Baru Kali Ini Rumahnya Berlimpah Makanan...

Baru Kali Ini Rumahnya Berlimpah Makanan...

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- "Alhamdulillah le. Pasa iki wis ayem. Pangan wis komplet, ora sah mikir nggolek maneh (Alhamdulillah le (panggilan untuk anak lelaki). Puasa Ramadan ini hati sudah tenteram. Persediaan makanan komplet tidak berpikir mencari lagi),” kata Rismiyatun pada Wisnu, cucu lelakinya.

Dia memandangi aneka makanan yang diterima dari sejumlah masjid dan perorangan di sekitar tempat tinggalnya. Matanya berbinar-binar.

Bahan makanan itu berlimpah. Berasnya diakumulasikan lebih dari 25 kg. Belum pernah dia mendapatkan bantuan menjelang Ramadan maupun zakat fitrah menjelang Lebaran sebanyak ini.

Selain beras ada gula pasir, teh, minyak goreng, mi instan dan telur yang biasa untuk paket sembako. Lebih istimewa lagi, ada pula beberapa kaleng biskuit dan sirup, susu dua kaleng, ikan sarden, sekotak buah kurma, kerupuk udang serta uang.

Sejak Sumarko, suaminya meninggal  32 tahun silam, Rismiyatun hidupnya menderita. Tidak ada warisan yang ditinggalkan. Rumah tinggalnya berdinding gedhek tidak utuh lagi, itu pun tanahnya ngindung.

Tidak ada pensiun. Untuk menghidupi tiga anaknya yang masih kecil-kecil itu Rismiyatun harus banting tulang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) pada beberapa keluarga dan mengurusi cucian anak-anak kos.

Tapi cita-citanya digantungkan setinggi langit. Anak-anaknya harus sekolah minimal lulus SMA sehingga ijazahnya bisa untuk mencari kerja. Meskipun dia harus menyingkirkan rasa lelah unruk mencari makan dan cibiran tetangga yang mengatakan gegedhen empyak kurang cagak.

Memang cita-citanya tidak terkabul seluruhnya.  Agung, anak sulungnya mogok sekolah. Tetapi kedua  adik perempuannya bisa menenuhi harapan ibunya. Bahkan Tyas lulus SMEA ditambah kursus menjahit.

"Saya berharap keterampilan menjahitnya bisa dipakai modal mencari penghasilan," kata Rismiyatun kepada koranbernas.id, Minggu (26/4/2020).

Untuk mencapai itu, ibu yang menjanda sejak berusia 28 tahun tersebut berkisah dirinya harus berjuang setengah mati. Hidup kesehariannya compang-camping. Makan hanya seadanya. Persediaan beras  juga seadanya. Itu pun kadang harus pinjam pinjam pada tetangga. Air mata menghiasi malam-malamnya ketika anak-anaknya tertidur. Pada Allah dia memohon rida dan rezeki.

Semakin anak-anaknya bertambah usia, kehidupannya semakin mendingan. Setelah Tyas dipersunting tetangganya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia pindah kontrak rumah yang lebih layak huni.

Setelah peristiwa gempa 27 Mei 2006, Tyas dan suaminya mampu membangun rumah sendiri meski berukuran kecil di Jetis RT 31 RW 08 Kelurahan Sorosutan.

Rismi sangat gembira. Apalagi setelah si bungsu Ayu diterima sebagai PNS, lalu dipersunting seorang PNS, Rismiyatin mulai bisa bernafas agak lega.

Tapi tak seorang pun menduga setelah dia menjanda menghidupi 3 anak yatim, suami Tyas juga meninggal dan meninggalkan 2 anak yatim.

"Untung saya bersikeras dia kursus jahit sehingga sekecil apa pun dia punya penghasilan dari keterampilannya bekerja sebagai buruh jahit," kata Rismi.

Menyusul beberapa tahun, suami Ayu juga meninggal, meninggalkan dua anak. Beruntung dia punya pensiun PNS, rumah, kebun dan sawah di sebuah  desa di Kulonprogo.

Ayu pun mendapatkan posisi kerja lumayan baik sehingga ibu dan dua anak perempuannya bernasib sama, membesarkan anak-anak yatimnya. Berkat semangat dan kerja keras sang nenek, kini dia  masih mengasuh dua anak  sulung Tyas sudah lulus STM Negeri Jetis. Adiknya kelas 1 SMA Negeri 4 jurusan Olahraga.

Sedang anak sulung Ayu sudah kuliah melewati jalur undangan di Fakultas Farmasi UGM. Sementara adiknya masih di kelas 4 SD.

Berkat keuletan, kejujuran serta kepatuhan melaksanakan ibadah selama ini, Rismi  menerima hadiah melaksanakan ibadah umrah dari pemilik RM Rara-rata. Sesuatu yang tidak terduga oleh Rismi.

110 Paket

Rismi merupakan salah satu penerima bantuan sembako komplet di antara 110 penerima paket dari Masjid Al Furqon serta berbagai masjid, organisasi  dan  perorangan di sekitarnya. Dia merasa sangat bersyukur.

Menurut Hj Farhana Deddy salah seorang pegiat Takmir Masjid Al Furqon, tahun 1441 H kali ini Al Furqon membuat 110 paket, dibagikan kepada masyarakat yang dipandang membutuhkan.

Di RT 30 terdapat 30 orang penerima, RT 31 sejumlah 36 orang. Ustadzah TK ABA Al Furqon 15 orang, ustad dan ustadah TPA Al Furqon 4 orang  dan warga sekitar 25 orang. “Jadi jumlahnya 110 orang.” ucap dia.

Pembagian mengacu protokol kesehatan dengan sistem kupon. Setiap 30 menit, 15 orang bergantian menerima bantuan guna menghindari kerumunan. Semua mengenakan masker supaya bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Ketua Takmir Masjid Al Furqon Nitikan Baru,  Ustad Drs H Muhammad Fahmi Muqqodas Mhum,  menyatakan hal ini terpaksa ditempuh mengingat situasi pandemi Covid-19 yang merebak.

“Kita semua merasa sedih karena silaturahmi terganggu. Kerinduan untuk berjamaah terganggu sementara waktu. Namun sebagai muslim yang beriman harus bersabar dan tidak boleh berputus asa," kata M Fahmi Muqqodas.

Menurut dia, kita harus bersabar, memperbanyak istighfar dan dzkir serta beramal saleh agar suasana bisa segera normal  kembali. (sol)