Mencoba Berkreasi Meski Dalam Keterbatasan

Mencoba Berkreasi Meski Dalam Keterbatasan

KORANBERNAS.ID, SEMARANG – Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, tampak geliat pariwisata di Jawa Tengah yang mulai terlihat seiring berjalannya kebiasaan normal baru dengan protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi mengatakan hingga bulan September 2020  ada 424 objek wisata yang telah dibuka.

"Dari 690 objek wisata diJawa Tengah, 424 atau 60 persen kini sudah siap menerima wisatawan," ujar Sinoeng saat ditemui di ruang kerjanya. Tentunya, operasional destinasi wisata tersebut dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Objek wisata yang telah buka dan tersebar di sejumlah daerah itu terus dipantau agar mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

"Yakni dengan mewajibkan pengunjung mengenakan masker, menjaga jarak, dan pembatasan pengunjung," kata Sinoeng.

Hingga kini masih ada 56 objek wisata lainnya yang masih melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan sebelum buka kembali. Pelaksanaan pemantauan objek wisata yang telah buka, dilakukan Dinas Pariwisata kabupaten/ kota setempat. Selain itu melibatkan masyarakat melalui citizen jurnalisme atau jurnalisme warga di media sosial.

"Kami telah meminta izin kepada Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo untuk melibatkan citizen jurnalism yakni kekuatan sosial media," jelasnya.

Namun, laporan yang di respon yang menggunakan akun riil, kalau yang anonim tak jelas, atau mengandung unsur fitnah tidak ditanggapi. Bila ada pengelola objek wisata melanggar protokol Kesehatan, sanksinya akan ditutup sementara untuk melakukan evaluasi dan perbaikan.

Jika tidak mau melakukan perbaikan dan masih ngeyel untuk buka, dia menegaskan akan memberikan sanksi lebih keras. Pihaknya akan mengusulkan kepada Bupati/Wali Kota dan Gubernur untuk menutup objek wisata itu dalam jangka lama.

"Dalam kondisi sekarang tidak bisa mengabaikan kesehatan masyarakat atau pengunjung," tegas Sinoeng.

Desa Wisata

Primadona pariwisata Jateng diantaranya mengangkat Desa Wisata. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara potensi daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata hasil buatan manusia. Desa wisata tersebut terletak satu kawasan tertentu dengan didukung oleh atraksi, akomodasi, dan fasilitas lainnya sesuai kearifan lokal masyarakat.

Sinoeng mengatakan bahwa desa wisata di Jawa Tengah kini memiliki potensi yang sangat besar untuk jadi destinasi pariwisata alternatif dan support system untuk Candi Borobudur, yang tetap menjadi magnet pariwisata dunia.

"Potensinya sangat besar. Jadi kalau bicara potensi, kita bagi desa wisata jadi tiga segmen,” ujar Sinoeng.

Tiga segmen tersebut yaitu pegunungan, dataran, dan pantai. Untuk saat ini yang paling diminati adalah desa wisata di dataran dan pegunungan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) bakal memberikan dana stimulan Rp1 miliar kepada 5 desa wisata di wilayahnya. Dana sebesar itu akan dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Jateng 2020. Dia mengatakan pemberian dana stimulan kepada desa wisata itu sebagai upaya Jateng menciptakan 500 desa wisata.

"Saat ini Jateng sudah punya 337 desa wisata. Target kami, di masa kepemimpinan Bapak Gubernur Ganjar bisa terbentuk 500 desa wisata. Dalam 5 tahun ini, target itu harus diwujudkan, bahkan bisa kurang dari waktu tersebut," tambahnya.

Harapannya tahun 2021 bisa mencapai 391 desa wisata, tahun 2022 sebanyak 445 desa wisata dan tahun 2023 bisa lebih dari 500 desa wisata.

Sinoeng menyebutkan total ada 100 desa wisata yang akan mendapat bantuan dari Pemprov Jateng pada tahun anggaran 2020. Selain 5 desa wisata yang masing-masing memperoleh dana stimulan Rp1 miliar itu, pemerintah juga memberikan bantuan kepada 95 desa wisata lain.

"Untuk bantuan Rp1 miliar itu kita berikan ke 5 desa wisata yang masuk kategori maju. Sedangkan, untuk desa wisata kategori sedang kita berikan stimulan masing-masing Rp500 juta, dan desa wisata baru diberikan dana Rp100 juta," imbuh Sinoeng.

Desa wisata sedang, lanjut Sinoeng yang akan mendapat dana stimulan dari pemerintah pada 2020 nanti berjumlah 10 desa. Sedangkan untuk desa wisata baru yang mendapat stimulan Rp100 juta berjumlah 85 desa.

Seperti diketahui, dunia wisata terguncang karena dampak pandemi. Saat awal- awal wabah menyerang, semua objek wisata tutup. Kunjungan wisatawan kembali terlihat pada Juni dengan dilonggarkannya sejumlah aturan perjalanan.Tercatat ada 8.698 wisatawan nusantara dan 8 wisman yang berkunjung ke Jawa Tengah.

Langkah Kreatif

Semenjak pandemi Covid-19 industri pariwisata Jawa Tengah terpuruk.  Untuk itu perlu diambil langkah-langkah kreatif dan terobosan baru mesti ditempuh guna menghidupkan kembali industri pariwisata. Dengan catatan protokol kesehatan tetap diterapkan dengan ketat.

