Meski Sarat Prestasi Tapi Terpaksa Berhenti

Meski Sarat Prestasi Tapi Terpaksa Berhenti

KORANBERNAS.ID,SLEMAN--Tari Badui adalah salah satu jenis seni sholawatan yang lahir di kawasan pedesaan. Tari Badui berkembang di wilayah Kabupaten Sleman. Tari ini berisikan puji pujian pada Nabi Muhammad SAW. Pementasan Tari Badui pada awalnya hanya dilakukan dalam rangkaian upacara peringatan Maulud Muhammad SAW. Namun kini Badui berkembang untuk hiburan.

Tari ini ditarikan oleh penari laki-laki dan kostum yang digunakan mencerminkan nuansa Islami. Baju putih lengan panjang dengan rompi. Bagian kepala dengan kupluk (seperti pengantin) warna merah dengan rumbai-rumbai. Tari ini sangat dinamis diiringi dengan bedug atau jidor dan rebana. Alunan musik dengan vokal tradisional khas badui sangat memberi nuansa pada seni tradisional kerakyatan.

Selain instrumen musik daerah, tari Badui juga diiringi alunan vokal dalam bentuk lagu yang dibawakan secara bergantian antara penari dan vokalis bersama dengan penabuh instrumen bersaut-sautan. Syair yang dibawakan berasal dari Kitab Kotijah Badui yang berisi uraian tentang budi pekerti, kepahlawan hingga sholawat Nabi. Fungsi dan makna dari Tari badui ini selain sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam pada zaman dahulu, saat ini juga berperan sebagai sarana hiburan masyarakat. Kesenian Tari Badui ini diiringi oleh syair-syair lagu yang berasal dari Kitab Kotijah Badui, namun adakalanya syair tersebut disusun sendiri oleh kelompok kesenian Badui Yogyakarta.

Kostum yang digunakan oleh penari Badui terdiri dari peci turki berwarna merah (panigoro) atau kuluk temanten berwarna merah dan ada kucirnya, baju atau kemeja lengan panjang, rompi, celana Panji,  Kain (rampekan) stagen dan ikat pinggang, kaos kaki dan sepatu putih. Para penari Badui juga membawa aksesoris berupa godo/gombel yaitu sejenis senjata/kayu.

Di masa pandemi Covid-19 ini nasib panggung seni pertunjukan memang menerima dampaknya karena atraksi yang biasanya rutin dilakukan terpaksa berhenti. Jadwal pentas yang sebelumnya sudah diatur tidak bisa direalisasikan sehingga penghasilan dari panggung ke panggung mengalami penurunam bahkan tidak ada penghasilan sama sekali seperti yang dialami Paguyuban Sholawat Badui "SIROJAN MUNIRO" yang beralamat di Jumeneng Kidul Desa Sumberadi Mlati Sleman.

"Selama masa pandemi Covid-19, kami sama sekali tidak pentas, bahkan semula kami sebagai koordinator beberapa kelompok seni religi se Kabupaten Sleman, kami juga diikutkan dalam penjadwalan pentas selama 1 tahun di tahun 2020  dan badui kami juga masuk jadwal di bulan Juni di ODTW (Obyek Daya Tarik Wisata), namun dibatalkan," kata Afnan Haryadi, Ketua Paguyuban Sholawat  Badui "SIROJAN MUNIRO" kepada koranbernas.id, Selasa (22/9/2020).

Bahkan lanjut Afnan, selama tahun 2020 ini Paguyuban Sholawat Badui "SIROJAN MUNIRO" juga tidak berani mengadakan latihan karena akan  mengundang kerumunan masa yang tidak diperbolehkan selama masa pandemi.

"Kami hanya bisa rutin mengadakan arisan pengurus ţiap bulan yang jumlah personilnya hanya 30 orang, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, jadi kami hanya bisa mempertahankan keutuhan organisasi dan mudah-mudahan anggota kami tidak lupa akan gerakan-gerakan tariannya, sudah tentu dari segi finansial sama sekali tidak ada pemasukan," tutur Afnan.

