Berkat SiBakul Beringharjo, Penjual Es Krim Bertahan Hidup
KORANBERNAS.ID,
JOGJA -- UMKM di DIY berjuang untuk tetap eksis dalam menghadapi
pandemi COVID-19 yang tidak tahu kapan akan berakhir. Salah satunya
dengan memanfaatkan teknologi untuk mendukung pemasaran produk-produk
mereka.
Sebanyak 400 UMKM di DIY saat ini memanfaatkan program
SiBakul Beringharjo atau Sistem Pembinaan Koperasi Dan Pelaku Usaha
Berdaya Saing Khas Orang Jogja. Program ini dikembangkan Dinas Koperasi
dan UKM DIY sejak beberapa waktu terakhir.
SiBakul Beringharjo
merupakan Program pengelolaan koperasi dan UMKM yang terpadu. Program
ini terdiri dari sistem database dan klastering atau pengelompokan UMKM
di DIY.
"Dari 9.000 yang masuk, sudah sekitar 400 UMKM yang
mendapatkan pembinaan," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie
Nurkyatsiwi dalam dialog daring Program #TerusUsaha di Yogyakarta
bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta,
Selasa (21/7/2020).
Dengan adanya Si Bakul Beringharjo diharapkan
masyarakat yang memiliki usaha menengah ke bawah mampu membangun usaha
mereka. Memanfaatkan platform digital, penjualan bisa dilakukan secara
online.
"Para pelaku UMKM bisa berkarya di rumah dan mengurangi
mobilitas, dan konsumen bisa mendapatkan produk dengan menggunakan
platform digital," jelasnya.
Sementara Sultan mengungkapkan di era tatanan baru, perlu ada percepatan proses transformasi digital UMKM secara luas.
"Platform digital membantu konsumen dan pekerja lepas sehingga siklus ekonomi berjalan," ungkapnya.
Pengusaha
muda asal Yogyakarta, Andromeda, mengaku sangat terbantu platform
digital seperti Grab Express dan Grab Food selama masa pandemi COVID-19
ini. Lulusan UGM yang memulai bisnis penjualan es krim dari sebuah
proyek semasa kuliah peternakan pada 2008 silam bisa meneruskan usahanya
Sweet Sundae Ice Cream.
“Bisnis saya sangat berkembang namun
saat pandemi COVID-19, langsung mandek karena semua bisnis yang saya
suplai pun terkena dampak negatif. Usaha saya pun langsung saya ubah
dari yang tadinya hanya melayani bisnis, sekarang langsung menjual
kepada pelanggan dan semuanya 100% online. Saya kemudian mendaftar ke
SiBakul Jogja MarketHub milik pemerintah dan juga menjadi merchant
GrabFood," jelasnya.
Andromeda bercerita, selama satu bulan,
penjualan Sweet Sundae Ice Cream sudah kembali meningkat hingga 85%. Dia
bahkan bisa tetap bisa mempekerjakan 25 karyawan. Sweet Sundae
merupakan usaha memasok produk es krim dan gelato ke hotel, restoran,
dan kafe di sejumlah daerah.
"Sangat bersyukur bagaimana teknologi tidak hanya membantu saya, tapi juga orang disekitar saya†tandasnya.
Perjuangan
Andromeda untuk sampai titik ini tidaklah mudah. Namun dengan tekun dia
mengolah susu sapi perah berkualitas tinggi dari peternak. Saat ini,
Sweet Sundae memiliki pabrik berkapasitas 10 ton per hari yang
didistribusikan ke Yogyakarta, Jakarta, Bali, dan Semarang.(yve)