Beda Telur Asin Dulu dan Sekarang

Beda Telur Asin Dulu dan Sekarang

KORANBERNAS.ID – Anda suka telur asin? Sejak dulu kala nenek moyang sudah mengolah telur bebek menjadi telur asin sebagai lauk mewah saat itu.

Bedanya, telur asin zaman dulu bagian kuning telurnya selalu masir, berwarna kuning kemerahan. Bahkan berminyak. Orang menyebutnya dengan nglendhi.

Rasanya enak sekali apalagi dipadukan dengan urap, rawon, lodeh, oseng-oseng atau sayuran lain. Tentu saja kecuali sayur bening atau sop.

Dulu era tahun 1960-1980-an di Wirobrajan Yogyakarta ada juragan telur asin dengan label King yang sangat terkenal karena rasanya enak sekali.

Tapi pecinta telur asin zaman sekarang harus siap kecewa. Karena begitu telur dibelah kadang-kadang warna kuningnya agak putih suram.

Bagian putihnya juga mblenyeh rasanya. Demikian pula bagian kuning telurnya. Kunci utamanya adalah pada telur bebek sebagai bahan bakunya.

"Dulu telurnya didapat dari bebek yang dilepas atau dingon. Dibawa oleh peternaknya ke sawah usai panen," kata Arman, penjual telur asin keliling menjawab pertanyaan koranbernas.id, Jumat (20/9/2019).

Di sanalah bebek mendapatkan pangan alami berupa ceceran bulir padi, keyong sawah atau hewan sawah lainnya. Usai diumbar, baru bebek dibawa pulang.

Ada tambahan ransum berupa katul yang diramu pakan lain. Bebek yang hidup seperti ini telurnya bagus. Bagian kuning tampak kemerahan dan kalau diolah rasanya gempi lebih gurih.

Arman (37), pria asal Bekasi yang sejak tiga tahun terakhir jualan telur asin keliling di Yogyakarta ini memang berusaha mengambil dagangan telur asin dengan bahan telur pangonan.

Ini untuk menjaga kepuasan konsumennya. Tetapi dia sendiri juga mengaku kesulitan menjamin telurnya berasal dari bebek pangon.

"Tetapi Alhamdulillah selama ini hampir tidak pernah ada keluhan dari konsumen," kata pria yang tinggal di Tanubayan Trirenggo Bantul, desa asal istrinya itu.

Ayah tiga anak tersebut jualan keliling dua kali sehari. Pagi pukul 08:00 sampai 10:00. Siang pukul 13:00 sampai Maghrib.

Dulu tujuh hari kerja seminggu, tapi karena anak-anaknya sudah butuh lebih banyak perhatian lantaran sulung sudah SMP, hari Minggu dipakai untuk keluarga. Sedang istrinya, Yusnita menjahit di rumah.

Arman dengan motornya menjajakan telur asin keluar masuk permukiman di Yogyakarta selatan. (arie giyarto/koranbernas.id)

Rezeki tiban

Berapa dia berhasil menjual tiap hari? Tidak bisa dipastikan. Tetapi dirata-rata 1.000 sampai 1.500 butir per minggu. Belum termasuk rezeki tiban.

Tradisi warga di pedesaan membagikan nasi ater-ater saat punya gawe sering membuat Arman tersenyum lega.

Hari Senin lalu ada keluarga bancakan kelahiran bayi pesan 1.000 telur asin. Banyak juga yang mantu, selamatan orang meninggal, memesan dalam jumlah besar.

Telur bebek pangon biasanya justru lebih kecil dibanding bebek kandang. "Jadi justru pilih yang kecil. Hampir bisa dipastikan pangon," kata dia.

Meskipun bukan jaminan rekayasa manusia juga bisa membuat telur bebek kuningnya kemerahan melalui unsur pakan. Tetapi ternyata rasanya tidak seperti telur bebek pangon.

Kesulitan mendapatkan telur bebek pangon karena sudah jarang orang angon bebek. Hanya yang sudah tua saja yang mau.

Generasi muda lebih memilih pekerjaan di tempat lebih bersih. Tidak kepanasan atau kehujanan dan kotor oleh lumpur sawah. Apalagi untuk angon juga perlu banyak waktu.

Kolesterol

Selain jualan telur asin bisa mencukupi kebutuhan hidup dengan tiga anak, pria jebolan semester 5 Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadharma Depok Jabar ini juga punya obsesi mengkampanyekan telur bebek maupun daging bebek olahan lebih sehat dibanding ayam potong yang sangat banyak lemaknya yang relatif tidak sehat dikonsumsi anak-anak.

Terlebih ayam yang tinggal seminggu dijual biasanya diinjeksi untuk menambah berat badan. Padahal unsur suntikan kimia itu baru hilang 40 hari kemudian. Artinya residu kimia itu yang dimakan manusia.

Sayangnya hingga kini pemerintah belum pernah mengkampanyekan kolesterol itu. Banyak orang masih terhantui bila mau mengkonsumsi bebek olahan yang dagingnya sangat gurih dan padat. Juga produk telurnya.

Jadwal keliling

Untuk memberikan kepastian bagi pelanggannya, Arman yang punya wawasan luas itu membuat jadwal keliling seminggu sekali di tiap permukiman.

Kebanyakan di wilayah Umbulharjo Kota Yogyakarta karena luas wilayahnya, maka jadwal itu akan berulang di hari yang sama setiap pekannya.

Sore itu usai dibeli pelanggannya, Arman segera berlalu. Sepeda motor Honda Beat dengan boks logam tempat membawa telur berikut informasi yang tertempel, segera berlari menjauh.

Suara tape recorder yang khas pun terus bergema cukup keras. Telur asin telur asin telur asin....  mengundang pelanggan yang sudah sangat familier dengan cara Arman menawarkan dagangannya guna mencari rezeki buat keluarganya. (sol)