Waroeng SS Meraih Sukses karena Melawan Arus Bisnis Mainstream

Berawal dari warung tenda sederhana dekat kampus UGM tahun 2002 kini berkembang menjadi jaringan restoran dengan ratusan cabang.

Waroeng SS Meraih Sukses karena Melawan Arus Bisnis Mainstream
Pendiri Waroeng Spesial Sambal (SS) Yoyok Hery Wahyono berbagi pengalaman mengelola bisnis Waroeng SS kepada Komunitas Wartawan Jogja. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Di tengah hiruk-pikuk teori manajemen modern, seorang pengusaha lokal membuktikan bahwa jalan menuju kesuksesan bisnis bisa sangat berbeda dari yang diajarkan di bangku kuliah.

Yoyok Hery Wahyono sebagai pendiri Waroeng Spesial Sambal (SS) mengungkap rahasia suksesnya yang anti-mainstream dalam pertemuan dengan komunitas wartawan Jogja (Warjog). "Saya tidak tahu dan tidak pernah menggunakan analisa SWOT," ungkap Yoyok, Sabtu (20/7/2024).

Pernyataan ini langsung menohok jantung teori manajemen strategis yang dianut banyak perusahaan. Kejutan tidak hanya berhenti di situ.

"Saya tidak pernah menggunakan KPI dan tidak setuju dengan KPI yang sekarang menjadi mainstream. Key Performance Index (KPI) yang sering dianggap sebagai tolok ukur kinerja karyawan, ternyata tidak mendapat tempat di Waroeng SS," kata dia.

Lantas bagaimana Waroeng SS bisa berkembang pesat tanpa alat-alat manajemen konvensional ini?

Langsung lapangan

Jawabannya terletak pada pendekatan unik Yoyok dalam mengelola bisnisnya. Dia memilih fokus pada pengalaman dan pembelajaran langsung dari lapangan.

Waroeng SS yang berawal dari sebuah warung tenda sederhana di dekat kampus UGM pada tahun 2002 kini telah berkembang menjadi jaringan restoran dengan ratusan cabang tersebar di Pulau Jawa dan Bali. Bahkan saat ini telah memiliki cabang di Malaysia dan Australia.

Kunci kesuksesan Wahyono terletak pada filosofinya menjalankan bisnis. Dia memperlakukan Waroeng SS layaknya "lembaga sosial" bukan semata-mata mesin pencetak uang.

Hal ini tercermin dari kebijakannya dalam mengalokasikan anggaran. Wahyono mengungkapkan bahwa 29 persen anggaran perusahaan dialokasikan untuk gaji karyawan. Angka itu hampir dua kali lipat dari standar industri kuliner yang biasanya hanya 12-15 persen.

"Niat saya adalah bagaimana agar semuanya sejahtera. Saya ingin menghapus kesenjangan antara bos dan karyawan yang sering ia saksikan di tempat kerja sebelumnya," lanjutnya.

Karyawan sejahtera

Pendekatan ini tidak hanya membuat karyawan lebih sejahtera tetapi juga menciptakan loyalitas yang kuat terhadap perusahaan.

Dalam kesempatan itu Yoyok yakin sejak lama memiliki hobi memasak ini juga memiliki pandangan menarik tentang pengembangan bisnis. "Kalau orang tidak berpikir, pelaku juga tidak berpikir, itu salah. Kalau hanya berpikir tetapi tidak ada pelaku, itu juga salah," ujarnya.

Solusi yang dia tawarkan adalah keseimbangan antara pemikiran dan tindakan. Konsep berpikir sedikit dan beraksi menggambarkan proses iteratif yang diterapkan dalam mengembangkan bisnisnya.

Filosofi ini tercermin dalam pertumbuhan organik Waroeng SS. Dari resep delapan halaman tulisan tangan pada awal berdirinya, kini perusahaan memiliki standar resep setebal 600 halaman.

Teori konvensional

Meski tidak mengikuti teori bisnis konvensional, Yoyok tetap menekankan pentingnya nilai-nilai dalam perusahaan. "Kualitas rasa adalah nyawa," tegasnya.

Hal ini menekankan komitmen Waroeng SS terhadap konsistensi dan kualitas produk. Ia juga menanamkan lima prinsip dasar pada karyawannya yaitu jujur, disiplin, kerja keras, rendah hati dan takwa. Prinsip-prinsip ini kemudian berkembang menjadi 18 butir nilai kepribadian yang menjadi panduan bagi seluruh karyawan Waroeng SS.

Yoyok mengajak para pelaku bisnis untuk lebih terbuka terhadap perbedaan pendapat dan pendekatan. Hal ini mendorong para pengusaha lebih berani berinovasi dan tidak takut keluar dari pakem bisnis konvensional. "Kalau kita berbeda, tidak berarti kita salah," ujarnya.

Kisah Waroeng SS membuktikan bahwa ada banyak jalan menuju kesuksesan bisnis. Dengan pendekatan uniknya, Yoyok telah membuktikan bahwa bisnis bisa berkembang pesat tanpa mengorbankan kesejahteraan karyawan atau prinsip-prinsip personal.

Kotak sambal

Waroeng SS menjadi contoh nyata bahwa terkadang untuk mencapai kesuksesan perlu berani untuk "berpikir di luar kotak sambal". Pendekatan Wahyono yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi manajemen telah mengantarkan Waroeng SS menjadi salah satu kisah sukses kuliner Indonesia.

Dengan terus beradaptasi dan berinovasi Waroeng SS telah membuktikan bahwa bisnis kuliner lokal mampu bertahan dan berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat. (*)