Pameran Patung Terbesar di Indonesia Resmi Dibuka

Tujuannya untuk merayakan Yogyakarta sebagai Warisan Budaya UNESCO.

Pameran Patung Terbesar di Indonesia Resmi Dibuka
Dian Lakshmi Pratiwi bersama pematung Dunadi dan karyanya berjudul Winisesa di trotoar depan Benteng Vredeburg Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pameran Jogja Street Sculpture Project (JSSP) kelima resmi dibuka. JSSP merupakan pameran patung outdoor terbesar di Indonesia yang digelar setiap dua tahun sejak 2015. Acara ini merupakan kolaborasi antara Asosiasi Pematung Indonesia (API) dan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Tahun ini, ditampilkan total 30 karya patung outdoor dari 22 seniman individu, 5 karya kelompok dan 3 seniman undangan, termasuk Nasirun, Ugo Untoro, serta Putu Sutawijaya. Tujuannya untuk merayakan Yogyakarta sebagai Warisan Budaya UNESCO.

Di balik keindahan puluhan karya-karya ini, seniman patung dihadapkan pada berbagai tantangan. Patung publik yang ditempatkan di ruang kota harus memiliki nilai sejarah, atraksi, rekreasi dan edukasi. Hal ini menciptakan dilema bagi para seniman, karena karya-karya mereka harus memenuhi berbagai kepentingan masyarakat.

Rain Rosidi, seniman yang juga menjabat sebagai Kurator JSSP 5, menjelaskan seni patung memiliki kemampuan kuat untuk mencerminkan ruang, baik secara fisik maupun sosial.

ARTIKEL LAINNYA: Parade Teater Linimasa 2023 Jadi Panggung Ekspresi Kreativitas Seniman Lintas Generasi

"Karya-karya seni ini bukan hanya objek yang hampa, melainkan juga tanggapan positif terhadap evolusi bentuk dan tatanan ruang, serta sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, budaya, dan lingkungan," ujarnya di sela pembukaan JSSP ke-5, Senin (16/10/2023), di Taman Edukasi Benteng Vredeburg, Yogyakarta.

Menurut dia, ide awal JSSP adalah bagaimana menghubungkan kreativitas pematung dengan kotanya yakni Yogyakarta. Karenanya, karya patung di ruang publik bukan berarti memindahkan karya dalam studio ke jalan.

“Bukan hanya memindahkan lokasi, tapi juga mempertimbangkan ruang lingkungan untuk bisa menjadi medan ekspresi. Ini adalah pembelajaran yang berharga," ujarnya.

Dalam konteks Yogyakarta yang dikenal sebagai kota seni, seniman patung memiliki peran yang lebih besar. Mereka diharapkan dapat menjadi penanda dari sebuah waktu, sejarah, ataupun pihak yang memberikan proyek.

ARTIKEL LAINNYA: Tombak Kiai Amiluhur dan Bantar Angin Simbol Bersatunya Warga Kulonprogo

Potensi ini, lanjut Rain, menjadi semakin besar karena Asosiasi Pematung Indonesia (API) memiliki anggota yang sebagian besar berada di Yogyakarta. Oleh karena itu, sinergi antara pemangku kebijakan, seniman, dan pihak lain yang mendukung program ini menjadi sangat penting.

JSSP 5 berlangsung hingga 28 Oktober 2023 dan mencakup program-program seperti Bincang Seni, Tour JSSP: Piknik di Kota Sendiri, serta Lomba Foto dan Video yang terbuka untuk berbagai elemen masyarakat.

Lomba Foto dan Video JSSP 5 memperebutkan hadiah jutaan rupiah. Informasi detail dapat dicari melalui media sosial JSSP 5.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh seniman patung dalam menciptakan karya publik yang bermakna tersebut, pameran JSSP kelima diharapkan dapat menjadi wadah untuk merayakan seni dan budaya, serta untuk memberikan pengalaman yang berbeda bagi pengunjung.

ARTIKEL LAINNYA: FKY 2023 Ditutup, Dorong Penyelamatan Kearifan Lokal

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan mengenai peran penting pematung dalam menjaga dan mengembangkan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Menurut Dian tantangan utama yang dihadapi oleh pematung adalah terkait dengan pengembangan gagasan dan konsep filosofis yang diberikan dalam karya seni mereka.

Disebutkan, para pematung di Yogyakarta memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan makna dan nilai tambah yang terkait dengan perjalanan hidup manusia, serta bagaimana manusia kembali kepada Sang Pencipta.

"Ide-ide dan gagasan filosofis ini menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis, menciptakan sumur ide yang terus mengalir," kata dia.

ARTIKEL LAINNYA: Pameran Temporer Ubah Stigma Museum Kuno Menjadi Menyenangkan, Tiga Hari Banjir Pengunjung

Dian melanjutkan, upaya ini sangat relevan, terutama setelah Yogyakarta diakui sebagai situs Sumbu Filosofi Yogyakarta yang merupakan warisan dunia atau world heritage. Ini adalah sebuah penghargaan besar, dan tugas para pematung menjadi semakin penting dalam memelihara dan mengembangkan warisan budaya tersebut.

"Harapannya, karya-karya seni patung mereka akan terus memberikan makna mendalam dalam daur hidup manusia dan mengantarkan pesan filosofis Yogyakarta ke seluruh dunia," tandasnya. (*)