Tantangan Makin Berat, Perlu Perubahan Paradigma Bersekolah
KORANBERNAS.ID, SLEMAN--
“Oleh karena itu kurikulum sudah saatnya mengkombinasikan antara pembekalan pengetahuan dan keterampilan (sains and skills),” kata Kristya Mintarja, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025).
Menurut Kristya, Kementerian Pendidikan telah menyusun kurikulum kurikulum wajib. Namun sekolah diberi kesempatan menyusun suplemen kurikulum yang sesuai dengan kondisi lingkungan, untuk melatih keterampilan hidup (life skills) yang meliputi pengembangan keberangkatan, hobi produktif dan kearifan lokal.
Diungkapkan Kristya, bahwa dirinya telah memiliki ide terkait rancangan konten kurikulum, dengan konsep rekayasa kurikulum. Bahkan rekayasa kurikulum tersebut sudah mulai dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik sejak tanggal 24 Mei lalu.
Adapun rekayasa kurikulum tersebut jadwalnya sudah diatur antara lain, untuk kurikulum nasional (mata pelajaran 40 jam tatap muka perminggu). Kemudian kurikulum sekolah (keberangkatan, hobi produktif dan kearifan lokal 6 jam perminggu). Sehingga total jam tatap muka perminggu sebanyak 46 jam.
Kristya yang juga seorang praktisi pendidikan mengungkapkan, bahwa SMA Negeri 2 Ngaglik saat ini juga mengembangkan program unggulan yaitu Sekolah Berprestasi, Berbasis Sains, Budaya, dan Olahraga.
“Program ini akan menjadikan sekolah rujukan bagi sekolah lain untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada di sekolah dengan berpijak pada kearifan lokal,” jelas Kristya.
Dijelaskan, bahwa program sekolah berbasis Sains, Budaya, dan Olahraga (SBO) bertujuan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal dan terpadu yang meliputi minat, bakat, kemampuan, dan kreativitas dalam bidang sains, budaya, dan olahraga.
Memantapkan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan Pendidikan, sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif yang bertentangan dengan tujuan pendidikan.
Selain itu juga untuk memperkuat pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi akademik dan non akademik, sesuai minat dan bakat peserta didik yang diperlukan di masa yang akan datang.
“Tujuan lainnya adalah menyiapkan peserta didik sebagai generasi yang cerdas, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarkat madani, serta sehat jasmani, rohani, dan nafsaninya (jiwa),” papar Kristya.
Selain itu mewujudkan sekolah yang berkarakter Budaya Jawa khususnya yang ada di Yogyakarta. Juga mewujudkan sekolah model dan rujukan yang berbasis sains, budaya, dan olahraga di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kita berharap Kementerian Pendidikan mau mendengar dan mengakomodir usulan sekolah sebagai pelaksana aksi dan implementasi di lapangan berdasarkan kondisi dan potensi yang ada di sekolah dan lingkungan,” pungkas Kristya. (*)