Kala Wisata Terpuruk di Titik Nadir

Kala Wisata Terpuruk di Titik Nadir

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sektor pariwisata yang selama beberapa tahun terakhir ini menjadi andalan penggerak roda perekonomian di DIY, tak terkecuali ikut terimbas pandemi Covid-19. Selama pandemi, sektor wisata terpuruk di titik terendah. Para pelaku wisata sama sekali tidak mendapatkan penghasilan. Untuk menyiasatinya, sebagian pelaku wisata akhirnya kembali menekuni profesi lama sebagai petani, sekedar untuk mempertahankan periuk nasi keluarga agar tidak terguling.

Sejumlah destinasi wisata di kawasan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul yang didominasi wisata hutan pinus dan wisata alam, benar-benar terpuruk selama pandemi Covid-19. Sejumlah obyek wisata yang biasanya mampu menarik 2,7 juta wisatawan per tahun, kali ini harus tutup total akibat pandemi.

“Obyek wisata tutup dan tidak ada pemasukan sama sekali,” kata Purwo Harsono, Ketua Koperasi Noto Wono Mangunan Dlingo, kepada KoranBernas.

Ada sekitar 700 orang pekerja obyek wisata yang terdampak langsung akibat tutupnya sejumlah destinasi wisata di Kecamatan Dlingo. Belum lagi profesi lain yang berkaitan dengan dunia wisata seperti penjual oleh-oleh, warung makan, penjual bensin dan sebagainya yang mencapai 400 orang. Jika ditambahkan dengan keluarganya, maka yang merasakan dampak tutupnya obyek wisata akibat pandemi Covid-19 bisa mencapai ribuan orang.

Untuk sekedar bertahan hidup mereka kemudian bertani. Menanam sayur-sayuran untuk dikonsumsi maupun untuk dijual.

Situasi yang sama juga terjadi di Kabupaten Sleman. Berdasar catatan Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman, total kerugian sementara untuk sektor pariwisata mencapai puluhan miliar rupiah pada bulan Maret lalu. Kerugian itu dihitung dari potensi kehilangan pendapatan dari pajak hotel sebesar Rp 12,32 miliar, pajak restoran sebesar Rp 13,25 miliar dan pajak hiburan sebesar Rp 2,56 miliar. Belum lagi kehilangan pemasukan retribusi sebesar Rp 1,28 miliar.

Hal yang sama juga terjadi pada wisata lava tour yang selama tanggap darurat Covid-19 mengalami kerugian sekitar Rp 4,2 miliar, untuk pemondokan dan vila di Kaliurang sekitar Rp 4,5 miliar. Belum termasuk kerugian dari aktivitas ekonomi lainnya di daerah Kaliurang.

"Kerugian itu belum termasuk dari aktivitas ekonomi lainnya. Kami belum dapat melakukan assessment untuk kerugian obyek-obyek wisata lain yang dikelola oleh perorangan atau pun swasta," kata Sudarningsih, Kepala Dinas Pariwisata Sleman. 

Pandemi Covid-19 juga dirasakan Gembira Loka Zoo (GL Zoo), satu-satunya obyek wisata kebun binatang di kota Yogyakarta. Akibat pandemi, GL Zoo terpaksa harus tutup total sejak 22 Maret 2020.

Penutupan obyek wisata GL Zoo itu tidak hanya mengubah perilaku satwa, pengelola kebun binatang ini juga harus mengubah pola manajemen supaya bisa bertahan di tengah empasan badai Corona yang berdampak pada krisis  ekonomi berkepanjangan. Manajemen terpaksa merumahkan karyawan seiring berkurangnya penghasilan obyek wisata ini berasal dari tiket pengunjung.

Sebelum pandemi, pada hari biasa terutama hari libur, GL Zoo dipadati pengunjung. Bahkan tercatat bisa mencapai belasan ribu wisatawan setiap harinya.

Dalam kondisi bertahan, Direkturat Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan  Ekosistem  (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, saat berkunjung ke obyek wisata ini sempat mengapresiasi pengelolaan GL Zoo. Meski ditutup namun tidak membuka donasi dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pakan koleksi satwanya.

Kebutuhan pakan satwa selama tidak ada pemasukan akibat pandemi, justru datang dari berbagai pihak. Diantaranya dari sivitas akademika Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang menyumbang obat-obatan senilai Rp 8 juta. Selain obat-obatan, mereka juga menyumbang tikus putih untuk pakan ular. Bantuan pakan satwa juga datang dari supermarket serta pecinta satwa seperti Marsetyaningsih dan Dian.

Pandemi Covid-19 juga memukul sektor perhotelan di Semarang. Public Relation Manager Dafam Hotel Management Semarang, Ninik Haryanti, mengakui sejak pandemi tingkat hunian di jaringan hotel Dafam merosot. Namun khusus untuk di Jakarta tidak begitu berdampak.