Sekretaris Komisi B DPRD Jateng, Muhamad Ngainirrichadl, secara terpisah sebelumnya mengatakan saat ini kedua belah pihak, ingin wisata. Yakni, pengelola objek wisata ingin lokasinya dikunjungi dan masyarakat juga sudah ingin piknik.  Untuk itu, perlu penawaran paket-paket wisata yang memungkinkan untuk dilakukan satu hari. Selain itu, alangkah bagusnya jika dikombinasikan dengan pendidikan.

“Saat ini banyak siswa yang masih belajar daring. Namun bisa saja sesekali, dibuat paket wisata edukasi," ujarnya.

Yaitu siswa belajar di lokasi wisata. Pelajaran kan tidak harus di dalam kelas. Sehingga itu bisa jadi pengalaman baru bagi siswa, tidak membosankan dan menguntungkan dunia pariwisata. Secara teknis pariwisata dengan menggandeng pihak sekolah bisa dilakukan. Misalkan paket wisata yang ditawarkan di objek wisata yang hampir berdekatan seperti di Tawangmangu dan Telaga Sarangan.

Alangkah bagusnya jika pengembangan objek wisata di wilayah perbatasan juga bekerjasama antar provinsi. Namun sekali lagi ia mengingatkan jika protokol kesehatan wajib dilakukan dengan ketat. Di sisi lain, Sinoeng N Rachmadi juga menambahkan capaian industri pariwisata di masa pandemi ini terjun bebas. Langkah kreatif juga dilakukan di masing-masing desa wisata, contohnya penyediaan souvenir yang menarik.

"Diantaranya seperti kaos yang diberikan tulisan atau gimik-gimik yang unik, seperti gimik "tinimbang misuh luwih becik wisuk" atau "ora salaman tetep sedulurab". Tetap ada kaitan dengan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19," ujar Sinoeng.

Dijelaskan juga awal masa pandemi, dari 1.083 hotel ada 115 yang tutup. Namun kini sudah buka kembali 35-45% namun ada sebagian pegawai yang dirumahkan. Menurut Sinoeng, peran masyarakat begitu penting dalam menghidupkan kembali pariwisata.

“Di satu sisi, pelaku industri pariwisata memastikan lokasi yang dikunjungi sudah disterilkan. Di lain pihak, masyarakat juga memastikan dirinya menjalankan protokol kesehatan,” kata Sinoeng

Seperti diketahui diatas provinsi Jawa Tengah sedang menggenjot sektor pariwisata salah satunya adalah program pengembangan desa wisata. Bahkan melalui program tersebut Pemprov Jateng menargetkan jumlah desa wisata di provinsi ini pada 2024 mencapai 500 desa wisata. Kecenderungan tersebut dilakukan, mengingat bahwa liburan ke pedesaan patut menjadi pilihan saat traveling ke Jawa Tengah yang saat ini telah memiliki 316 desa wisata dengan berbagai atraksi menarik.

Ketua DPRD Provinsi Jateng Bambang Kusriyanto belum lama ini menyatakan  bahwa Kabupaten Semarang menjadi salah satu wilayah yang banyak memiliki destinasi potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata.

“Harapannya potensi desa wisata di Kabupaten Semarang serius digarap. Untuk itu kami meminta setiap kepala desa untuk menggerakkan warganya dalam pembangunan desa wisata," kata Bambang Kusriyanto saat melakukan reses di kabupaten tersebut belum lama ini.

Hal tersebut disampaikan Bambang  dihadapan sejumlah masyarakat, perangkat desa, lurah, dan camat dari 3 kecamatan yakni Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, dan Bergas. Pembangunan desa wisata itu perlu dilakukan, mengingat sebanyak 208 desa di Kabupaten Semarang akan mendapatkan bantuan dari Pemprov Jateng pada 2021 mendatang.

“Saya berharap semua desa bisa membangun. Untuk itu, tolong digarap betul desa wisatanya,” tegas Bambang Kusriyanto.

Tidak hanya desa wisata, ia berharap setiap desa dapat dibangun ruang terbuka hijau (RTH). Ia menilai pembangunan itu penting karena terkait dengan kesehatan bagi generasi penerus.

Turonggo Seto

Kelompok kesenian Turonggo Seto, yang memiliki basecamp di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang tetap semangat untuk hidup berkesenian. Meskipun tidak bisa leluasa berkesenian seperti sebelum masa pandemi Covid-19 yang bisa bereksplore di ruang tertutup, karena ketentuannya sekarang hanya boleh di ruang terbuka.

"Iya, kami menggandeng kelompok kesenian Turonggo Seto, sebagai salah satu bentuk cinta seni dan budaya, dan ikut melestarikan kesenian tradisional di tengah situasi seperti ini," ujar Nova, salah satu anggota Panwascam Tembalang di sela aksi kelompok seni ini.

Sementara salah satu anggota Turonggo Seto, Ganjar bersyukur dalam kondisi new normal ini tetap diundang untuk menampilkan kesenian lokal, untuk mensukseskan Pilkada Serentak 2020. Secara historis, Bulusan ini kaya dengan budaya. Kekerabatan warga masih kental. Setiap tahun warga menggelar merti desa, nyadran, wayangan, dan pentas seni tradisi

"Meskipun kiprah kami tidak besar, namun potensi seni dan budaya kelompok kesenian kami semoga tetap bisa menghibur dan bermanfaat bagi masyarakat," ujar Ganjar.(*)