Kala Seniman Merindukan Panggung
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Panggung seni identik dengan kerumunan. Pandemi Covid-19 membuat para pelaku seni tidak bisa berkarya maupun menggelar pementasan di hadapan penonton. Untuk memutus penyebaran virus Corona salah satu hal yang disarankan adalah menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
“Para pelaku seni di Desa Gilangharjo sudah sangat rindu pentas. Sudah berbulan-bulan mereka tidak ada tanggapan. Itu yang mereka sampaikan kepada saya sehingga saya menggelar jaring aspirasi yang melibatkan mereka,” kata Zainul Zain S Ag, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Bantul, Senin (28/9/2020).
Beberapa waktu lalu berlangsung kegiatan bertema Bincang Santai Seni Budaya. “Kami menggelar jaring aspirasi untuk menampung apa saja harapan masyarakat khususnya saat ini mengenai seni budaya,” kata dia.
Bahkan saat gelar aspirasi, grup karawitan minta izin tampil. Akhirnya mereka diizinkan klonengan disertai pembatasan hanya sepuluh penabuh gamelan termasuk dua sindhen.
Di desa ini bukan hanya grup karawitan yang harus berhenti latihan dan pementasan namun banyak pula pekerja seni terimbas Corona, seperti reog, jatilan, cokekan, hadroh, teater, ketoprak. “Tidak bisa berlatih ataupun pentas, tidak membuat grup tersebut bubar. Mereka tetap kompak,” kata Zainul.
Ditemui koranbernas.id di Sanggar Omah Djoged Sedayu (Ojes) Dusun Sundi Kidul Desa Argorejo, Bestari Putri Wulandari (36) selaku pemilik sanggar mengakui saat ini tidak bisa menggelar pementasan karena terkendala pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, Putri yang mengelola sanggar sejak enam tahun silam tersebut memiliki event rutin bagi siswinya berupa pentas mingguan di Raminten, mal dan lokasi lain.
“Di sini anak yang belajar tari mulai usia 3,5 tahun hingga kelas 6 SD, semua anak putri. Setiap tarian target saya selesai enam bulan, yakni tiga gerakan dasar, tiga bulan untuk menghafal hingga ujian,” kata istri dari Mujono, perangkat Desa Argorejo tersebut.
Adapun penguji tari diambil dari luar sehingga independen sehingga penilaiannya berlangsung fair. Dengan model ini siswa terpacu meningkatkan kapasitas. Begitu menguasai tarian, mereka memperoleh kesempatan pentas agar berani dan percaya diri tampil di depan publik, misalnya event rutin mingguan.
Sebenarnya siswa sudah berlatih untuk pementasan HUT TNI AU namun batal karena wabah Corona. “Bagi siswa yang saya nilai sudah mampu berkembang, saya link ke sanggar lain agar semakin bertambah ilmu dan wawasannya. Misalnya ke Tembi,” katanya.
Sejak awal Putri berkeinginan tarian tidak punah melainkan terus berkembang sehingga seni warisan nenek moyang ini tidak hilang tergerus zaman. “Saya akan terus berbagai ilmu, tidak hanya di sanggar namun juga sekolah-sekolah,” kata pengajar tari pada 13 SD dan PAUD wilayah Sedayu tersebut.
Dirinya berharap kondisi yang dialami sanggar seninya mendapat solusi sehingga bisa tetap berkegiatan dan tampil pada situasi pandemi. Putri tetap ingin seni tari bisa lestari tidak tergerus zaman.
Pentas online
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto S Sos MM mendorong komunitas seni maupun para pelaku seni budaya daerah ini mementaskan kegiatan kesenian melalui media dalam jaringan (daring) atau online.
“Covid-19 memang menghambat para pelaku seni termasuk pementasan. Kondisinya berbeda dengan sebelum ada wabah,” kata Nugroho. Memang masih ada satu dua seni ditampilkan dengan batasan-batasan tertentu serta penerapan protokol kesehatan.
Untuk mengatasi berbagai hambatan dan kendala, pihaknya terus berkomunikasi dengan komunitas atau sanggar seni maupun para pelaku seni agar bisa tampil. Solusinya adalah pementasan online.