 

“Hotel Dafam di Jakarta digunakan untuk karantina atau isolasi, jadi masih cukup bagus tingkat huniannya. Berbeda dengan yang lainnya, untuk itu pihak menejemen harus kreatif dalam segala aspek untuk tetap eksis,” ujar Ninik Haryanti.

 

Salah satunya, mengurangi anggaran menyewa kantor di lingkungan tengah kota untuk kantor manajemen yang bisa menghabiskan Rp 100 juta per bulannya.

 

Sales & Marketing Manager Plasa Hotel, Oktavianus Adi Cahyanto, secara terpisah menyatakan pandemi ini sangat mempengaruhi okupansi hotel. Untuk itu pihaknya menawarkan selain kamar hotel sebagai tempat karantina mandiri, juga bisa disewa untuk WFH (Work From Hotel).


“Kamar hotel disewa untuk WFH bisa jauh lebih murah dibanding menyewa di luar,” ujar Okta.

Harapan Baru

Harapan para pelaku wisata kini mulai muncul seiring dengan diberlakukannya tatanan baru (new normal). GL Zoo menyikapinya dengan mematangkan protokol kesehatan. Diharapkan, saat buka kembali nantinya pengunjung dan karyawan merasa aman dan nyaman dari wabah Covid-19.

Dirut GL Zoo, KMT A Tirtodiprojo,  menjelaskan pihaknya sudah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk melayani pengunjung nantinya. “Kami akan hati-hati, tidak tergesa-gesa buka. Kami tidak akan latah,” katanya.

Tirtodiprojo menegaskan, kalaupun pemerintah memberlakukan new normal, manajemen GL Zoo tidak akan menganggap enteng dengan asal buka. “Kami akan menerpakan disiplin protokol menghadapi pandemi ini,” ujarnya.

Selain pengunjung harus jaga jarak, cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer serta pakai masker ketika akan masuk GL Zoo, mereka juga akan dibagikan sarung tangan dari plastik agar tidak sering memegang permukaan benda yang kemungkian tercemar virus. Manajemen GL Zoo juga akan membatasi jumlah wisatawan. Pada awal-awal buka maksimal hanya dibolehkan 2.500 pengunjung. Di fase pertama itu tidak semua wahana dibuka.

Bupati Bantul, Drs H Suharsono, juga sudah bersiap-siap menyambut era tatanan baru dengan membuka semua obyek wisata di Bantul sejak 1 Juli lalu. Pertimbangan utamanya adalah roda ekonomi rakyat harus berputar setelah selama tiga bulan lebih obyek wisata tutup akibat pandemi. “Kami membuka semua wisata sejak 1 Juli atas seijin Gubernur DIY, Ngarso Dalem,” kata Suharsono.

Namun, sebelumnya telah dilakukan uji coba membuka obyek wisata pantai Parangtritis  dan Pantai Depok, 27-29 Juni. Selama tiga hari uji coba di dua kawasan obyek wisata tersebut, mampu menyedot 19.175 pengunjung dengan pendapatan sebesar Rp 186,87 juta.

Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, era new normal disambut dengan menggelar sosialisasi dan simulasi pelaku pariwisata sesuai protokol kesehatan, Selasa (23/6/2020). Acara yang dihelat DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Purworejo ini melibatkan para penggerak Desa Wisata, pemilik Tours and Travel Agency, dan jurnalis untuk siap menebar spirit baru kebangkitan pariwisata di Purworejo.

Ada 4 titik yang dikunjungi sebagai awal menebar spirit kebangkitan pariwisata Purworejo, yakni Museum Tosan Aji, Desa Wisata Kemiri Lor, Desa Wisata Kaliurip, keduanya di wilayah Kecamatan Kemiri, dan Pantai Ketawang di Kecamatan Grabag.

Wakil Ketua DPRD Purworejo, Kelik Susilo Ardani SE, mengaku terharu oleh niat dan semangat para pejuang pariwisata tersebut. "Hari ini kalian mampu mengetuk dan mendatangkan keikhlasan para sponsor hingga mampu membawa para peserta secara gratis menggelar acara ini. Semoga semangat yang ditebar oleh DPC HPI ini mampu membangkitkan spirit sektor pariwisata, mendatangkan income yang optimal buat Purworejo," ujarnya.

Upaya dan promosi tersebut akhirnya membuahkan hasil. Menurut Ketua DPC HPI Purworejo, Arum, saat ini telah berhasil menarik wisatawan lokal dari Kulonprogo, Yogyakarta dan Semarang. “Mereka mendatangi destinasi wisata dalam waktu yang berbeda," kata Arum. (sra/nil/wna/ran/sol)