal dan lancar,” ujarnya.

Pernasalahan serupa juga juga terjadi di beberapa desa di wilayah lain. Seperti Kecamatan Delanggu, Cawas, Kebonarum dan lain sebagainya. Untuk menyelamatkan tanaman padi, petani terpaksa membeli pupuk non subsidi meski dengan harga yang lebih tinggi.

Kepala Desa Dukuh Kecamatan Delanggu Supeket Joko Setyawan, membenarkan terjadinya kelangkaan pupuk subsidi di desanya. Selain kelangkaan pupuk subsidi, dia juga menerima laporan dari petani terkait susahnya mengurus kartu tani.

“Ya kelangkaan pupuk, ya kartu tani. Sekarang syarat untuk membeli pupuk harus pakai kartu tani. Yang tidak punya kartu tidak bisa membeli pupuk,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Klaten, Widiyanti mengatakan, saat ini pemerintah pusat telah mengalokasikan tambahan pupuk subsidi untuk Klaten sebanyak 7.073 ton.

“Tambahan pupuk subsidi mencakup tiga jenis yakni Urea 4.650 ton, SP36 490 ton dan ZA 1.933 ton,” ujar Widiyanti.

Sebelumnya, DKPP Kabupaten Klaten telah mengusulkan kebutuhan pupuk subsidi tahun 2020 sesuai dengan elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK). Untuk Urea 28.469,5 ton, SP36 sebanyak 6.662,09 ton, ZA 16.395,01 ton dan NPK 27.501,39 ton serta pupuk organik 7.535,6 ton.

Dari usulan tersebut, pemerintah pusat pada tahap awal telah mengalokasikan Urea 22.300 ton, SP36 1135 ton, ZA 6537 ton, NPK 13.535 ton dan pupuk organik 5.800 ton. (*)