Kebahagiaan Mbah Saniyem Saat Rumahnya Direnovasi

Kebahagiaan Mbah Saniyem Saat Rumahnya Direnovasi

KORANBERNAS.ID -- Mbah Saniyem berkali-kali mengucapkan terimakasih. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar saat mengekspresikan kebahagiaannya. Tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, perempuan 79 tahun itu hanya berucap sepatah kata saat menerima kunci rumah tinggalnya yang sudah selesai direnovasi oleh Hardware Clothing, Senin (16/12/2019), di Desa Kuncen, Pedukuhan Pereng, Sumberejo, Prambanan, Yogyakarta.

Bangunan seluas 5 x 7 meter itu kini lebih layak untuk Ia tinggali. Tak ada perabotan lain selain satu set sofa tamu baru dan kasur busa yang masih terbungkus plastik, tertumpuk diruang tamu. Lebih dari 10 hari perombakan membuat Saniyem harus mengungsi sementara ke rumah kerabat dekatnya.

Saniyem sejak lahir tinggal di rumah itu. Menurut Sukardi, ketua RT 06 RW 36 Desa Kuncen, itu adalah rumah utama keluarga Saniyem. Namun semenjak orang tuanya meninggal dan para saudaranya berkeluarga, Saniyem sendirian. Kakak dan adiknya memilih untuk membangun rumah baru, tak jauh dari tempat tinggalnya.

Sukardi mengungkapkan kegembiraannya atas bantuan yang diterima salah satu warganya tersebut. Menurutnya, dari keseluruhan warga, Mbah Saniyem memang satu-satunya warga yang paling layak menerima renovasi rumah tinggal.

"Belum pernah warga saya menerima bantuan seperti ini. Harapannya akan lebih banyak yang dapat merasakan manfaat seperti ini di masa mendatang," kata Sukardi.

Dengan biaya mencapai Rp 25 juta, dinilai Sukardi merupakan angka yang cukup mepet untuk renovasi sebuah rumah. Apalagi rumah tinggal Saniyem ini tidak hanya direnovasi, tetapi dibangun ulang dengan merobohkan rumah sebelumnya yang benar-benar sudah tidak layak untuk ditinggali.

“Selain harus cermat memilih bahan, kami juga melibatkan warga sekitar. Dengan tenaga ahli sebanyak lima orang, saya merasa beruntung warga sini masih mau dan guyub dalam bergotong-royong, bahkan tak jarang lembur hingga larut malam," kata Sukardi.

"Jika semua dihitung dengan uang, tentu tidak cukup. Beberapa kelompok ibu-ibu bahkan bergantian memberikan suplai makanan dan minuman untuk bapak-bapak yang bergotong-royong," tambah Sukardi.

Anggit Anggitorini, Visual Merchandise dan Tim Kreatif Hardware Clothing, mengungkapkan timnya butuh waktu sebulan untuk memilih Mbah Saniyem sebagai penerima bantuan sosial dari Hardware Clothing. Sebagai brand yang konsen dengan kelokalan, Hardware sengaja memilih Yogyakarta sebagai pilot project kegiatan sosial Hardware Clothing.

"Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan seniman-seniman lokal. Hal ini senada dengan Hardware Clothing yang selalu support kepada produk-produk lokal. Selain itu, Jogja juga memiliki banyak seniman-seniman muda yang perlu di-highlight," kata Anggit.

Sejak kemunculannya pada 1999 lalu di Ibukota, Hardware Clothing konsisten dengan inovasi outfit berbahan lokal namun tetap berkualitas. Sementara Hardware Yogyakarta sejak gerai pertamanya di Ambarrukmo Plaza, menilai pasar fashion anak muda Yogyakarta sangat besar. Kini brand fashion anak muda usia 20-35 tahun ini bahkan sudah memiliki tiga gerai, tersebar di mall-mall ternama di Yogyakarta. (eru)