Menurut  Afnan kelompok Badui binaannya biasanya pentas di momen-momen tertentu seperti  hajatan, diundang Pemerintah Desa, Kapanewonan (Kecamatan), Dinas Kebudayaan dan kalau Dinas Pariwisata mengundang dalam acara ODTW.

Ditambahkan Afnan dari Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kebudayaan ada bantuan melalui pentas daring, tetapi baru terbatas kelompok yang diundang dan kelompok Badui belum mendapat undangan.

Sejarah Badui Sirojan Muniro berdiri sekitar tahun 1968. Dalam perjalanannya ternyata banyak prestasi yang telah diraih yaitu selain pernah diikutkan dalam workshop di Banten tahun 2018. Prestasi lainnya pada tahun

2016 juara 2 festival kesenian religi Sleman, tahun 2017 harapan 1 festival kesenian rakyat Jateng dan DIY.

Untuk mendukung perkembangan Badui, diakui Afnan pada tahun 2020, Badui SIROJAN MUNIRO mendapat  bantuan hibah berupa alat bedug dan rebana.

"Kemungkinan bulan  Oktober direalisasikan, karena sudah lolos verifikasi," tutur Afnan.

Di masa pandemi Covid-19 Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman telah menyelesaikan standar operasional prosedur (SOP) atraksi budaya pada fase tatanan kehidupan baru untuk memberikan ruang bagi para pelaku seni budaya dalam menampilkan karya.

"Selain itu agar masyarakat tetap dapat menikmati atraksi-atraksi budaya yang banyak terdapat di Sleman," kata Edy Winarya, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Edy Winarya.

Menurut dia, kegiatan atraksi seni dan budaya yang ditampilkan ke khalayak di era tatanan kehidupan baru harus memenuhi SOP protokol kesehatan, sehingga harus ada standar SOP kegiatan seni dan budaya selama pandemi Covid-19.

"Selama pandemi Covid-19 nyaris tidak ada kegiatan atraksi seni dan budaya yang dilakukan di hadapan khalayak. Begitu juga dengan kegiatan yang didanai oleh Dana Keistimewaan (Danais)," katanya.

Edy mengatakan, kegiatan Disbud Sleman yang digelar harus dan wajib memenuhi protokol kesehatan. SOP tersebut akan menjadi pedoman bagi semua kegiatan kebudayaan baik yang didanai oleh APBD maupun oleh Danais.

Dikemas Secara Daring

Sementara Kepala Disbud Sleman, Aji Wulantara mengatakan jika beberapa kegiatan selama masa pandemi Covid-19 dikemas dalam bentuk daring untuk memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditentukan pemerintah.

Misalnya yang telah dilaksanakan pada minggu lalu yakni dengan menayangkan pertunjukan budaya "Milenial Gandrung Wayang" secara daring melalui kanal Yotube Disbud Sleman.

"Meskipun tidak terkait langsung dengan penanganan Covid-19, kami berupaya memberikan kontribusi nyata dalam membantu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan masyarakat," katanya.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman akan menampilkan lagi pertunjukan budaya khas sejak pandemi Covid-19 di Yogyakarta. Namun, pertunjukan budaya kali ini masih digelar secara daring.

Sebagai pembuka setelah vakum beberapa waktu, Dinas Kebudayaan Sleman menampilkan pertunjukan wayang orang berlakon Anoman Kembar. Gelaran wayang telah disiarkan melalui kanal YouTube dari Disbud Sleman.

Aji juga menuturkan kembalinya pertunjukan budaya menjadi salah satu usaha yang mereka lakukan membantu penanganan Covid-19.

