UGM Buka Jendela Sains dan Budaya di Pasifik

UGM Buka Jendela Sains dan Budaya di Pasifik

KORANBERNAS.ID -- Rangkaian kunjungan delegasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ke Kaledonia Baru, 24-27 Agustus 2019, mengawali pengembangan jejaring kerja sama kampus ini dengan bebeberapa lembaga di wilayah itu.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Wening Udasmoro, yang menyertai Rektor UGM dalam kunjungan itu mengatakan kunjungan ke Kaledonia Baru memiliki makna strategis bagi UGM maupun Indonesia.

Negara-negara di wilayah Pasifik memiliki ikatan solidaritas sangat kuat untuk menyuarakan posisi mereka di kancah internasional.

”Indonesia berkepentingan menunjukkan komitmennya di Pasifik agar isu-isu dalam negeri, misalnya terkait Papua, dapat dikelola dengan baik di wilayah itu,” kata dekan yang juga dosen Sastra Perancis itu.

Kerja sama bidang sains dan bidang budaya di Kaledonia Baru menjadi jendela kerja sama UGM di wilayah Pasifik.

Selain penandatanganan nota kesepahaman dengan Université de la Nouvelle Caledonie (UNC), delegasi UGM juga membuka komunikasi dengan sejumlah lembaga di Kaledonia Baru.

Di antaranya, Institut Pasteur Kaledonia Baru, Institut Penelitian untuk Pembangunan (Institut de Recherche pour le Développement, IRD) Perancis di Kaledonia Baru, dan Pusat Kebudayaan Tjibaou.

Institut Pasteur Kaledonia Baru memiliki fokus penelitian bidang kedokteran tropis, antara lain tentang penyakit demam berdarah dan persebaran nyamuk dengue.

IRD di Kaledonia Baru mengembangkan database keragaman hayati. Lembaga ini mendata lebih dari 90.000 sampel tanaman dari sekitar 60.000 spesies yang ada di seluruh daerah di Kaledonia Baru.

Pusat Kebudayaan Tjibaou menampilkan keragaman budaya suku Kanak, pengunjungnya 80.000 orang rata-rata setiap tahun.

Delegasi UGM juga bersilaturahmi dengan perkumpulan Jawa Kaledonia Baru.

Pada festival kebudayaan Indonesia Minggu (25/8/2019), Konsul Jenderal RI di Noumea, Ahmad Gozali Hasan Mustafa, mengatakan orang-orang Jawa di Kaledonia Baru telah membaur dengan masyarakat setempat, namun tetap mempertahankan tradisinya.

Rektor UGM, Panut Mulyono, berharap unit-unit di UGM memanfaatkan peluang kerja sama dengan lembaga-lembaga di Kaledonia Baru, termasuk dengan komunitas masyarakat Jawa di sana. (sol)