Melongok Produksi Bilik Steril Anang Pratama

Melongok Produksi Bilik Steril Anang Pratama

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Status pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak besar di tanah air, termasuk Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Berbagai upaya antisipasi, pencegahan dan penanggulangan terhadap wabah itu pun dilakukan seluruh lapisan masyarakat, baik secara pribadi maupun kelembagaan, untuk memutus rantai penyebaran.

Di Kabupaten Klaten, upaya pencegahan penyebaran virus tersebut dilakukan dengan berbagai cara, seperti meniadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, membuat bilik steril di sejumlah organisasi pemerintah daerah (OPD), seluruh pasar tradisional, melakukan penyemprotan disinfektan di fasilitas umum, menutup obyek wisata, mendata pendatang, menutup sebagian akses jalan kampung dan lain sebagainya.

Terkait dengan bilik steril di sejumlah OPD, tentu tidak terlepas dari figur Nanang Krisna Yuwono atau lebih dikenal dengan Nanang Pratama, warga Mojorejo, Kecamatan Klaten Utara.

Kepada koranbernas.id, bapak yang memiliki dua orang putera ini menceritakan pengalaman dan suka dukanya ikut dalam upaya penanggulangan penyebaran virus Corona melalui pembuatan bilik steril. "Yang saya ikut prihatin dengan wabah ini karena sudah menyebar ke mana-mana," katanya.

Keprihatinan alumni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ini juga dirasakan oleh seluruh warga masyarakat dan para aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Klaten. Pasalnya, ketika bekerja di kantor konsekuensinya harus berhadapan dengan banyak orang dan teman sendiri.

Padahal salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran juga harus menjaga jarak atau physical distancing dan social distancing seperti yang aturan protokoler kesehatan. Situasi dan kondisi inilah yang menimbulkan rasa was-was. Dan agar bisa bekerja secara optimal di dalam kantor, maka seluruh OPD membuat bilik steril dan menyediakan tempat mencuci tangan.

Bilik steril karya Nanang Pratama tidak hanya didirikan di satu OPD saja, melainkan di beberapa OPD seperti Dinas Kesehatan, BPBD, Dinas Perwaskim, Dinas Permasdes, Dinas Sosial P3A KB, Kantor Camat Karangnongko dan lain sebagainya.

Ukuran bilik pada umumnya 1,5 x 2 x 2 meter (lebar, panjang dan tinggi) berbahan besi hollow, penutup plastik tebal 0,25 mm, sprayer dan lain-lain dengan waktu pengerjaan satu unit bilik hanya sehari.

"Yang menggunakan sprayer otomatis kami pasang di rumah dinas bupati, BPBD dan Dinas Kesehatan," terang Nanang.

Untuk kelancaran produksi bilik steril dalam waktu singkat dan jumlah banyak, tentu melibatkan sejumlah tenaga. Dan itu pula yang membuat pengerjaan bilik bisa lebih cepat.

Meski demikian tentu ada suka duka yang dihadapi Nanang. Sukanya, kata dia, ada kegiatan sekaligus ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan virus Corona. Sedangkan dukanya, waktu pengerjaan yang singkat dan mendesak sehingga pengerjaannya juga harus dilembur.

"Selain itu, keberadaan alat di toko seperti kipas angin tidak selalu ada dan harus indent. Harganya juga selalu naik. Ini yang membuat kami kadang-kadang stres," pungkasnya.

Salah satu OPD yang lebih awal memasang bilik steril yakni Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdagkop UKM) di Jalan Pemuda Klaten. Di sana, baik ASN dan pengunjung, wajib masuk bilik steril dan cuci tangan sebelum masuk kantor.

Kemudian di susul seluruh pasar tradisional. Pemasangan bilik steril di pasar dilatarbelakangi pasar tempatnya bertemu banyak orang. Sehingga pemasangan bilik steril dipandang perlu untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Disdagkop UKM, Didik Sudiharto, menjelaskan kehadiran bilik steril di kantor dan di pasar-pasar telah membuatnya percaya diri dan menumbuhkan imun. (eru)