“Pementasan online ini yang paling mungkin dilakukan pada masa pandemi. Seniman bisa tampil. Masyarakat menonton. Semua menerapkan protokol kesehatan,” jelasnya.
Saat ini sudah ada beberapa kelompok maupun sanggar menjalin kerja sama dengan dinas mengunggah pentas seni mereka. Sedangkan komunitas ketoprak Bantul membuat sinema ketoprak.
“Mereka tetap berkarya dan diunggah ke kanal youtube. Produksi pertama ini berupa ketoprak yang difilmkan, maksudnya seting pemain tidak di panggung namun alam terbuka serta cagar budaya sesuai tema cerita,” katanya.
Nugroho menambahkan, dalam upaya mendorong pementasan kesenian melalui daring, ke depan Dinas Kebudayaan Bantul akan memfasilitasi para seniman dan pekerja seni memanfaatkan Dana Keistimewaan (Danais).
Harapannya para pelaku seni dan budaya tetap eksis dan diberdayakan. “Sedang kita susun. Pementasan dengan pola kemarin jelas tidak bisa,” katanya.
Semangat juang
Tidak hanya Dinas Kebudayaan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain di antaranya Dinas Pariwisata (Dispar) ikut mendorong para pelaku pariwisata, seni dan budaya memiliki semangat juang menghadapi pandemi Covid-19.
Salah satu bentuk dukungan Dispar Bantul adalah fasilitasi sendratari di Pantai Cemara Sewu, Senin (28/9/2020), sebagai rangkaian peringatan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) yang jatuh tanggal 27 September.
Sekretaris Dinas Pariwisata Bantul, Annihayah M Eng, mengatakan pementasan kali ini sebagai support agar pelaku pariwisata, seni dan budaya tetap semangat. Di tengah pandemi Covid-19 mereka tetap memiliki daya juang.
Semangat itu perlu dijaga dalam rangka pemulihan perekonomian melalui sektor pariwisata. “Sekaligus ini memberikan edukasi ke masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan di obyek wisata saat melihat pementasan seni,” katanya.
Pentas seni budaya, lanjut Anni, berpedoman pada adaptasi kebiasaan baru program Pranatan Anyar Plesiran Jogja. Ini sebagai proses bangkitnya wisata Yogyakarta di tengah pandemi Covid-19.
Anni menjelaskan Pranatan Anyar Plesiran Jogja berisi tata cara masyarakat berkegiatan secara produktif. Tidak hanya di obyek wisata tapi juga saat melaksanakan pentas seni di transportasi umum, hotel dan lainnya.
Menurut dia, kegiatan ini dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku seni sekaligus sebagai bentuk penegasan di masa pandemi Covid-19 tetap bisa berkegiatan asalkan tertib protokol kesehatan.
Selain itu, kegiatan kali ini juga dalam rangka melestarikan kebudayaan. “Kita melaksanakan pentas seni yang bersumber dari budaya lokal di sekitar obyek wisata," ucapnya.
Anni menambahkan, pementasan sendratari di Pantai Cemara Sewu membawakan fragmen tari perjalanan Nyi Roro Kidul. Hal itu sebagai respons atas cerita Ratu Kidul yang terkenal di Pantai Parangtritis dan sekitarnya.
Penyelanggaraan pentas budaya sudah dilaksanakan dua kali. Pertama di Goa Selarong. Materi pentas tetap mengeksplorasi budaya lokal di sana. Para pelaku seni saat itu mementaskan fragmen Pangeran Diponegoro.
Rencananya pementasan serupa dilakukan lagi di Pantai Goa Cemara. Pementasan sendratari sejak pertama hingga ketiga, tetap memperhatikan protokol kesehatan. Artinya hanya disaksikan langsung beberapa tamu undangan saja.
Damar Wulan selaku sutradara pementasan mengaku tidak ada kendala, kecuali angin cukup besar mengingat lokasi pentas di tepi pantai dan alam terbuka. “Biasanya kan pentas kami di panggung atau pendapa. Secara garis besar tidak ada kendala berarti,” katanya. (*)