Anggrek Laris Saat Pandemi Begitu Berbunga Diboyong Pembeli

Anggrek Laris Saat Pandemi Begitu Berbunga Diboyong Pembeli

KORANBERNAS.ID, BANTUL – “Wah lha kok ijo kabeh (Wah lha kok hijau semua),” sapa seorang ibu begitu masuk pintu Dewi Nursery. Ada ribuan pohon anggrek tumbuh subur dan terawat rapi namun hampir tidak ada yang berbunga.

“Begitu berbunga sudah diboyong pembeli," kata Dewi Saptani (46) pemilik kebun anggrek itu sambil tersenyum.

Pohon yang ada sekarang termasuk kriteria remaja dan dewasa. Tiga bulan lagi bunga akan bermunculan. Apalagi bibit anggrek itu impor dari Thailand. Lebih cepat berbunga dibanding bibit lokal.

Sedangkan anggrek dari Malang, misalnya, pertumbuhannya lebih lambat. Bayangkan kalau ribuan anggrek yang tersusun rapi di atas amben khusus itu penuh bunga. Alangkah indahnya.

Kebun anggrek di Dusun Kanutan Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro Bantul itu awalnya hanya satu kubung. Menurut Dewi, terdapat sekitar 150 pohon saja. Lahan seluas 1.500 m2 yang kini penuh anggrek itu semula kandang ayam milik orangtuanya.

Dewi yang pernah bekerja di Jakarta kemudian memilih resign dan pulang ke Bantul itu kepada koranbernas.id Jumat (10/7/2020) menceritakan, awalnya ibunya sering membeli pohon anggrek berbunga tetapi selalu mati. Setiap pulang kampung dia mencoba memperbaikinya. Ternyata hidup dan tumbuh subur.

“Kalau batangnya tidak busuk, anggrek masih bisa hidup lagi dengan perawatan yang baik," katanya. Kata kuncinya adalah tahu caranya, taat dan tekun.

Sebetulnya memelihara anggrek tidak sulit. Mengatur sinar matahari, menyiram sekali sehari dan seminggu sekali memupuk. Juga mengamati pertumbuhannya, apakah ada hama. Kalau ada perlu diwaspadai, disemprot dengan anti hama.

Untuk pupuk, Dewi menggunakan Namira dan Caviota. Jika tidak ada, bisa pakai yang lain. Atau yang lain sesuai fungsinya. “Gandasil hijau untuk pertumbuhan dan merah untuk pembungaan pun bisa," kata Dewi.

Sehabis gempa besar Mei 2006, sering ada pameran di Kota Yogyakarta. Ini dimanfaatkan Dewi untuk mengenal pecinta anggrek sekaligus sebagai media belajar.

Ny Semi sudah dua tahun bekerja di Dewi Nursery.  Dia hafal nama-nama anggrek dari bentuk daun dan batang pohonnya. (arie giyarto/koranbernas.id)

Tambah laris

Saat banyak orang mengeluh terkena dampak pandemi Covid-19, Dewi justru merasa diuntungkan. Banyak orang mencari kesibukan selama Stay at Home.

Bukan hanya mereka yang sudah memelihara. Banyak juga yang sama sekali belum tahu cara memeliharanya ramai-ramai membeli. Orang akan lebih mantap membeli anggrek berbunga.

Dewi menyesal pada awal pandemi sepi pembeli karena orang-orang takut keluar rumah. Bunga-bunga yang bermekaran dipotong dan hanya dibuang. Dengan harapan segera muncul knop atau bakal bunga baru. Ternyata justru kemudian banyak orang berdatangan mencari pohon berbunga.

Menurut Dewi, selama pandemi omzetnya naik tajam. Bukan hanya pembeli perorangan tetapi mereka yang kulakan. Di antaranya dari Kulonprogo, Sleman maupun para pedagang Pasar Satwa dan Tanaman Yogyakarta (Pasty).

Membeli di Dewi Nursery jangan khawatir keblondrok. Biasanya pedagang akan berusaha menyembunyikan kekurangan dagangannya  dan berusaha menjual secepat mungkin.

Terlihat beberapa kali Dewi menyarankan pembeli menukar pohon yang sudah dipilih dengan pohon lain karena kualitasnya kurang bagus  “Ini sudah pernah patah," kata Dewi menunjukkan batang yang sudah dikawat agar bisa kuat. Tetapi itu perlu waktu dan Dewi tidak menyembunyikannya.

Salah satu jenis anggrek dendrobium yang rajin berbunga. (arie giyarto/koranbernas.id)

Bakar ratusan pohon

Usaha ini berkembang lewat kerja sangat keras. Apalagi pada awal saat masih kerja sendiri. Kini dia dibantu dua tenaga kerja sehingga bisa berbagi tugas.

Apakah semua berjalan mulus tanpa risiko? Pasti tidak. Semua usaha punya risiko. Ketika hujan abu Gunung Kelud mengguyur wilayah Yogyakarta, dia harus membersihkan satu demi satu. Ribuan pot dibersihkan dengan disemprot air. Juga harus membersihkan abu yang berada di paranet.

Pernah pula dia membakar ratusan pohon saat terjadi hujan turun terus menerus lebih dari seminggu dan merusak pohon.  Itu harus diikhlaskan daripada ribuan pohon lainnya mati.

Dewi kini sudah bisa menikmati hasil usahanya. Lebih dari Rp 10 juta setiap bulan mengalir ke pundi-pundinya. Sebagian digunakan pengembangan kebunnya. Tentu investasinya juga luar biasa.

Di kebunnya tersedia anggrek jenis dendrobium, vanda dan cattleya. “Anggrek bulan nggak cocok dikembangkan di sini" kata Dewi. Paling laris jenis dendrobium yang harganya relatif murah dan pemeliharaannya mudah.

Setiap bulan, melalui importer di Jakarta, Dewi Nursery mendatangkan paling tidak 1.000 bibit asal Thailand, negeri yang memang terkenal anggreknya.

Bibit dipelihara menjadi pohon remaja. Itu saja sudah banyak ditunggu pecinta anggrek. Apalagi dewasa dan berbunga. Semua harus ditebus dengan kerja keras dan itu sudah lama dijalaninya.

Anda tergoda dengan anggrek yang warna bunga dan bentuknya sangat bervariasi. Juga bunganya bisa bertahan lama bahkan sampai berbulan-bulan? Melihat sekaligus rekreasi, menyenangkan kok. (sol)