Siswa Sanggar Anak Alam Menampilkan Kreativitas Hasil Riset
Ini adalah pengalaman belajar yang lebih holistik dibandingkan sekolah formal.
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Siswa kelas 6 Sanggar Anak Alam (Salam) Nitiprayan Bantul kembali menunjukkan keunikan pendekatan pendidikan berbasis riset melalui presentasi hasil eksplorasi mereka selama satu semester.
Dengan tema kunjungan ke berbagai sekolah menengah pertama, baik dari komunitas Salam sendiri maupun luar Salam, seperti SMP Stella Duce 2, SMP Mutiara Persada dan SMP Bopkri 1, siswa memamerkan kemampuan riset dan kolaborasi yang mereka kembangkan selama proses belajar.
Pada acara ini, dua kelompok siswa tampil memaparkan hasil riset mereka. Kelompok pertama terdiri dari Rayyan, Bening, Pelangi, Alfin, Damar, Bumi, dan Sandhi, sementara kelompok kedua melibatkan Rayyi, Nawang, Nara, Jalu, Maxim, Jaco dan Sofi.
Dengan menggunakan PowerPoint yang dirancang secara kreatif, presentasi tersebut berhasil menarik perhatian audiens, bahkan dilengkapi dengan pantun untuk memberikan kesan unik dan interaktif.
Proses kreatif
Fasilitator kelas 6 Salam, Erwin Yanuaris, menilai presentasi ini sebagai bukti kemajuan siswa dalam berpikir kritis dan mengolah ide. “Anak-anak semakin kreatif. Mereka mampu memadukan unsur teks dan konteks dalam presentasi, sekaligus mengemasnya dengan cara yang menarik seperti menggunakan pantun,” ungkap Erwin.
Namun, dia juga menekankan pentingnya peningkatan kerja tim dan konsistensi selama proses riset. “Kerja sama kelompok masih bisa diperbaiki. Tidak semua anggota kelompok berkontribusi merata, dan ini tantangan yang perlu diatasi untuk ke depannya,” tambahnya.
Pendiri Sanggar Anak Alam, Sri Wahyaningsih, turut menyoroti bagaimana perbedaan minat menjadi salah satu dinamika dalam riset kelompok.
“Ketika anak-anak bekerja sendiri, mereka lebih bebas meneliti hal yang disukai. Namun, saat bekerja kelompok, sering muncul perbedaan pendekatan. Ada yang ingin memperdalam topik, tapi ada juga yang kurang antusias. Hal ini menjadi pelajaran penting tentang kolaborasi,” ungkapnya.
Pengalaman belajar
Menurut Wahya, riset di Salam tidak hanya berhenti di sekolah tetapi juga melibatkan peran keluarga di rumah. “Anak-anak menyelesaikan riset ini tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah. Ini adalah pengalaman belajar yang lebih holistik dibandingkan sekolah formal,” katanya.
Menjelang semester berikutnya, Salam berencana mengarahkan riset siswa ke topik yang lebih terstruktur, mengacu pada pola Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD). Namun, Wahya memastikan bahwa suasana belajar tetap akan dibuat tanpa tekanan.
“Kami akan memberikan soal-soal berbasis ASPD agar anak-anak terbiasa, tetapi tetap mempertahankan kolaborasi dan dukungan orang tua sebagai kunci utama,” ujarnya.
Selain riset, siswa juga akan menjalani kegiatan live-in di masyarakat untuk menambah pengalaman kontekstual.
Kemandirian
“Melalui live-in, anak-anak akan belajar menjaga diri sendiri, teman, dan lingkungan. Pengalaman ini akan melatih kemandirian mereka di luar ruang kelas,” tambah Wahya.
Kegiatan presentasi riset ini menegaskan komitmen Sanggar Anak Alam terhadap pendekatan pendidikan alternatif yang menitikberatkan pada pembelajaran berbasis pengalaman, kemandirian dan kolaborasi.
“Anak-anak menunjukkan bahwa mereka mampu belajar secara kreatif dan bertanggung jawab. Tantangan ke depan akan semakin banyak, tetapi semangat belajar mereka sudah menjadi modal utama untuk menghadapi apa pun,” ujarnya.
Dengan filosofi pendidikan yang berbeda dari sekolah formal, Sanggar Anak Alam terus membuktikan bahwa metode belajar yang mengintegrasikan riset, kerja sama dan tanggung jawab sosial dapat membekali anak-anak dengan keterampilan hidup yang relevan untuk masa depan. (*)