Tinjau Kampung Lele Boyolali, DPRD Jateng Dorong UMKM Mengembangkan Produk Olahan Ikan

Proses pengolahan dilakukan secara higienis.

Tinjau Kampung Lele Boyolali, DPRD Jateng Dorong UMKM Mengembangkan Produk Olahan Ikan
Komisi B DPRD Provinsi Jateng saat memantau tempat produksi olahan Ikan Lele di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. (istimewa/dokumentasi Humas DPRD Jateng)

KORANBERNAS.ID, SEMARANG -- DPRD Jawa Tengah mendorong UMKM di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Boyolali mengembangkan produk olahan dari ikan lele menjadi keripik dan abon.

Produk olahan tersebut dalam perkembangannya diminati tidak hanya warga lokal di wilayah Jateng namun diminati juga oleh konsumen hingga mancanegara.

Anggota Komisi B, Sri Marnyuni, menyatakan bahwa pengembangan usaha anggota UMKM di Desa Tegalrejo tersebut bisa menjadi contoh di daerah lain. “Melihat produk yang istimewa ini bisa menjadi contoh bagi warga di daerah lain guna meningkatkan pendapatan melalui kelompok produksi,” ujarnya.

Hal tersebut diungkapkan setelah pekan lalu Komisi B DPRD Jateng melakukan kunjungan kerja ke wilayah tersebut. Perkembangan usaha itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Komisi B DPRD Provinsi Jateng untuk mengunjungi Kampung Lele dan tempat pengolahannya.

Anggota Komisi B DPRD Jateng mengamai proses pengolahan ikan lele menjadi produk istimewa. (istimewa/dokumentasi Humas DPRD Jateng) 

Senada, anggota Komisi B DPRD Provinsi Jateng Soleha dan Paramitha memberikan apresiasi positif terhadap aktivitas warga di Kampung Lele tersebut. Apalagi melihat langsung aktivitas warga masih semangat memproduksi olahan dari ikan lele itu.

“Sirip dari ikan lele bisa dimakan dan dijadikan lauk merupakan hal yang kreatif dan, bahkan sampai dijadikan abon dari daging lele itu sendiri. Itu sangat unik,” sambung Soleha.

Ketua Pemberdayaan Lele Desa Tegalrejo, Tyas Panuntun,  menjelaskan produksi pengolahan makanan dari bahan ikan lele itu diproses 3 hingga 4 kali dalam seminggu. Namun,  jika ada pesanan dari distributor atau warga lainnya, aktivitas produksi dilakukan setiap hari.

“Bagi Warga Tegalrejo, ikan lele tidak hanya sebagai lauk ikan pada umumnya tapi dapat diproduksi menjadi lauk sampingan atau cemilan. Misalnya di Desa Tegalrejo, mulai dari daging hingga sirip bisa dimanfaatkan menjadi kripik dan abon yang dapat didistribusikan ke seluruh Jateng,” ungkap Tyas.

Menurutnya usaha tersebut benar-benar membawa manfaat dan keuntungan bagi Warga Desa Kampung Lele. Dari data yang diperoleh di desa tersebut mampu menghasilkan lele dalam jumlah ton per hari yaitu sekitar 5 hingga 10 ton per hari dalam satu kali panen.

Anggota Komisi B DPRD Jateng, Sri Marnyuni. (istimewa/dokumentasi Humas DPRD Jateng)

Pusat olahan lele digerakkan oleh istri-istri para pembudidaya lele yang tersebar di daerah tersebut. Semua bagian lele diolah menjadi makanan kecuali bagian kepala dan durinya. Selain abon, produk yang dihasilkan dari lele antara lain keripik, kerupuk, nugget, bakso, pepes.

Hanya bagian tulang yang belum termanfaatkan, sedangkan jeroan dimanfaatkan untuk pakan tambahan budi daya lele.

Proses pengolahan dilakukan secara higienis dengan tenaga kerja yang sangat terampil sehingga produk yang dihasilkan terjamin kualitasnya. Produksi tersebut kini juga diminati di mancanegara antara lain ke Singapura, Jepang dan China.

Selain kunjungan kerja ke kampung lele, Komisi B DPRD Provinsi Jateng juga mengunjungi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura milik Dinas Pertanian & Perkebunan Provinsi Jateng di Kota Surakarta.

Di sana, Komisi B memantau kinerja balai yang bisa membantu petani sekaligus bermanfaat bagi warga sekitar. (rubrik-anf)