Meski Masih Sepi Pembeli, Pasar Kranggan Kini Tak Lagi Semrawut

Meski Masih Sepi Pembeli, Pasar Kranggan Kini Tak Lagi Semrawut

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Mata Karjono terlihat sembilu. Pedagang pakaian di Pasar Kranggan itu tengah menata dagangannya pada Jumat (19/6/2020) siang di tengah sepinya pengunjung. Hiruk pikuk pedagang di pasar tradisional terbesar kedua di Kota Yogyakarta tersebut kembali menggeliat sejak Rabu (17/6/2020) kemarin.

Namun, Karjono mengeluhkan sepinya pengunjung dan aktivitas transaksi yang tak seramai seperti sebelum ada kebijakan penutupan sementara dan penyemprotan disinfektan. Pasar Kranggan mulai Minggu (14/6/2020) hingga Selasa (16/6/2020) kemarin sengaja disemprot disinfektan pasca adanya pedagang yang mendapatkan hasil reaktif setelah melakoni Rapid Diagnostic Test (RDT).

“Sebenarnya kalau masalah aturan (penyemprotan) nggak masalah, Pak. Cuma tutup tiga hari itu yang kami persoalkan,” tuturnya.

Akibat ditutup sementara waktu, Karjono menyatakan banyak warga masyarakat yang bertanya-tanya ada apa dengan kondisi Pasar Kranggan. Hal itu malah menyulut ketakutan ataupun kekhawatiran warga yang biasa mengunjungi pasar tersebut.

“Orang di luar itu terus bertanya, ada apa di Kranggan? Kayaknya heboh banget, sehingga orang takut, padahal nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Jadi sepi pasar, bahkan ada yang telepon. Ada apa Pak sampai tiga hari tutup?” kata pedagang yang telah berjualan sejak tahun 1984 ini.

Seorang pedagang ikan yang mendapatkan hasil reaktif setelah dilakukan uji RDT, ternyata tak terpapar Corona Virus Disease (Covid-19). Ini dibuktikan setelah pedagang yang reaktif itu mengikuti uji swab dan mendapatkan hasil negatif.

“Dampaknya, orang yang nggak tahu jadi takut ke pasar. Kami yang kena dampaknya, yang paling susah, orang yang mencari makan hanya untuk hari itu saja,” lanjut Karjono yang merasakan penurunan omzet sangat tajam.

Tertata sesuai protokol

Terpisah, Sungkono selaku Lurah atau Kepala Pasar Kranggan mengakui jika pedagang ikan yang sempat mendapat hasil reaktif RDT ternyata bebas dari Covid-19. Namun, pihak Pemkot Yogyakarta harus mengambil langkah cepat demi mencegah penyebaran virus tersebut.

“Sebenarnya, sejak sebelum Lebaran, pedagang yang bersangkutan sudah jarang ke pasar. Kemudian ada rapid test, dan hasilnya reaktif. Beliau kemudian secara sadar melakukan karantina dan tes swab mandiri. Ternyata, negatif,” paparnya.

Sungkono menilai ada perubahan yang cukup signifikan setelah dilakukan penutupan sementara dan sterilisasi. Penataan dagangan dan pemberian marka dilakukan agar mematuhi protokol demi mencegah penyebaran Corona.

“Setelah disterilisasi tiga hari, penerapan protokol kesehatan diterapkan seperti petunjuk jalur masuk, marka untuk jaga jarak, diikuti juga penertiban menaruh jenis barang dagangan. Dulunya semrawut, sekarang sudah mulai tertata, walaupun belum sepenuhnya,” tutur Sungkono.

Pria berusia 57 tahun itu mengakui kondisi pasar masih belum seramai sebelumnya. Namun, dirinya menyebutkan, peningkatan pengunjung sudah terasa setelah tiga hari Pasar Kranggan dibuka.

“Saya akui iya (ada penurunan). Belum kembali sepenuhnya seperti dulu, tapi sudah ada peningkatan secara perlahan-lahan,” tandasnya.

Pasar Kranggan ditutup tiga hari setelah hasil reaktif dari seorang pedagang ikan yang mengikuti rapid test beberapa pekan lalu. Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan Dinkes Kota Yogyakarta sempat melakukan penelusuran atau tracing apakah pedagang tersebut pernah melakukan kontak erat atau berkunjung ke Pasar Kobong Semarang yang menjadi klaster penyebaran Corona di Jawa Tengah. Hal ini karena sebagian pasokan ikan laut di Yogyakarta berasal dari beberapa daerah di Jawa Tengah. (eru)