Ciri Khas Itu Bisa Lepas

Ciri Khas Itu Bisa Lepas

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN—Suasana kampus SMKN Negeri 1 Puring di Kabupaten Kebumen yang dikenal dengan nama SMK Negeri Kelautan, terlihat jauh berbeda. Sejak pandemi Covid-19, sekolah yang biasanya semarak dengan taruna/taruni yang berseragam rapi dengan penampilan semi militer, tidak nampak lagi.

Alih-alih penampilan semi militer, rapi dan tegas dalam bersikap, taruna kelas X yang datang ke kampus mengambil bantuan dana untuk pembelian paket data, malah ada yang berpenampilan remaja milenial dengan rambut gondrong dan berwarna.

“Ya begitu penampilan taruna-taruni kami. Pandemi yang memaksa dihapuskannya pembelajaran tatap muka, juga menghapus kesempatan bagi kami untuk mendidik siswa-siswa agar lebih berkarakter dalam sikap dan penampilan,” kata Mudihadi, SPd, Wakil Kepala SMKN Negeri 1 Puring kepada koranbernas.id, Selasa (18/8/2020).

Dia mengatakan, pandemi yang melanda, memang mengubah segalanya. SMK Negeri Kelautan satu-satunya di Kebumen ini, dulunya terkenal karena pendidikan yang serius dengan penanaman karakter dan sikap. Semua siswanya, berpenampilan rapi, dengan seragam semi militer lengkap dengan topi pet, rambut rapi dan cepak, serta tindak tanduk yang cakap,cekatan dan tegas.

Namun di masa pandemi, warna pendidikan seperti itu menjadi sulit diterapkan, lantaran guru dan murid tidak saling bertemu bertatap muka di kelas. Sesuai arahan pemerintah, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistem daring, memanfaatkan teknologi informasi.

“Yang kelas X, sampai sekarang belum diberi pendidikan karakter taruna. Samasekali. Karena mereka tidak belajar di dalam kampus. Pendidikan karakter taruna belum bisa dilakukan, karena pendidikan karakter memerlukan tatap muka untuk pembinaan sikap taruna,” katanya.

Selain menghilangkan kesempatan pembinaan karakter, pembelajaran daring menurut Mudihadi, juga masih menghadapi banyak persoalan. Tidak sedikit taruna taruni SMK Negeri Kelautan yang mengaku tidak memiliki perangkat pendukung untuk pembelajaran online.

Mudihadi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan polling melibatkan 400 taruna kelas X. Polling dimaksudkan untuk mendapat gambaran sejauh mana kesiapan taruna dan taruni mengikuti pembelajaran daring.

“Ternyata hanya 226 orang taruna yang merespon. Ini artinya kemungkinan hanya 226 taruna yang telah memiliki ponsel yang mendukung. Masalah lain, dari 226 taruna yang merespon, ada 140 taruna menjawab kesulitan untuk membeli kuota data untuk keperluan belajar daring. Data ini mengkhawatirkan pembelajaran daring dengan aplikasi MS Office 36 hanya diikuti sebagian taruna kelas X,” katanya.

Berdasarkan data ini, pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, menurut Mudihadi sudah mendesak dilakukan. SMKN 1 Puring siap melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan.

Sekolah sudah menyiapkan sarana cuci tangan dengan sabun di setiap kelas, mengenakan masker serta menjaga jarak dengan mengatur bangku di dalam kelas. Dengan karakter disipilin taruna, sekolah merasa optimis protokol kesehatan untuk pencegahan virus corona disease bisa dijalankan selama pembelajaran tatap muka.

Namun demikian, menurut Muhadi, sekolah yang pembinaannya menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, masih menunggu kebijakan. Apakah pembelajaran daring tetap dipertahankan, ataukah mulai menerapkan pembelajaran tatap muka, dengan adaptasi kebiasaan baru.

"Tapi kalau kalau ditanya, jawaban kami jelas bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah lebih baik untuk sekolah kami ini,“ kata Mudihadi. (nwh)