Save The Children Dorong Pemenuhan Hak Yang Membangun Ketahanan Anak dan Keluarga

Save The Children Dorong Pemenuhan Hak Yang Membangun Ketahanan Anak dan Keluarga

KORANBERNAS.ID, JAKARTA—Sejalan dengan tema HAN 2022, Save the Children Indonesia mendorong pentingnya pemenuhan hak-hak anak yang berfokus pada membangun ketahanan atau resiliensi anak dan keluarga, terutama mereka yang paling terdampak situasi buruk krisis iklim dan pandemi Covid-19.

Langkah ini dilakukan secara strategis dengan menyelenggarakan Pekan Berpihak Pada Anak yang dilaksanakan pada 22–28 Juli 2022. Rangkaian acara ini bertujuan menyuarakan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan oleh Save the Children Indonesia bersama berbagai mitra, anak, dan orang muda, dalam membangun ketahanan anak, terutama yang paling terdampak krisis iklim.

“Krisis iklim juga merupakan krisis pada hak-hak anak. Anak-anak menanggung beban berat dari dampak krisis iklim. Untuk itu penting agar upaya pemenuhan hak anak juga menyasar pada membangun ketahanan dimulai dari peningkatan kesadaran tentang aksi adaptasi krisis iklim, mendukung ekonomi keluarga, memastikan layanan dasar kesehatan pada anak terpenuhi, mendapat perlindungan sosial, serta hak pendidikan anak,” jelas Troy Pantouw Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia dalam rilisnya, Senin (25/7/2022).

Troy mengatakan, Save the Children Indonesia merupakan bagian dari gerakan global Save the Children Internasional, yang bekerja memperjuangkan hak-hak anak di lebih dari 120 negara di dunia. Di Indonesia, misi Save the Children dilakukan sejak tahun 1976.

“Tanggal 23 Juli setiap tahunnya kita memperingati Hari Anak Nasional (HAN). Momentum ini tidak hanya sekadar perayaan hak-hak anak, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk refleksi dan evaluasi tentang capaian dan tantangan upaya pemenuhan hak anak di Indonesia,” lanjutnya.

Tema Hari Anak Nasional 2022, “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, menurut Troy juga menggambarkan tentang pentingnya upaya pemulihan pasca pandemi dan membangun ketangguhan anak.

Ia mengatakan, krisis iklim mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak dalam berbagai bentuk. Di bidang kesehatan, data Kementerian Kesehatan tentang Data & Informasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor Kesehatan 2021 menjelaskan, bahwa penyakit yang berkaitan dengan salah satunya perubahan iklim yaitu, diare, pneumonia, infeksi saluran pernafasan akut, serta beberapa masalah gizi seperti stunting dan underweight.

Kemampuan anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan dampak krisis iklim juga terbatas. Salah satu alasannya karena pengetahuan, serta minimnya informasi dan pendampingan dari berbagai pihak.

“Untuk itu, penting untuk memprioritaskan peningkatan kapasitas adaptasi anak dan keluarga serta memenuhi kebutuhan paling utama pada keluarga yang paling terdampak,” lanjut Troy.

Kahfi, remaja yang aktif sebagai Child Campaigner, Save the Children Indonesia menambahkan, banyak hal bisa dan harus dilakuan untuk mendorong pemenuhan hak-hak anak di Indonesia.

Ia mengemukakan, hal utama yang perlu dilakukan adalah membuka ruang dialog bersama anak-anak dalam setiap proses lahirnya kebijakan pemerintah. Dibukanya ruang dialog ini, akan mendorong agar upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat membuahkan keadilan iklim yang ramah anak.

“Anak perlu dilibatkan dalam ruang-ruang diskusi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan agar terwujud kebijakan yang ramah anak dan berpihak pada anak,” tegasnya. (*)