Sudah Satu Bulan Pemijat Tuna Netra Ini Tak Ada Tamu
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Wabah virus Corona atau Covid-19 menghantam berbagai sendi kehidupan. Banyak usaha yang gulung tikar, banyak pekerja yang dirumahkan, diputus kontraknya hingga PHK. Untuk Kabupaten Bantul, hingga saat ini jumlah tenaga kerja yang harus kehilangan mata pencahariannya ada 8.000 orang.
Badai tersebut bukan hanya menimpa mereka yang bekerja di sektor formal, namun juga non-formal. Seperti menimpa pasangan suami istri tukang pijat tuna netra, Paijan (50 tahun) dan Giyarti (48 tahun). Sejak mewabahnya Covid-19 tamu yang datang ke rumahnya di Dusun Grojogan, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul, berkurang drastis.
Jika kondisi normal, pemilik ‘Panti Ngupoyo Sehat’ tersebut bisa menerima tamu 8 orang hingga 10 orang per minggunya.
“Untuk sekali memijat, sesuai dengan kesepakatan anggota Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia,red) Bantul, itu Rp 50.000,” kata Paijan saat menerima bantuan dari perwakilan Keluarga Alumni SMA 1 Bantul (Kassaba)’88 dipimpin ketuanya Drs Fauzan Mu’arifin, Minggu (12/4/2020) siang.
Setelah muncul virus Corona, menurut pemijat yang memulai pekerjaanya sejak tahun 1983 tersebut, jumlah tamu yang meminta jasa pijatnya menurun drastis mulai 3 orang hingga 5 orang per minggu. Dan di saat kasus virus Corona semakin meningkat, tidak ada satupun orang yang datang untuk meminta jasa pijatnya.
“Sudah sebulan ini tidak ada yang datang buat dipijat. Sepi, mboten onten pendapatan,” imbuh Giyarti.
Beruntunglah pasangan yang menikah di tahun 1987 tersebut sebulan lalu saat pertemuan bulanan Pertuni, mendapat arisan Rp 1 juta. Uang itulah yang kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ditambah juga dua anak lelakinya bekerja sebagai driver ojek online (ojol), bisa menambah pendapatan keluarga tersebut.
“Nggih kebutuhan sehari-hari dari uang arisan. Alhamdulillah bisa dibagi-bagi,” kata Paijan yang sudah memiliki tiga cucu tersebut.
Maka, dengan adanya bantuan dari Kassaba’88, yakni lima paket sembako dan uang Rp 1,5 juta, bisa digunakan untuk membantu kebutuhan dirinya. Juga bagi anggota Pertuni Bantul yang lain.
Selain ke Pertuni, Kassaba’88 Berbagi 2020 juga memberikan bantuan 25 stel Alat Pelindung Diri (APD) bagi RS Nur Hidayah Jalan Imogiri Timur, Jetis, Bantul. Serta pembagian 70 paket sembako bagi tukang becak yang diantar secara berkeliling, mulai sepanjang Jalan Imogiri Timur, Pasar Imogiri, Perempatan Gose, seputar Pasar Bantul, Perempatan Klodran, Proliman Bejen dan beberapa titik yang lain di Bantul.
“Kami berharap bantuan ini bisa membantu mereka yang membutuhkan. Terlebih dengan adanya virus Corona membuat banyak sektor juga terdampak,” katanya. Banyak juga yang kemudian kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengajian KBU Berbagi
Sementara itu, secara terpisah di hari yang sama, kelompok pengajian KBU atau Kelompok Belajar Umahat membagikan 1.050 paket sembako bagi kaum dhuafa serta janda-janda jompo yang tersebar di 21 pedusunan se Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan.
“Untuk memecah kerumunan, maka tidak ada acara seremonial dalam acara ini,” kata Amir Syarifudin, anggota DPRD DIY asal Dapil Bantul Timur.
Pembagian sembako dibagi dalam 6 titik yakni di Banyakan, Nganyang, Ngampon, Karanggayam, Madugondo dan Karanganom.
Pemberian bantuan tersebut bertujuan untuk meringankan beban masyarakat, terlebih dalam situasi saat ini dimana banyak yang harus kehilangan pekerjaan atau mengalami kesulitan untuk mencari nafkah.
Salah seorang panitia, Purwanto, mengatakan sumber dana pembagian sembako tersebut berasal dari donatur. “Semua berasal dari donatur murni,” kata Purwanto.
Total dana yang terkumpul Rp 100 juta untuk kemudian diwujudkan sembako bagi kaum dhuafa dan janda-janda jompo tersebut.
“Semoga dengan adanya bantuan ini juga menjadi motivasi bagi masyarakat lain untuk bergerak bersama dalam situasi sekarang,” katanya. (eru)