Semua Berbalik Sepi, Menikah Cukup Ijab Kabul tanpa Resepsi

Semua Berbalik Sepi, Menikah Cukup Ijab Kabul tanpa Resepsi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Merebaknya virus Corona atau Covid-19 berdampak pada hampir seluruh sendi kehidupan. Lantaran penyebarannya begitu cepat, muncul kekhawatiran. Sekolah diliburkan, karyawan ngantor di rumah, masyarakat diimbau stay at home, tidak keluar rumah kalau tidak ada kepentingan sangat mendesak.

Sendi perekonomian tak luput dari sasaran. Pasar-pasar tradisional, supermarket dan mal, semua berbalik sepi. Termasuk acara-acara yang sudah jauh hari direncanakan pun porak poranda, seperti dialami keluarga Setyadi.

Penduduk Tambalan Dusun Trayeman Kelurahan Pleret Kabupaten Bantul ini sudah lama mempersiapkan mantu anak lelakinya, Fredy Bagus Anditya {24) atau yang akrab dipanggil Andi.

Lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang kini bekerja di Ditjen Anggaran Kanwil Kementerian Keuangan Kalimantan Tengah ditempatkan di Sampit Kalimantan itu akan mempersunting Vita, gadis pujaannya alumnus Fakultas Peternakan UGM.

Acara lamaran ke orangtua Vita di Kudus sudah dilakukan. Sesuai adat Jawa, keluarga Kudus pada 9 Februari 2020 silaturahim ke Tambalan Pleret menyampaikan lamaran diterima. Kedua keluarga menetapkan ijab kabul dilaksanakan 29 Maret.

Segala persiapan pernikahan sudah dilakukan pihak perempuan, mulai dari mencari gedung tempat resepsi, katering, perias pengantin bahkan sebar undangan. Hotel untuk menginap 30 orang keluarga dari Yogyakarta sudah disiapkan. Tetapi apa daya persiapan yang begitu rapi itu jadi porak poranda.

Sebagaimana daerah-daerah lain, Kudus juga memberlakukan berbagai aturan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Di antaranya larangan berkumpul karena potensial tanpa disadari saling tular menularkan virus.

"Akhirnya acara hanya ijab kabul saja, tetap 29 Maret. Hanya boleh dihadiri keluarga inti saja," kata Setyadi menjawab pertanyaan koranbernas.id, Minggu (22/3/2020).

Keluarga dari Yogyakarta yang semula akan ngombyongi 30 orang akhirnya hanya 5 orang saja. Persisnya hanya 6 orang termasuk calon pengantin. Mereka adalah Setyadi dan istrinya, Sri Supriharyani serta ketiga saudara kandung Andi sang calon pengantin yakni Faizal, Niko dan Anin.

Setyadi, PNS yang ditempatkan di Kecamatan Piyungan Bantul tersebut mengaku kecewa. "Tapi apa daya, kondisi dan situasi seperti ini adalah kuasa Allah. Manusia sama sekali tidak berdaya," kata dia.

Setiap orang wajib mengedepankan keselamatan bersama. Dia belum mengetahui rencana ke depan, apakah tetap akan ada resepsi atau tidak.

Tetapi yang jelas, kata Setyadi, dirinya bersyukur karena pemesanan berbagai keperluan untuk pernikahan oleh pihak calon besan masih bisa di-cancel.

Dua keluarga yang akan besanan ketika berkunjung ke Tambalan Bantul, 9 Februari silam. (istimewa)

Batal ke Korsel

Virus corona juga menghapus harapan sejumlah orang mengunjungi Korea Selatan (Korsel). Sejumlah karyawan perusahaan swasta di Bogor itu sedianya mendapatkan bonus jalan-jalan ke Korsel, dijadwalkan berangkat Minggu (22/3/2020).

Segala persiapan sudah dilakukan, tapi apa daya virus Corona lagi-lagi menghancurkan mimpi mereka. Apalagi negeri Ginseng itu kondisinya parah sehingga dirut perusahaan itu membatalkannya.

Korsel memang menutup penerbangan asing masuk negerinya untuk memutus mata rantai penyebaran Corona.

"Sebagai penggantinya akan dilaksanakan piknik bersama ke Lombok. Bahkan kalau dulu rencana ke Korsel hanya yang terpilih oleh manajemen tapi untuk ke Lombok semua karyawan karyawati diikutsertakan," kata Sekar, seorang karyawan perusahaan itu menjawab pertanyaan koranbernas.id, Minggu (22/3/2020).

Mengingat perkembangan situasi kian perlu peningkatan kewaspadaan seluruh anak bangsa, apakah rencana itu bisa terlaksana atau tidak, dia sendiri kurang tahu. Bisa dan tidak itu sepenuhnya kuasa Allah SWT.

Karyawati gobag sodor

Pasar Beringharjo Yogyakarta yang biasa dipadati pengunjung juga terlihat sepi. Omzet para Pedagang turun drastis. Untuk menghilangkan kejenuhan, sejumlah karyawati kios batik memanfaatkan pintu masuk utama yang cukup lebar, biasanya berjubel pengunjung, sebagai tempat bermain semacam gobag sodor dan menari.

"Itu terjadi malam hari karena tidak ada pengunjung," kata Nur, pedagang busana batik di lantai satu Beringharjo yang buka malam sampai pukul 21:00. Sejak ada Corona, kini pedagang menutup kiosnya pukul 20:00.

Dampak menurunnya pembeli juga dirasakan Hj Sari. Penerus usaha gado-gado Bu Hadi yang dulu sangat laris itu, menurut Hj Sari, pembelinya hanya tinggal 25 persen.

Kiosnya kini berada di lantai dua sebelah utara masjid Kidul Pasar. "Ya tapi tetap saya syukuri. Hampir semua mengalami dan kami berharap situasi seperti ini segera berlalu," kata dia.

Di Yogyakarta bahkan ada rumah makan yang terpaksa mengistirahatkan sebagian karyawannya. Seperti dialami Yanti yang bekerja di sebuah rumah makan yang biasanya laris dan sering disinggahi rombongan dari luar kota makan di sana.

Rumah makan itu juga sering dipakai acara ulang tahun atau rapat-rapat, tempat makan keluarga serta reuni. Kini situasinya berbalik jadi sepi. Meski kehilangan sumber penghasilan namun Yanti menyadari situasinya memang harus begitu.

Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah sudah cukup banyak. Andai kebijakan itu didukung oleh seluruh elemen masyarakat pasti akan cepat ada hasilnya. Termasuk stay at home, memang cukup berat dirasakan terutama bagi siapa pun yang biasa mempunyai mobilitas tinggi. Tapi daripada kena virus dengan segala akibatnya, hayo pilih mana? (sol)