Eksotis, Rekaman Sejarah Kota Yogyakarta dari Jejak Filateli

Eksotis, Rekaman Sejarah Kota Yogyakarta dari Jejak Filateli
Kumpulan beberapa benda koleksi filateli yang menggambarkan Yogyakarta dari berbagai decade. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kota Yogyakarta memiliki sejarah panjang yang terekam pada berbagai media. Tak hanya tulisan, wajah Yogyakarta juga terekam dalam berbagai visual benda. Salah satunya melalui koleksi dan studi penelitian tentang prangko atau yang kita kenal sebagai filateli.

Jejak-jejak sejarah kota Yogyakarta banyak  terdokumentasikan dan diterbitkan melalui administrasi pos, seperti prangko, Sampul Hari Pertama, Carik Kenangan hingga Cap Pos.

Filateli telah menjadi sebuah kerinduan dan menghadirkan kenangan masa lalu, terutama tentang Yogyakarta. Sebab, sejarah filateli dan Yogyakarta telah saling berkaitan dan tumbuh bersama di berbagai era.

Masyarakat Kota Yogyakarta telah lama mengenal layanan pos. Hadirnya layanan pos di kota ini pun tak terlepas dari majunya perekonomian Yogyakarta. Sejak era pemerintahan Hindia Belanda, kota ini telah direkam dalam reka bentuk cap pos.

Dimulai abad ke-19 sampai sekarang, pemerintah Hindia Belanda telah menerbitkan berbagai reka bentuk cap pos tentang Yogyakarta.

Di antaranya reka bentuk tipe Half Rond Franco, Rond Franco, Puntstempel, Grootrond, Klein Rond, Vierkant, Kortebalk, Langebalk, Puntlaveiling, halte stempel dalam rentan waktu 1864-1942.

Wajah Yogyakarta dalam jejak fiateli, pertama kali terekam dalam prangko seri Moehammadijah yang terbit era Hindia Belanda tahun 1942.

"Prangko maupun Filateli tidak hanya sebagai alat berkirim surat, tetapi juga sebagai ruang kreatif, penanda budaya, serta benda diplomatik," ungkap Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam keterangan tertulisnya Selasa (6/6/2023).

Eksotisme Kota Budaya dan pelajar ini juga terekam dalam seri perayaan ke 250 tahun Kota Yogyakarta yang diterbitkan pada tahun 1956.

Selain itu, terdapat pula beberapa seri unggulan seperti Ambarrukmo Palace Hotel dalam Hotel Pariwisata tahun 1965, Kraton Yogyakarta – 20th Organisasi Pariwisata Dunia 1995, Kraton Yogyakarta – Aga Khan Award tahun 1995, Peringatan Serangan Umum 1 Maret 49 terbit 1996, 50 tahun Universitas Gadjah Mada tahun 1999, serta pada peringatan 100 tahun Taman Siswa pada tahun 2022.

”Kendati demikian, wajah-wajah Kota Yogyakarta dalam prangko dan filateli telah diabadikan di lebih dari 50 seri,” lanjutnya.

Jejak-jejak masa lalu Kota Yogyakarta dalam beragam bentuk benda filateli seperti kartu pos, dari budaya hingga keunikannya, tak terlepas dari peran salah satu fotografer Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yakni Kassian Chepas.

"Sementara, wajah Yogyakarta masa kini juga banyak diabadikan dan direkam dalam kartu pos yang menampilkan karya-karya fotografi yang cukup populer hasil jepretan fotografer Agus Leonardus asal Yogyakarta," kata dia.

Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia, Uul Jihadan, menambahkan maraknya kegiatan mengirimkan pesan melalui kartu pos menjadi memorabilia yang sangat menarik dan cerita untuk para kerabat pada 1990-an.

"Filateli sangat dikenal dengan prangko dan Sampul Hari Pertama sebagai memori kolektif. Bahkan, aktifitas menulis pesan menggunakan kartu pos pun kembali marak di kalangan komunitas filateli," tambahnya.

Saat ini, lanjut Uul, sedikitnya ada sekitar 804.000 pegiat kartu pos di seluruh dunia dan sebanyak 8.700-an anggota di seluruh Indonesia tergabung dalam Postcrossing. Hal ini menjadi penyemangat mereka tetap hadir di tengah para filatelis Indonesia.

"Sejatinya, ragam benda filateli yang telah dikenal luas ini, merupakan salah satu perekam sejarah dan penanda budaya," ujarnya.

Corporate Secretary PT Pos Indonesia, Tata Sugiarta,  menambahkan filateli telah menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa, tak terkecuali bagi Yogyakarta.

Sejarah filateli tidak akan lepas dari Kota Yogyakarta, pada tahun 2006 Hari Filateli Indonesia disemangatkan oleh para Filatelis Indonesia dan dihadiri oleh para filatelis tingkat tinggi dari federasi organisasi filatelis se-Asia Pasifik. "Kami tetap optimistis untuk terus menyemangatkan kembali filateli kepada masyarakat," tandasnya. (*)