Semangat Gotong Royong Yang Tak Surut Ketika Bencana

Semangat Gotong Royong Yang Tak Surut Ketika Bencana

KORANBERNAS.ID, JOGJA -- Peluh menetes dari kening Serda TNI Akbaruddin. Siang itu, Kamis (12/3/2020), proses evakuasi dan pembersihan yang dilakukan sejak pagi di sebuah rumah yang terkena longsor, sedikit terhambat ketika runtuhan bangunan yang hendak dibersihkan sulit untuk dipindahkan.

Posisi reruntuhan rumah yang terletak di Kampung Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman, Kota Yogyakarta itu persis berada di tubir sungai. Akbaruddin, Babinsa Koramil Gedongtengen, dibantu warga, relawan dan tim BPBD Kota Yogyakarta serta anggota Polsek Gedongtengen bahu membahu mengangkat dan membuang reruntuhan yang berukuran cukup besar ke sungai atau Kali Winongo.

Kerja keras itu akhirnya membuahkan hasil sekitar pukul 09:40 WIB. Material reruntuhan yang sebelumnya merupakan kamar tidur, dapur dan gudang sempit milik Ny Surajiyah, berhasil disingkirkan.

“Ya cukup melelahkan, tapi dibantu warga dan relawan, akhirnya kita berhasil membersihkan rumah ini dari reruntuhan yang berbahaya dan rawan longsor,” ujar Akbaruddin.

Lewat gotong royong yang menjadi ciri khas warga Yogyakarta dan juga Nusantara, kediaman Ny Surajiyah yang sebagian mengalami longsor pada Rabu (11/3/2020) sore, berhasil dievakuasi dan dibersihkan. Puluhan orang, baik dari TNI dan Polri, BPBD Kota Yogyakarta dan juga para relawan siaga bencana, terlibat dalam proses yang berlangsung sejak Rabu malam tersebut.

AKP Ponijo selaku Kanit Binmas Polsek Gedongtengen kepada koranbernas.id menyebutkan, proses evakuasi dan pembersihan dengan merobohkan bagian bangunan yang terbilang rawan longsor, harus dilakukan agar insiden serupa tak merembet ke bagian lainnya.

“Jadi gedung yang ada, terutama sisi barat, memang diupayakan untuk dibongkar karena rawan. Tanahnya sudah longsor dan rawan untuk ditempati, sehingga kita pakai alat tadi, bambu panjang dan disogok-sogok,” jelasnya.

Yohanes Umboro, putra Ny Surajiyah ketika diwawancarai media mengungkapkan, hujan deras disertai angin kencang pada Rabu siang sempat menyebabkan konstruksi dinding dapur dan gudang retak-retak. “Sebenarnya 1,5-2 bulan lalu itu ada retakan dan pecah. Kita lapor ke BPBD (Kota Yogyakarta), ada penambalan, tetapi penambalan di bagian luar. Namun di dalamnya masih retak,” tuturnya.

Hujan deras yang disertai angin kencang kemudian memperlebar retakan tersebut. ditambah lagi meningkatnya debit air sungai Winongo akibat curah hujan intensitas tinggi dan limpahan air dari hulu Merapi, Umboro kemudian menerangkan sekitar pukul 14:15 WIB insiden longsor akhirnya terjadi.

“Saya saat itu sedang buat kopi, tapi kemudian ada suara bruk, saya langsung kabur keluar. Saya ingat, ini pasti roboh,” terangnya.

Insiden longsor itu membuat kamar dan ruangan dapur serta gudang di bagian barat amblas ke Sungai Winongo. “Ada barang-barang, sepeda yang ditaruh di gudang juga hanyut,” tambahnya.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah longsor yang terjadi Rabu sore tersebut. Pemkot Yogyakarta akan segera melakukan perbaikan di dinding talud yang longsor agar tidak membahayakan warga sekitar. (eru)