Tentu, kata Aji, disadari betul usaha ini tidak terkait langsung dengan aksi penangaanan pandemi Covid-19, baik dari segi medis maupun sosial. Tapi, ini menjadi kontribusi yang diharap membantu menciptakan suasana yang kondusif.

"Di antaranya, memberikan hiburan rutin berupa atraksi budaya secara daring agar masyarakat merasa betah dan nyaman tinggal di rumah pada masa pandemi Covid-19 ini," kata Aji, Jumat (25/9/2020).

Selain itu, Aji mengajak masyarakat untuk dapat mengimplementasikan beberapa pitutur luhur atau pesan moral yang baik. Yang mana, jadi modal sosial fundamental baik masyarakat Jawa maupun bangsa Indonesia.

Di antara beberapa pitutur luhur ada eling lan waspada mengamanatkan agar senantiasa menyadari yang diberikan Tuhan ke manusia pada dasarnya merupakan ujian. Tujuannya, tidak lain menempuh kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang.

Termasuk, pandemi Covid-19 yang merupakan ujian agar manusia senantiasa bisa menjalani kehidupan dengan menekankan pola hidup bersih dan sehat. Serta, senantiasa waspadai segala kemungkinan dengan bersikap secara arif dan bijaksana.

"Dengan menekankan kepada kebaikan bersama dan bukan saling merasa egois mementingkan dirinya sendiri," ujar Aji.

Selain itu, ada tata nilai dan norma kebersamaan dan gotong royong yang selama ini menjadi modal sosial yang fundamental bagi bangsa. Karenanya, itu semua perlu dikokohkan dan ditumbuh kembangkan kembali.

"Jangan sampai dengan adanya pandemi Covid-19 ini semangat kebersamaan dan gotong royong antar warga masyarakat justru malah melemah atau bahkan luntur," kata Aji.

Aji juga menyebutkan sampai saat inu jumlah kelompok kesenian di Sleman tercacat ada 1.800 kelompok.

"Yang sudah memiliki nomer induk kebudayaan ada 600 group  dari 1800 kelompok yang ada. Semua kelompok kesenia  diunggulkan karena potensi kebudayaan harus dibina secara seimbang. Dimasa pandemi ini kita melakukan pembinaan dengan memberi kesempatan kepada kelompok dan seniman dengan pentas secara daring," tutur Aji.

Penyesuaian dengan kebiasaan adaptasi baru yang biasanya pentas bebas ini harus mentaati protokol kesehatan yang tidak mudah implementasinya.

Perlu Solusi

Sedang salah satu anggota DPRD Sleman dari Fraksi PKS, Sumaryatin mengatakan pentas kesenian di masa pandemi Covid-19 ini perlu docarikan solusinya untuk tetap berkarya tetapi tetap aman dari Covid-19. Misal dengan pentas di ambil gambarnya di you tube atau bisa di facebook live seperti itu sehingga tidak menimbulkam kerumunan massa. Namun juga tdk menghambat karya dari para pekerja seni yang justru bisa dinikmati oleh makin banyak orang.

"Namun tentu ini tidak mudah, ya butuh kolaborasi dengan anak-anak muda yang paham dunia digital dan pelaku seni juga harus mau terbuka dengan keadaan. Kalau pentas tatap muka menurut saya dengan kasus Sleman yang terus naik sebaiknya jangan dulu agar aman bagi semuanya," kata Sumaryatin yang juga Sekretaris Komisi A DPRD Sleman.

Ditambahkan Sumaryatin bahwa  sama dengan UMKM, pekerja seni harusnya juga dapat  bantuan tunai dengan  besaran sesuai kemampuan Pemda. Sehingga bisa terus berkreasi bagaimana berkesenian dimasa pandemi Covid-19 yang tetap menghasilkan.

"Pemda Sleman mungkin juga bisa menumbuhkan berkesenian yang aman dari Covid-19 dengan memanfaatkan teknologi digital yang luar biasa ini," pungkas Sumaryatin. (*)