Dari Caping Gunung, Marto Bisa Sekolahkan Anaknya
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Ditengah berkembangnya industri berskala besar, sentra industri kerajinan tangan caping bambu di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen masih bertahan hingga saat ini. Bahkan perajinnya turun temurun hingga generasi ketiga. Mereka tetap "nguri uri" atau melestarikan usaha leluhur mereka meskipun dari usahanya itu mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Namun berkat membuat penutup kepala berbahan bambuo apus, Marto Suwarno (63) mampu menyekelohkan anak-anaknya. Bersama Turino (52) perajin warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Petanahan, berkah tersebut sangat mereka syukuri.
Saat bertemu koranbernas.id Selasa (21/7/2020), mereka mengaku merupakan perajin dari generasi ketiga, bahkan mungkin generasi keempat. Pekerjaan sebagai perajin sudah dijalani oleh nenek dan kakek buyut mereka.
"Sebagai generasi ketiga, kami tetap menekuni pekerjaan perajin caping bambu. Anak saya tiga, hanya satu orang yang meneruskan usaha ini, anak lainnya kerja di Tangerang," kata Marto.
Sebagai perajin, Marto mengaku tidak bisa mengandalkan penghasilan yang memadai dari usahanya tersebut. Jika dihitung rata rata penghasilan sehari, Marto dan Turino mendapatkan tidak sampai Rp 20.000. Namun pekerjaan yang bisa dikerjakakn di rumah sehingga membuat keluarga hidup tenang.
Turino mengungkapkan hal yang sama. Meski sebagai perajin rumahan, Turino yang memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-KIS dengan tekun mengayam caping dari bambu.
Di rumahnya yang dibangun dari program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Uni (RTLH) ini, Turino mengerjakan caping bambu hingga tiga kodi dengan penghasilan per hari juga tidak sampai Rp 20.000.
"Caping tiga perempat jadi dijual kepada perajin tahapan terakhir per kodi Rp 110.000 – Rp 120.000. Modal membeli anyaman Rp 100.000 per kodi," jelasnya.
Perajin caping bambu di Petanahan diketahui tidak bekerja dari hulu ke hilir. Seorang perajin tidak mengerjakan satu caping dari menyirat bambu mentahan hingga capai siap dipapai konsumen. Ada beberapa tahapan pembuatan caping bambu. Satu caping dikerjakan setidaknya oleh 3 kelompok perajin dengan ketrampilan yang berbeda.
Kelompok perajin pertama membuat dari menyirat bambu dan menganyam mentahan. Harga anyaman caping dari Rp 3.200 hingga Rp 3.500 sepasang. Seorang perajin sehari bisa membuat 5 pasang anyaman caping.
Tahapan berikutnya anyaman menjadi berbentuk caping. Harga caping setengah jadi per kodi antara Rp 100.000 – Rp 120.000. Tahapan terakhir memasang semacam peci agar caping bisa dipakai. Harga caping bambu di pasar pasar tradisional di Kebumen Rp 7.500 – Rp 12.500 per caping.
Marto Suwarno dan Turino tidak mempersoalkan, jika keuntungan pedagang pengepul caping hasil perajin di Desa Sidomulyo, Grujugan dan Pekeyongan lebih banyak. Keduanya menganggap, ada resiko usaha yang dialami perajin dan pedagang pengepul. Perajin dan pedagang mata rantai usaha caping saling menguntungkan sehingga industri caping bambu tetap bertahan. (yve)