Pekik Merdeka dari Kampung Tegal Melati Yogyakarta

Pekik Merdeka dari Kampung Tegal Melati Yogyakarta

KORANBERNAS.ID – Berkali-kali pekik merdeka terdengar. Mulai dari anak-anak, remaja, pemuda hingga lanjut usia (lansia) terlihat guyub saat mengikuti malam tirakatan HUT ke-74 RI yang diadakan warga RW 07 RT 23 Kampung Tegal Melati Muja-Muju Umbulharjo Yogyakarta, Jumat (16/8/2019).

Pada sepetak ruang terbuka di kampung yang hanya berjarak 200-an meter dari Balaikota Yogyakarta itu, mereka menyatu dengan semangat yang sama tatkala menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan Hari Merdeka.

Acara makin gayeng dengan tersedianya suguhan khas berupa pisang, ketela, kacang dan jagung rebus. Ada pula soto Kudus serta ikan pindang sehingga membuat suasana malam tirakatan kali ini berbeda.

“Agustus ini hari kesenangan buat orang yang bernama Agus. Banyak diskon tetapi bersyarat,” ungkap Agus Kamaludin selaku ketua panitia acara itu sambil bercanda. Kebetulan dia juga bernama Agus.

Di tengah-tengah kerumunan warga, terlihat Ketua Komisi A DPRD DIY yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, Eko Suwanto, duduk dan berbaur dengan warga.

Tak berselang lama Eko diminta maju untuk menerima irisan tumpeng dari tokoh masyarakat setempat, Suharjo, usai didoakan oleh Drs Ahmad Zainal.

Tak hanya itu, Eko juga didaulat oleh sesepuh untuk menguraikan makna tumpeng. Alumni Lemhannas ini kemudian memaparkan, tumpeng mengandung makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah segala-galanya.

Umumnya tumpeng berbentuk lancip. Di sekelilingnya terdapat sayur mayur dan lauk pauk. Inilah cerminan Bhineka Tunggal Ika dan persatuan. “Tumpeng tidak enak jika isinya hanya timun dan tomat. Ada tempe dan lain-lain, dicampur rasanya jadi enak,” ujarnya.

Eko Suwanto menerima irisan tumpeng dari sesepuh kampung. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Menurut dia, perbedaan itu sangat indah seperti halnya makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda. Perbedaan adalah anugerah. Di dalam perbedaan tercipta keindahan.

“Kita memang dilahirkan berbeda, tidak bisa memilih menjadi suku Jawa, Sunda, Kalimantan. Mari kita nikmati perbedaan ini. Jangan sampai hanya beda politik congkrah,” ujarnya.

Sesuai tema Ayo Jaga Kerukunan, peringatan HUT ke-74 RI perlu dijadikan momentum untuk merawat kerukunan, dimulai dari tingkat kampung hingga meluas se-Kota Yogyakarta.

Bahkan dalam skala lebih besar lagi se-Indonesia, yang berpenduduk 260 juta jiwa terdiri dari ribuan suku dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Dengan Pancasila semua bersatu.

“Inilah kekayaan kita. Perbedaan yang indah ini terasa nikmat kalau kita saling menghargai dan bertoleransi. Alhamdulillah di kampung ini perbedaan politik dan pandangan biasa-biasa saja karena sejatinya kita adalah satu sedulur bangsa Indonesia. Semangat menjaga persatuan harus nancep di hati,” kata Eko.

Tak lupa dia juga mengajak masyarakat mewujudkan Jogja Istimewa yang rukun sehingga kota ini menjadi pelopor persatuan bangsa.

“Yogyakarta adalah Indonesia kecil. Indonesia mini. Seluruh warga bangsa mulai dari pulau Miangas sampai Rote dari Sabang sampai Merauke, ada di sini. Yogyakarta harus menjadi tuan rumah yang baik dan rumah bagi seluruh masyarakat termasuk wisatawan,” paparnya.

Kepada wartawan dia menyampaikan, Yogyakarta memiliki sejarah kejuangan yang heroik dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Bung Karno memindahkan ibukota dari Jakarta ke Jogja merupakan peristiwa sejarah yang hebat. Juga banyak tokoh hebat pejuang kemerdekaan dari Jogja, di antaranya Sri Sultan HB IX, KGPAA Paku Alam VIII, Ki Bagus Hadikusumo, Ki Hajar Dewantoro,” terangnya.

Para tokoh itu memberikan keteladanan bagi generasi saat ini agar senantiasa ikhlas dan mau berkorban untuk kepentingan Bangsa Indonesia.

“Maka sekali lagi mari gelorakan semangat cinta tanah air Indonesia dan menjaga Indonesia kita dari berbagai ancaman separatisme, intoleransi, radikalisme, terorisme dan kapitalisme. Ayo gelorakan semangat kemerdekaan dengan berbuat yang terbaik untuk masyarakat, bangsa dan negara," tandasnya.

Kebersamaan sambil menikmati hidangan soto. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Membacakan sambutan Walikota Yogyakarta, Ketua RW 07 Tegal Kemuning Ir Triyanto mengatakan, sudah selayaknya masyarakat mensyukuri kemerdekaan sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta buah dari perjuangan para pahlawan.

Kerja keras Pemerintah Kota Yogyakarta dan wakil rakyat disertai kebersamaan seluruh elemen masyarakat menghasilkan banyak prestasi diraih kota ini. “Semua memiliki kontribusi atas prestasi tersebut,” ujarnya.

Menurut dia, sebagai Kota Seni dan Budaya, Yogyakarta juga menjadi kota yang keren, ngangeni dan tidak terlupakan.

Ketua RT 23 Tegal Kemuning, Suparmin, sepakat untuk mewujudkan kerukunan di wilayahnya sebagai upaya memperkuat rasa kebangsaan. Baginya, kerukunan yang hakiki berawal dari kampung. (sol)